Bab 36 (Bagian 2 dari 2)Sang Teman Dekat Bicara
Wahai godaan kotor yang menggerogoti jiwaku, dengan kekuatan kata-kata lenyaplah seketika dan kembalikanlah aku ke kenyataan.
Haha~~…!
Matematika, Bahasa Jepang, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Sejarah, IPS, Politik, Ekonomi, Moral─
"…Oke, sudah kosong."
"Apanya yang kosong?"
Dengan paksa, mengisi kembali kesadaranku dengan kenyataan, aku berhasil menjaga keteganganku tetap terkendali… ...Kalau kalian seorang sepuh kayak aku, ini cuma masalah yang sepele. Aku baik-baik saja sekarang. Tidak peduli apa yang Natsukawa maksudkan dengan kata-kata itu, aku bisa berta─ ─Ah, ini buruk, aku mengingatnya lagi─.
"…Fuhihi."
"Euh, menjijikkan…"
"…"
Di restoran keluarga saat malam hari. Di tempat lokal kayak gitu, aku menciptakan teori terhebat dalam pengobatan syok. Terutama yang paling efektif yaitu pelecehan verbal dari teman sekelasku. Meskipun aku terbang tinggi di langit, kata-kata sederhana itu menyeretku ke kenyataan seketika. Sebagai balasannya, aku kehilangan beberapa tetes air dari mataku… hiks, hiks.
"Hmm, begini, itu salahku, maaf. Aku cuma mengalami halusinasi saja."
"Iya, aku tidak dapat menyalahkanmu buat itu… ...Aichi bilang begitu dengan cara yang ambigu."
"Jadi, soal apa itu? Saat ini pun, aku masih merasakan dorongan buat berteriak keras-keras."
"Kamu cuma akan mengganggu orang lain, jangan lakukan itu."
HADEUH HADEUH…!
Ketimbang teriakan, itu malah terdengar kayak geraman maut. Meskipun aku tidak dapat meneriakkan ini dengan lantang, aku mesti melakukan sesuatu yang lain buat menahan hasratku buat teriak.
Meskipun kata-kata Natsukawa tidak punya makna khusus, cuma mendengarnya saja... ...Ah, betapa bahagianya diriku ini.
"Jadi, Sajocchi, dengarkan. Soal hari ini itu…"
"Eh? Kita masih belum selesai? Begini, Natsukawa saja sampai menyembunyikan wajahnya dengan tangannya saat ini, loh."
"Tidak apa-apa, ini memang sudah batasnya Aichi saat ini. Pada tingkat ini, obrolan tidak akan pindah ke mana-mana."
Eh, apa maksudmu? Apa dia ada masalah mental? Sebagai penggemar nomor satunya Natsukawa, mengabaikannya meskipun dia ada tepat di sebelahku itu menyakitkan hatiku. Boleh tidak aku mengelus kepalanya? Aku tidak boleh, ya? Dasar setan!
"Jadi, biarkan aku langsung ke intinya saja. Aichi mau mengenalkanmu pada Ai-chan."
"Jadi begitu ya… …Hmm?"
Eh, siapa…? Ah, adiknya Natsukawa? Nama mereka sangat mirip sampai-sampai aku tidak bisa mencerna apa maksudnya itu buat sesaat. Yang benar saja, deh, konsep penamaan Ashida ini perlu dipertanyakan. Dia membuat namanya hampir tumpang tindih dengan nama Natsukawa. Dia ini Airi-chan, bukan? Airi-chan… ...Kedengarannya kayak nama istri seorang pesepak bola terkenal.
(TL Note: Kalau aku tebak-tebak, orang yang dimaksud oleh MC itu 'Nagatomo Airi'.)
…Tunggu, apa?!
"Eh, mengapa? Bukannya dia sendiri yang bilang kalau seseorang yang menjijikkan kayak aku, yang juga dapat memberi pengaruh negatif pada Airi-chan, tidak boleh mendekatinya?"
"Astaga! Mana mungkin Aichi benar-benar merasa kayak gitu!"
"Eh? Aku tidak menjijikkan?"
"Yang mana yang benar atau yang salah, mari kita kesampingkan itu dulu!"
"Apa yang mestinya aku rasakan..."
Cewek ini… ...Mengapa kamu tidak menyangkalnya saja, sih? …Saat ini, aku tidak tahu apa aku mesti senang atau sedih.
…Eh, jangan bilang kalau aku sebenarnya itu… ...Mustahil, bukan? Sudah jadi pengetahuan umum kalau aku ini manusia, bukan? Aku punya dua pasang tangan buat memegang mangkuk nasi, oke? Aku dapat mengambil dan menggunakan tisu toilet di toilet dengan benar, loh? Aku dapat mengeringkan tanganku setelah mencucinya, loh?
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
Baca juga dalam bahasa lain:
• Bahasa Inggris (Versi Lengkap) / English (Full Version)
Baca juga: