Bab 90.1Seperti Apa Kakak Itu
(TL Note: Perlu dicatat ya teman-teman, bahwa kami selalu menggunakan diksi "Kakak" untuk penyebutan kakak perempuan, sementara kakak laki-laki, kami selalu menggunakan diksi "Abang", kecuali dibutuhkan perbedaan diksi. Selain itu kami belum tahu pasti untuk latar waktu dari bab ini tetapi kemungkinan sebelum akhir Seri 2.)
"...Hah~"
Setelah liburan musim panas dimulai, aku mendapatkan pekerjaan paruh waktuku, tetapi karena aku tidak punya ekskul yang perlu aku khawatirkan, aku hampir tidak punya hal lain untuk aku lakukan. Masih ada beberapa PR musim panas yang tersisa, tetapi sudah jadi rutinitas buatku untuk mengerjakannya saat aku sedang libur dari pekerjaan paruh waktuku. Aku juga bukan tipe orang yang bisa belajar di rumah, jadi aku benar-benar membutuhkan tempat semacam itu.
Dengan pemikiran kayak gitu, malam pun tiba. Di pagi hari, aku akan bangun pagi-pagi sekali dan berangkat kerja paruh waktu, makan siang setelah pulang, lalu menghabiskan hari-hariku dengan bermain gim seluler dan menghabiskan semua stamina harianku. Meskipun begitu, aku mulai merasa takut dengan kenyataan itu. Apa liburan musim panasku akan berakhir cuma dengan begitu saja...?
Aku duduk di depan televisi di ruang tamu, menikmati program televisi musik sambil bermain ponsel, dan mengutuk diriku sendiri yang penyendiri. Apa aku akan merasa lebih puas kalau aku sibuk dengan ekskul dari pagi hingga sore? Aku juga bukan orang yang suka berolahraga. Aku pernah mengikuti kursus renang saat masih SD.
"...Mengapa kamu cuma duduk saja di sofa?"
"Kakak akan mendorongku kalau aku berbaring, bukan? Selain itu, sofa itu panas saat musim panas."
Kakak pulang dari kegiatan OSIS, dan langsung berganti pakaian — atau lebih tepatnya, melepas seragamnya. Di tangan kirinya, dia memegang beberapa bakpao. Mengapa dia selalu memakan itu sebelum makan malam?
"...Apa itu? Festival lagu?"
"Iya, Kakak belum melihatnya, ya?"
"Kakak akan menonton sendiri pukul 7 malam."
"Iya iya..."
Aku bukan tipe anak yang akan berebutan dalam hal itu. Paling tidak, saat Ibu pulang, selalu Kakak yang lebih awal. Hal-hal yang aku tonton tidak menarik minat Kakak, dan aku tidak berencana untuk memperebutkannya saat ini. Tetapi, paling tidak aku berharap Kakak tidak akan menghapus rekamanku...
"Bukannya kamu aku kurang ajar pada kakakmu yang hebat ini?"
"Kakak yang hebat... ...Kakak pasti bercanda mueh!"
Kakak menjatuhkan diri ke sofa seperti pegulat profesional, lalu merentangkan kakinya untuk menggunakan punggungku sebagai tempat istirahat, mendorongku ke sofa saat aku melihat ponselku. Karena perlakuan semacam ini belum dimulai saat ini, jujur saja ini bukan masalah besar. Malahan, rasanya seperti Kakak memijat punggungku dengan tumitnya. Tetapi, aku tidak boleh lengah, karena kalau aku merusak suasana hatinya dalam posisi ini, dia bisa menggunakan sepatu hak tinggi itu sebagai senjata tumpul. Satu kesalahan kecil saja bisa berakibat fatal buatku. Aku cukup yakin kalau aku adik cowok yang paling merugi di dunia ini.
(TL Note: Seperti cover yang kami gunakan di bab-bab sebelumnya, itu cover alternatif bukan ilustrasi warna, dan sudah menjadi prosedur kami untuk tidak memberikan cover pada bab yang ada ilustrasinya, jadi tidak akan kami taruh di sini.)
Tunggu dulu, aku mungkin akan memaafkan Kakak, tetapi bukannya Kakak cukup kasar untuk seorang kakak? Apa yang Kakak pikirkan soal punggungku? Punggung seorang cowok menceritakan seribu kisah, jadi kalau Kakak menginjaknya, aku merasa lebih payah, Kakak tahu? Aku merasa seperti Ishihara Siapalah yang bilang begitu!
"Kakak, sedikit lebih tinggi."
"Mmm."
"Ahhh~~~"
Kakak dengan lembut menggerakkan kakinya sedikit lebih ke atas, mengenai semua titik yang tepat ada di pundakku. Aneh... Aku berencana untuk mengeluh, namun aku malah meminta sesuatu...? Dan, mengapa Kakak malah mendengarkan dengan serius? Maksudku, rasanya luar biasa, aku bisa merasakan pundakku yang kaku jadi rileks. Secara refleks, aku mengerahkan lebih banyak tenaga ke punggungku, mendorong kaki Kakak, tetapi Kakak malah meningkatkan kekuatannya juga... Ahhh, ini terasa sangat menyenangkan...
"..."
"..."
Ha-Hah...? Apa ini kebaikan Kakak atau semacamnya? Maksudku, aku tidak bisa menyebut ini kebaikan karena pada dasarnya Kakak menginjak punggungku. Namun, mengapa Kakak malah mendengarkan apa yang aku minta? Apa Kakak sebenarnya seorang tsundere? Bukannya kebaikan Kakak itu agak terlalu diputarbalikkan? Dan juga, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan dere-derean, kalau dipikir-pikir. Tunggu sebentar, Kakak itu punya kendali yang baik atas kekuatan kakinya, bukannya keseimbangan Kakak sangat bagus? Ini bagaikan kursi pijat.
"Mengapa Kakak bisa sejago ini?"
"Hah?"
Apa yang aku tanyakan. Maksudku memang benar, bukan? Bagaimana Kakak bisa begitu jago dengan kakinya? Apa sebabnya? Menginjak punggung K4 setiap hari? Kakak melakukan hal yang sama pada cowok-cowok tampan ini? Bukannya mereka semua merupakan anggota keluarga terhormat? Namun, Kakak diizinkan untuk melakukan itu? Mengapa aku bisa melihat Kakak memasang seringai jahat saat dia melakukan ini...
"Siapa yang tahu? Mungkin bakat Kakak?"
Iya, seringai pemakan t*hi itulah yang aku maksud. Dia pasti melakukan itu. Dia tampak seperti bos yang hebat dengan seringai itu. Secara pribadi, dengan 'bakat' yang dia punya, aku pikir dia akan cocok di cabang S&M, bukan? Tetapi tunggu, karena aku merasa nyaman dengan hal ini, apa aku seorang M? Harusnya tidak begitu. Aku memaafkan Kakak, tetapi kalau ini Natsukawa, maka aku tidak akan... Tunggu, Natsukawa akan menginjak punggungku juga?
Astaga, jantungku berdegup kencang saat ini. Apa aku benar-benar seorang M? Membayangkannya saja sudah membuatku merasa seperti orang gila. Aku ingin diinjak. Astaga, itu menjijikkan.
"Kamu... kamu tidak meminta cewek sembarangan untuk hal ini juga, bukan...?"
"Pertama-tama, berhentilah membuatnya terdengar seperti aku yang meminta hal ini."
"Tetapi memang kamu yang memintanya."
Aku cuma mau Kakak menyesuaikan posisi kaki Kakak, itu saja. Aku tidak pernah bilang 'injak aku, Paduka Ratu'. Jangan bersikap seakan-akan Kakak berada di atasku cuma karena Kakak tahu cara menggunakan kaki Kakak, oke? Dan juga, mengapa itu terdengar sangat buruk?
"Belum lagi aku tidak punya pacar yang cukup dekat untuk melakukan itu."
"Hmm... Kakak penasaran."
"Apa mau Kakak?"
"Kekayaan datang dari seseorang yang sudah bermesraan teman Kakak."
"Siapa yang bermesraan, sih?"
Shinomiya-senpai cuma mempermainkan hati Sajocchi yang rapuh, dan dia menerima leluconku begitu saja. Kamu dengar itu, Ashida-san, nama resmiku sekarang itu Sajocchi... Beberapa waktu yang lalu, ada seorang cewek yang menepuk pundakku dan berkata 'Apa kabar, Sajocchi!', kamu tahu? Jantungku berdegup kencang saat itu, bagaimana menurutmu?
"Eh, tunggu, Amuro-chan muncul!"
"Aw aw aw aw!?"
Kakak menabrakkan kakinya ke punggungku dengan kombo 5 kali. Karena itu, jariku terpeleset di layar, membuka beberapa iklan aneh di ponselku! Bagaimana kalau Kakak membuatku membayar untuk layanan aneh, woi! Begitulah cara gim seluler terbaru menghasilkan uang!
Saat aku menengok ke layar televisi, aku mendapati beberapa acara kolaborasi dan 'Konser Langsung Spesial' dari penyanyi yang harusnya sudah pensiun. Karena Kakak itu penggemar mereka, dia jadi gila. Dia bahkan memotretnya.
"Hah? Siapa om-om itu? Aku tidak butuh kolaborasi yang membosankan dengan mereka. Aku cuma mau mendengar Amuro-chan, jadi pergilah!"
"Guho!?"
Sekarang Kakak menendangku tepat di tulang belikatku, membuat jantungku bergetar ke kiri dan ke kanan. Aku merasa seperti om-om setelah dipijat. Dia mungkin memukul titik yang sangat buruk. Aku kira tubuhku sudah sekeras besi setelah semua yang aku alami, tetapi mungkin tidak begitu.
Hadapilah, diriku...! Kamu masih bisa terus berjalan! Tubuhku tidak akan patah karena ini! Fokuskan semua tenagaku pada otot punggungku! Dan jangan tekan iklan aneh di ponselku!
"Haah... Amuro-chan benar-benar seperti Dewa."
"Eurk... Euhh..."
Kakak menggambar simbol Ying-Yang di punggungku. Aku bisa merasakannya meresap ke dalam tubuhku, membuat kakiku menggigil. Sakit... Benar-benar sakit... tetapi juga terasa enak? Ini lumayan juga... Lagi...
"Kakak akan mendengarkannya di kamar Kakak."
"Wah!?"
Kakak melompat dari punggungku, dan berdiri. Dia mengangkat kedua tangannya, mengeluarkan erangan 'Mmmm~' sambil meregangkan punggungnya, dan menggaruk-garuk perutnya sambil meninggalkan ruang tamu. Aku yakin K4 akan membayar untuk menyaksikan peristiwa ini... Tetapi buatku, dia cuma tampak seperti Om-Om.
"...Ah."
Setelah mendengar kalau makan malam sudah siap dari Ibu, kami menunggu Ayah pulang. Mungkin aku juga mesti bermain gim di kamarku.
"...Ha-Hah?"
Saat aku berdiri, tubuhku terasa sangat enteng.
TL Note: Inilah akhir dari penerjemahan Seri 3, setelah ini kami akan lanjutkan ke Seri 4, sebelumnya kalian bisa lanjutkan dengan melihat Ilustrasi Jilid 4 terlebih dahulu dengan mengklik tombol 'Selanjutnya→'
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/