Bab 78Kontak dengan Ikan Shirauo *
(Berasal dari keluarga Salangidae, dikenal juga sebagai Icefishes (Ikan Es) dan Noodlefishes (Ikan Mi) dalam bahasa Inggris.)
"Ah, jangan! Kamu membuatku kaget, kamu melompat ke arahku entah dari mana!"
"Ma-Maafkan aku...., ...Aku tidak sengaja."
"Ehehe! Tidak usah khawatir soal itu!"
Halaman sekolah di sore hari menjelang senja. Sang surya terbenam lagi, dan koridor lantai dua yang menghubungkan Gedung Sekolah Barat dan Selatan menciptakan keteduhan yang menenangkan. Angin selatan yang berembus melalui celah-celah di antara gedung-gedung berubah jadi angin sepoi-sepoi yang membelai pipiku dengan perasaan menyegarkan. Aku membeli dua es teh botol dan minuman isotonik dari mesin penjual otomatis, dan kembali ke tempat Natsukawa dan Ashida duduk, yang memancarkan aura warna persik di bangku taman. Apa sesulit ini untuk mendekati mereka?
"—Ini dia, silakan diminum."
"Makasih—!"
"Te-Terima kasih..."
Ashida mungkin terlalu bahagia karena menerima pelukan hangat dari Natsukawa, dan dia merangkul serta membelai tubuh Natsukawa dengan senyuman di wajahnya. Sekarang memang tidak apa-apa setelah mereka duduk di bangku, tetapi tadi itu agak gawat beberapa saat yang lalu. Dua orang cewek SMA saling berpelukan seakan-akan mereka saling menggosokkan tubuh mereka di tempat di mana masih ada siswa-siswi SMP.
Aku akan terus menyaksikannya kalau itu ada di tempat yang tepat, tetapi tidak peduli bagaimana kalian melihatnya, itu merupakan adegan yang sangat buruk buat institusi pendidikan jadi aku pikir, sebagai orang yang bijaksana, aku akan menghentikan hal itu dengan 'Sajou Stop'. Kekuatan mentalku sangat menurun secara signifikan, dan wajah Natsukawa yang merasa malu entah mengapa berhasil pulih kembali.
"Sudah lama juga tidak jumpa, Ashida. Apa kamu datang ke ekskul-mu setiap hari?"
"Tidak, kami tidak punya kegiatan ekskul setiap hari, tetapi Ekskul Bola Voli punya banyak kompetisi. Jadi kami sibuk, itu sudah pasti!"
"Begitu ya, kamu tampaknya sangat energik."
"Iya!"
Malahan terlalu bersemangat? Kamu tampak seperti mau berlari-lari di sekitar sini lagi. Seperti biasa, Ashida itu tetaplah Ashida, dan... ...aku menghilangkan semua hal yang merepotkan dari benakku. Tetapi kamu tahu, kalau kamu tidak berhenti membelai tangan Natsukawa, pikiran jahat dan licikku tidak akan berhenti keluar.
"Pada hari yang harusnya cuma siswa-siswi kelas dua belas yang masuk, aku tidak menyangka kalau ada tiga orang siswa-siswi kelas sepuluh yang datang ke sekolah. Kok bisa—ya?"
Saat aku sedang istirahat sejenak, Natsukawa menarik bagian yang longgar dari seragamku. Iya... Aku memang suka gerakan itu... Hei, setiap kali dia melakukan gerakan itu, itu hampir membuat jantungku berhenti. Dia harusnya tidak melakukan itu pada cowok, meskipun dia tidak punya niat tertentu. Bagus!?
"Hei..., ...Apa kamu tidak mau duduk?"
"Eh?"
Apa kalian meminta seorang cowok berkeringat untuk melompat-lompat ke taman bersama dua orang cewek? Bukannya itu agak berlebihan? Aku tidak suka kalau kalian mengajakku dan lalu kalian pikir 'Ah tidak, cowok ini bau keringat' dalam pikiran kalian. Hah, bukannya Ashida juga bau keringat? Yang benar saja? Di mana aku harus duduk?
"Ayolah, ke sini."
"I-Iya."
Natsukawa merangkul Ashida di sebelah kanan, dan Ashida tampak sangat bahagia, dan tempat di tengah bangku jadi kosong. Aku mulai iri padanya. Kalian berdua sudah saling bermesraan satu sama lain selamanya... ...Aku akan duduk di samping kalian berdua... ...Dan kalian berdua akan berakhir jadi milikku...
"..."
"A-Aku paham, aku paham."
Saat aku berdiri terpaku pada pemandangan yang mempesona itu, Natsukawa mengalihkan pandangannya dari Ashida padaku dan menatapku dengan serius. Sejumlah kecil kekuatan lembut di dalam diriku sedang terkikis habis. Apa saat ini tidak apa-apa...? Apa boleh aku menetapkan tujuanku sekarang...?
Meskipun begitu, aku tidak bisa duduk di sana dengan motif tersembunyi..., aku cuma bilang "Iya!" dan duduk di sebelah kiri Natsukawa sambil menghela napas lega. Demi kebaikan belaka, aku merasa kalau itu pengingat yang kuat... ...tetapi kalau Natsukawa yang bilang begitu, aku tidak punya pilihan lain selain melakukan apa yang dia bilang. Tidak, tetapi aku tidak punya keberanian untuk duduk di sini... ...Aku memang tidak bisa meremehkan Natsukawa selamanya. Aku akan percaya padanya selama sisa hidupku. Aku akan mengajaknya ke Kota Vatikan.
Aku melihat ke sebelah kanan... — Tentu saja, cuma ada satu orang yang bisa aku ajak bicara di sebelah kanan. Tetapi di sana ada Natsukawa. Natsukawa itu memang luar biasa. Aku tidak bisa bergerak lagi. Apa yang mesti aku lakukan? Mengapa kalian tampak begitu puas cuma pada saat-saat kayak gini..., Aku merasa seperti akan kehilangan akal sehatku...
—Ti-Tidak, tenanglah, aku... ...Makanya aku membeli minuman tadi. Setiap kali aku mengalami kesulitan dalam obrolan, aku cuma mengalihkan pemikiran kalau aku satu-satunya cowok di antara mereka dan menoleh. Sekarang saatnya membuka tutup botolnya... — Eh, ini agak kaku...
"Ah, uangnya..."
"...Eh? Ah, tidak, tidak usah, tidak apa-apa, aku yang traktir minuman buat kalian. Aku akan diberi upah tiga hari lagi, jadi tidak usah khawatir soal itu—... Ah, sudah terbuka."
"Eh? Pekerjaan paruh waktu, ya...?"
"Hmm? Iya."
Suasana pasangan sahabat cewek tiba-tiba terhenti, Natsukawa memalingkan wajahnya ke arahku dan bertanya padaku dengan mata terbuka lebar seakan-akan agak terkejut. Aku tidak pernah beri tahu Natsukawa kalau aku pernah berkerja paruh waktu saat aku masih SMP. Aku pikir itu akan membuatnya terkejut kalau dia tahu bahwa aku berkerja paruh waktu. Ibu saja baru aku beri tahu tempo hari.
"Apa kamu mulai bekerja paruh waktu setelah liburan musim panas dimulai?"
"Iya."
"...Aku tidak tahu apa-apa soal itu."
"Eh?"
Eh, kamu tidak tahu soal itu, bukan? Karena aku mungkin belum bilang pada siapa-siapa. Aku tidak mau orang yang aku kenal datang ke tempat kerja paruh waktuku cuma untuk mengejekku. Aku tidak boleh bilang pada siapa-siapa soal ini di grup perpesanan. Selain itu, aku tidak boleh memberi tahu pihak sekolah, dan aku memang tidak tahu apa bekerja paruh waktu itu dilarang atau tidak, tetapi aku merasa akan lebih baik mereka tidak tahu sebisa mungkin.
"Kamu sudah mengobrol denganku via japri, bukan?"
"Eh? Kapan?"
"Itu hari di mana kamu menuangkan minyak ke dalam api."
"Ah, tidak."
Aku ingat hal itu pernah terjadi, astaga... ...itu kejadian yang buruk.
Aku akhirnya dapat kembali ke grup obrolan kelas setelah disuruh berjanji untuk meminta maaf pada grup secara keseluruhan... ...Setelah itu, kata-kata beberapa cewek keluar setelah itu... ...Euh, Iihoshi-san berbalik melawanku dalam sekejap, yang benar saja, itu sangat mengerikan...
"Mengapa kamu mulai melakukan itu...?"
"Eh? Iya, eh... eum... untuk mendapatkan pengalaman sosial?"
Jujur saja, aku tidak bisa bilang kalau aku mulai melakukan ini demi uang. Aku akan mati kalau mereka menatapku dengan jutek dari jarak ini. Aku akan berikan jawaban yang aman, seperti seorang pelajar di sini. Bagaimana dengan ini, Ibu Natsukawa?
"...Kamu bohong, ya?"
Tidak, aku ketahuan! Aku akan mati.
"..."
"Tidak, itu..."
Natsukawa menatapku dengan mata yang tajam, dengan 60% kecanggungan, dan 40% kegembiraan. Ekspresi Natsukawa, yang jarang aku lihat, membuat keteganganku meledak. Aku mau kamu mengawasiku dari jauh selama delapan jam lagi. Tetapi aku lemah saat dia menatapku secara langsung dari dekat. Aku penasaran, apa aku pernah ditatap langsung oleh Natsukawa kayak gini sebelumnya.
"Ah! Benar juga, Sajocchi! Orang macam apa Mbak Mahasiswi yang kamu temui?"
"Dokter berkata padaku untuk tetap diam pada saat ini."
"Sajocchi! Terima kasih sudah mentraktir kami minuman! Jadi, orang macam apa Mbak Mahasiswi itu?"
Apa... ...aku tidak bisa mengelak? Apa ini salah satu dari lingkaran tidak terbatas yang bisa kita lihat di RPG? Kamu bilang kalau aku tidak bisa mengelak lagi dari dosa ini...!?
Iya, memang tidak ada yang perlu aku sembunyikan.
"Apa itu yang dikatakan oleh Wataru di grup...?"
"Itu benar! Mana mungkin Sajocchi bisa bertemu dengan cewek kayak gitu."
"Eh, tetapi, pekerjaan paruh waktu..."
"...Ah!"
Ups, apa ada perubahan suasana sekarang?
Seperti yang diharapkan dari Detektif Andal Natsukawa, dia punya mata yang tajam. Iya, aku memang bertemu dengan Sasaki-san, Mbak Mahasiswi, dalam perjalanan pulang dari pekerjaan paruh waktuku suatu hari... ...atau lebih tepatnya, pada hari pertama aku pulang dari bekerja paruh waktu. Aku tidak pernah berpikir kalau aku akan mengenalnya melalui peristiwa sepele semacam itu.
"..."
"..."
Mereka berdua menatapku. Saat dua orang cewek menatapku kayak gitu, aku jadi agak bergairah. Aku memang sudah melupakannya. Iya, aku memang mesum. Apa yang dimaksud dengan mesum itu memang metamorfosis sederhana...
"Hahaha. Tidak, hahahah..."
Saat aku memasang seringai palsu yang samar untuk menipunya, Natsukawa meraih lengan kananku, yang sedang menggaruk bagian belakang kepalaku, meraih tanganku dan melakukan kontak mata denganku. Kontak yang tidak terduga dengan Natsukawa ini membuatku tersentak.
Ah, yang benar saja, Natsukawa-san, apa yang terjadi padamu hari ini? Bukannya kamu terlalu banyak kontak denganku? Aku jadi kosong, tahu. Terima kasih atas kepedulianmu padaku selama ini.
"—Orang macam apa dia?"
"Euh."
Aku tidak bisa menipu kalian. Aku tidak punya kekuatan yang tersisa untuk melakukan itu lagi. Aku tidak pernah berpikir akan tiba waktunya ketika Natsukawa akan memberikan perhatian padaku sebanyak ini..., ...tetapi kalau itu yang Natsukawa mau, itu merupakan keinginanku yang sudah lama aku dambakan. Dan ada baiknya kalian menyadari betapa besarnya pesona Sasaki-san yang dewasa itu.
"Semuanya dimulai dalam perjalanan pulang dari hari pertama pekerjaan paruh waktuku—."
"Eh, apa ada sesuatu yang memulainya?"
"..."
Author Note: Seakan-akan langit memberkati mereka pada hari itu. ...*Di bawah teriknya Matahari.
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
Baca juga dalam bahasa lain: