Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 2 Bab 63.1 - Lintas Ninja Translation

Bab 63.1
Memberi dan Menerima

(TL Note: Secara urutan kronologis Bab ini seharusnya berlatar setelah Bab 46, namun secara urutan penyusunan dalam versi Light Novel, bab ini adalah bab setelah Bab 63.)

"Aichiiii, aku juga mengajaknya~"

"To-Tolong perlakukan aku dengan baik…"

 "Sikap macam apa itu..."

Keesokan harinya setelah aku diberkati dengan bertemu Airi-chan, Ashida menarikku begitu istirahat makan siang tiba, dan menyeretku ke tempat Natsukawa. Melihat kalau aku benar-benar melupakan janji itu, aku merasa sangat bersalah melihat Natsukawa bertingkah sangat bingung. Natsukawa dikelilingi oleh cewek-cewek lain dan Sasaki, yang sudah mengunjungi Airi-chan sebelumnya, serta beberapa cowok lain yang duduk di lingkaran di luar kelompok. Aku merasa orang-orang itulah yang paling kesal dengan kemunculanku.

Aku yakin mereka lebih suka kalau aku berada di tengah-tengah aksi dengan cewek-cewek lain, seperti Sasaki. Iya, aku paham dari mana mereka berasal. Mengambil bangku terdekat dan duduk di sebelah Sasaki, Ashida menunjukkan senyuman puas, dan duduk di seberang Natsukawa. Sangat gila bagaimana 'Pasti Ashida' jadi pengatur saat bicara soal siapa yang duduk paling dekat dengan Natsukawa. Sistem macam apa ini, apa kamu ini semacam diktator?

"Sajou, bukannya kamu biasanya makan di tempat lain? Agak mengejutkan melihatmu bergabung dengan kami."

"Iya, ada beberapa hal yang terjadi..."

"Hah…"

Ada idola nomor satu di kelas, Natsukawa, dan  cowok tampan nomor satu, Sasaki. Dengan kepribadian dan bakatnya dalam bermain sepak bola, ia punya potensi sebagai protagonis keseluruhan. Lagipula, selalu ada lingkaran cewek yang terbentuk di sekelilingnya. Belum lagi ia bukan cuma bisa bicara soal olahraga, tetapi juga gim, ke tingkat di mana aku juga tidak bisa menjadikannya musuhku kalau aku mau.  Sejak viralnya Natsukawa terjadi, ia selalu ada tepat di samping Natsukawa…Mungkin itu juga alasan besar?

"Eum… jadi kamu juga makan bersama kami, Sajou-kun."

"Ah maaf. Aku mengambil posisi duduk di sebelah Sasaki."

"Bu-Bukan begitu maksudku…"

Aku ditanyai oleh Saitou-san yang terdekat, dengan nada yang agak canggung. Iya, aku rasa itu masuk akal, dengan adanya aku, semakin sulit buatnya untuk mendekati Sasaki. Aku juga mendengar suara samar 'Mengapa b*j*ngan itu ada di sini' dalam bayang-bayang di sekitarku, tetapi aku akan mengabaikan itu. Alih-alih mundur, izinkan aku menggandakan itu saja.

"Ehhh, benarkah?"

"La-Lagi, bukan begitu…!"

Saat aku menggodanya dengan suara pelan, dia mulai panik. Ahh, imut sekali… Tetapi, aku yakin Saitou-san itu bagian dari kelompok cewek yang tertarik pada Sasaki. Setelah memperhatikan kelas sejak bulan April, aku sudah tahu banyak.

Iya, tidak usah khawatir soal itu. Aku tidak akan memberi tahu Sasaki apa-apa yang tidak perlu, aku juga tidak berencana untuk bergantung pada Natsukawa lagi seperti yang aku lakukan sebelumnya. Aku juga akan berbaur dengan suasana ini. Benar, aku akan jadi bawang merah dari kari.

"He-Hei, Sajou."

"Hmm...?"

Di saat yang sama saat Sasaki menunjukkan jari telunjuknya ke arahku, aku melihat seseorang berkedut di sudut pandangku. Duduk di seberang Sasaki, ada Natsukawa, menatapku dengan tajam. Wajah itu juga imut. Kamu akan membuatku jatuh cinta padamu. Ah benar, aku memang sudah jatuh cinta padanya.

"Sasaki, kayaknya ada yang cemburu padaku."

 "Apa… Memangnya aku akan iri padamu! Apa kamu itu bodoh?!"

Natsukawa berdiri dengan reaksi 'Omong kosong macam apa ini!'. Kamu tidak perlu terlalu memaksa soal itu...

"Sasaki... tampaknya aku diperlakukan seperti orang bodoh."

"Begini, kamu kan memang bodoh."

Kemudian, seluruh kelas tertawa. Kecuali Natsukawa, dia cuma mengalihkan wajahnya. Meskipun itu memperhalus suasana di sekitarku, kerusakan yang aku terima tidaklah bercanda. Kalau aku tidak punya perlawanan yang ditumpuk dalam pendirianku, aku mungkin akan mendapatkan sekali tembak dengan itu…

Biarkan aku mengubah pandanganku soal ini. Sebaiknya aku langsung makan siang sekarang. Tidak peduli seberapa sedih dan kesepiannya diriku, makanan enak ya, tetap enak. Belum lagi, itu akan menyembuhkan kesehatan mentalku kalau aku mengisi perutku.

"Sasaki, kamu juga bawa kotak bekal, ya. Apa Yuki-chan yang membuatnya?"

"Kok kamu bisa tahu…?"

"Mengapa menurutmu aku tidak bisa?"

Dibandingkan dengan wadah yang biasa saja, bekal Sasaki ditata dengan imut di dalamnya.  Menurutku ibunya tidak punya banyak pemahaman modern, dan mengetahui kalau Yuki-chan itu seorang adik hiper yang sangat sayang abangnya, cuma ada satu kemungkinan kesimpulan untuk ini. Aku juga bisa membayangkan Yuki-chan membuatkan bekal buat abangnya.

"Oh iya, kamu cuma menyantap sepotong roti manis, Sajou. Apa itu cukup?"

"Aku sudah makan makanan acak akhir-akhir ini. Dan saya banyak makan permen. Terutama cokelat atau permen karet."

"Oh iya, itu pernah ketahuan di jam pelajaran sebelumnya, dan Ibu Guru marah padamu…"

"Lupakan saja soal itu."

Tentu saja, Kakak juga sama. Kami berdua cuma makan permen di siang hari, dan itu sudah cukup buat kami. Apalagi Kakak, karena dia membutuhkan gula untuk menjaga kepalanya tetap segar, sebagai peserta ujian masuk kuliah. Aku benar-benar paham, tetapi aku harap dia berhenti mencuri permenku karena itu. Paling tidak bayar dengan uang Kakak sendiri…

Saat aku menjelaskannya sendiri, Natsukawa membuka mulutnya dengan nada kesal. Semuanya, saatnya pengumuman.

"Itu sama sekali tidak sehat."

Astaga, ketat sekali. Aku tidak menyangka akan diomeli.

"Kamu tahu, kotak bekal pada dasarnya cuma makanan yang sudah dingin dicampur nasi. Memikirkan soal kesehatan, itu tidak banyak berubah."

"Kalau begitu paling tidak belilah salad… Kamu itu butuh nutrisi dari sayuran."

"Eh?"

Itu sangat tidak terduga. Aku sudah tahu kalau Natsukawa bisa jadi kayak kakak-kakak yang peduli, tetapi mendengar perhatiannya padaku kayak gini rasanya cukup segar.

"Iya… Iya, aku akan memakan itu secara acak.  Terima kasih."

"Apa maksudmu 'acak'!?"

"Eh?"

Aku berterima kasih padanya, tetapi kayaknya Natsukawa tidak terlalu senang dengan jawabanku. Mungkin caraku mengungkapkan itu salah… ...Atau mungkin aku kurang begitu peduli. Jujur saja, aku sangat senang saat dia bicara padaku, jadi kalau aku menginginkannya lagi akan membuatku serakah.

"—Kamu tidak bisa cuma makan itu, Sajou-kun.  Kamu perlu makan beberapa sayuran."

"Eh?"

"Ini, ambillah beberapa kubis gulungku."

"Ah, terima kasih…"

Saitou-san meletakkan kubis gulung di atas kantong plastik kosong yang sebelumnya berisi roti manisku. Terkejut, aku tidak bisa bilang lebih daripada berterima kasih padanya. Tetapi, tunggu sebentar? Saitou-san pasti tertarik pada Sasaki, kan. Mengapa dia sangat perhatian padaku? Faktanya, Saitou-san masih melirik Sasaki sekarang pun begitu...

Tidak tunggu, aku paham. Dia mencoba membuat Sasaki cemburu dengan ini. Dia mau Sasaki berpikir 'Enak sekali', dan menatapku dengan cemburu.

"Jadi begitu…"

"Jangan cuma bilang 'Jadi begitu' saja di depanku...!"

Aku mengamati ekspresi Saitou-san, dan menggumamkan kata-kata ini, lalu aku langsung dibalas. Tampaknya dia sudah tahu apa yang aku pikirkan. Baiklah kalau begitu, aku akan ikut cara mainnya!

"Mmm…Ah, enak. Aku bisa merasakan nutrisi dari sayuran meresap jauh ke dalam diriku… ...Aku mungkin akan berubah jadi vegan."

"Kamu payah dalam memberi kesan."

Saat aku memasukkan kubis ke dalam mulutku, rasa manis dan enak memenuhi mulutku. Apa ini kekuatan dari 'kotak bekal cewek'? Itu saja membuatnya jauh lebih enak. Meskipun aku berencana memberikan ulasan yang jujur, reaksi Sasaki tidak terlalu memuaskan. Tampaknya ia juga tidak cemburu. Malahan, ia tidak paham pesona kotak bekal cewek. Tidak bisakah cowok ini melakukan perjalanan isekai saja...

"Ah, Sajocchi, kamu juga boleh ambil kubis gulungku."

"Apa kubis gulung populer akhir-akhir ini atau semacamnya?"

Saat aku sibuk menghina Sasaki dalam benakku, kali ini giliran Ashida yang mengangkat kubis gulungnya sendiri. Mungkin ini semua alur untuk menunjukkan betapa feminimnya mereka? Iya, aku ragu Ashida itu tipe orang yang akan terganggu dengan hal itu.

"Ini, Aaa'."

"Eh?"

Apa maksudmu 'Aaa'? Belum lagi sumpitmu... Saat aku memasang tampang 'Apa kamu serius?' pada Ashida, dia cuma menyeringai padaku. Itu benar, Ashida suka sekali menggodaku… ...Iya, tidak apa-apa kalau aku juga melakukan itu.

"Ahhhmm!"

"—Ah…"

"Hehehe, enak, bukan!?"

"Yep, yep, enak."

Saat aku memberikan respons itu, Ashida menunjukkan seringai lagi. Mengapa kamu tampak sangat puas sekarang? Bukannya kamu bilang kalau ibumu membuatkan makanan buatmu? Apa kamu membual soal ibumu? Iya, ibuku juga sama! Nasi goreng buatannya enak! Meskipun dia tidak punya banyak repertoar* makanan Jepang!

(TL Note: Daftar rujukan.)

Aku juga bisa membedakan cita rasa antara buatan keluarga Saitou-san dan buatan keluarga Ashida. Dalam buatan keluarga Ashida, aku bisa mencicipi saus tomatnya. Iya, buatan keluarga mereka berdua itu enak.

"Fiuh, sudah sekian lama aku tidak makan kubis gulung…"

"—Wa-Wataru!"

"Wah!? A-Apa?"

Aku menghela napas puas setelah menelan kubis gulung, saat seseorang tiba-tiba memanggil namaku, yang membuat punggungku tegak karena terkejut. Ini cuma mengingatkanku pada saat Kakak yang tukang marah-marah memanggil namaku…

Melihat ke sumber suara, Natsukawa bangun dari bangkunya, dan berjalan ke arahku dengan membawa kotak bekalnya sendiri. Tunggu sebentar, ada apa ini? Mengapa dia tampak sangat bertekad? Mengapa? Maksudku, aku paham apa yang dia coba lakukan, tetapi mengapa? Bahkan cewek-cewek lain di sekitar kami semua seperti memasang reaksi 'Eh, yang benar?' saat mereka melihat ke arah kami.

"Ini memang bukan kubis gulung, tetapi…"

"Na-Natsukawa, aku sudah—"

"De-Dengan begini, kalau begitu!"

"Tidak, Eum…"

Mari kita atur situasi ini. Pertama-tama, Natsukawa menyuapiku itu konyol.  Mengesampingkan Ashida, itu juga aneh buat Natsukawa untuk menyadari keberadaanku. Dia sudah menolakku. Maksudku, aku sangat senang, tetapi apa kamu benar-benar akan melakukan itu? Teman-teman di sekitar kita terkejut, dan aku juga bisa merasakan diriku tersipu malu!

Namun, semua itu sirna saat dia mendorong asparagusnya yang terbungkus bekon ke arahku.  Belum lagi itu cukup tebal. Natsukawa-san... Keputusan itu mungkin salah. Lagipula… ...Aku ini sangat benci asparagus~.

"Na-Natsukawa, kamu tidak perlu memaksakan dirimu—"

"Kei tidak apa-apa, tetapi kamu tidak mau karena ini aku…?"

"Erk…!"

Gaaah! Wajah macam apa itu, aku jadi mau memeluknya...!  Apa yang mesti aku lakukan!?  Bisa tidak aku menghiburnya? Tetapi, apa aku dibolehkan!? Apapun itu, terima kasih banyak atas suguhannya! Karena aku sangat mencintai Natsukawa, aku senang! …Tetapi, aku benar-benar benci asparagus.

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-63.1-di-lintas-ninja-translation

"Ka-Kamu mesti makan sayuranmu… ...Ayolah."

"Uuu…"

Dia mendorong sumpitnya ke mulutku.  Meskipun bekon dan asparagus itu tidak menyentuh lidahku, aku sudah bisa merasakannya.

"…Nyam…!"

"Ah…!"

Aku tidak bisa mundur. Aku memang benci asparagus, tetapi jelas lebih baik ketimbang memakan serangga. Membandingkannya dengan semua penyintas di televisi saat ini, asparagus kayak sushi ular. Aku harusnya merasa bersyukur karena dilahirkan sebagai orang Jepang! Dan, aku tidak bisa melupakan hal itu!  Berikutnya, asparagus…!

"...Ah, ini enak."

Itu benar-benar enak. Tidak ada sisa rasa asparagus yang khas. Sebaliknya, rasa dan sensasi nyaman semakin melebar di lidahku.

"…Se-Seberapa enak?"

"Ehh?"

Kamu menanyakan hal itu padaku sekarang? Ini memang enak, tetapi cuma itu. Apa yang mesti aku jawab di sini.

"Eum... ini lebih enak daripada buatan Kakak."

"Le-Lebih enak dari buatan kakakmu!?"

Tidak salah lagi, memang iya. Dia memang sering memaksaku untuk memakan hal-hal yang aku tidak suka. Aku yakin dia juga senang melihat wajahku yang menderita.

"Mungkin karena aku membuat ini seperti yang aku buat untuk Airi…"

"Ha-Hah… jadi kamu membuat itu sendiri?"

"Ah… ...I-Iya, itu benar…"

Aku sadar tidak banyak anak TK yang menikmati rasa asparagus. Pada dasarnya, ini dibuat dengan memperhatikan hal itu…? Benar-benar hebat Kakak Aika, aku menyayangimu!

Namun, Natsukawa-san, apa yang akan kamu lakukan dengan suasana di sekitar kita? Berlari?  Apa aku harus pergi begitu saja?

Anehnya, Natsukawa sama sekali tidak tampak terganggu oleh hal ini, dan cuma tersenyum bahagia padaku.

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-36.1-di-lintas-ninja-translation

TL Note: Ini adalah akhir dari penerjemahan Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 2, selanjutnya kita lanjutkan dengan Seri 3, yang juga bisa kalian lihat ilustrasinya dari sekarang dengan mengklik tombol "Selanjutnya→"

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama