Bab 36 (Bagian 1 dari 2)Sang Teman Dekat Bicara
(TL Note: Sebenarnya tidak ada pembagian bab ini jadi 2 bagian, tetapi karena terjemahan kami didesain secara khusus kayak versi LNnya, maka kami susun jadi 2 bagian, karena sebagian cerita dari bab ini merupakan bagian dari Seri/Jilid 1 (bab akhir) dan sebagian lagi merupakan bagian dari Seri/Jilid 2 (bab awal).)
Kalau dipikir-pikir, aku sudah sering melihat ekspresi 'sudah cukup' itu dari Natsukawa. Alih-alih marah, tampaknya dia muak denganku... Sudah aku duga, dia memang kesal denganku.
Iya, kalau menyangkut soal Natsukawa yang emosional, bagian itu selalu terlintas dalam benakku.
Tetapi, Natsukawa hari ini lain. Belum pernah sebelumnya dia bersikap terus terang padaku dengan kemarahannya. Seakan-akan aku melakukan diet detoksifikasi dan efeknya langsung terasa. ...Ara ~, ya ampun... apakah aku selalu setampan ini?
"Iya, kamu benar. Aku juga merasa ada sesuatu yang aneh, tetapi... Begini, soal siang tadi, bukan, apa benar begitu?"
"..."
"A-Ahh... Punggungku sakit..."
"Eumm...!"
Melihat ekspresi canggung Natsukawa, aku tahu kalau dia pasti punya alasan untuk itu. Belum lagi itu benar-benar berbau kalau dia tidak mau membicarakan hal itu padaku... Ahh, baunya. Aku akan mencium baunya lagi. Biarkan aku menciumnya lagi!
"Ah... Eumm... Sajocchi..."
"Tung-Tunggu sebentar!"
Tepat saat Ashida sedang bicara, dia disela oleh Natsukawa.
Eh? Apa dia benar-benar tidak mau bicara padaku? Kalau begitu, tidak perlu buatnya untuk memaksakan diri... Aku ini bukan iblis, kamu tahu? Jujur saja, kalau itu bukan sesuatu yang akan mengganggunya, aku tidak terlalu penasaran... Tetapi, kalau itu memang sesuatu yang akan mengganggunya, kalau begitu bilang padaku! Aku akan dengan senang hati menerimanya!
"Sudah cukup, Aichi. Hari ini, kamu benar-benar sudah melampaui batas."
"A-Aku tahu itu memang salahku...! Te-Tetapi...!"
Aku sangat senang kalau Ashida ada di pihakku, tetapi kalau dia ragu-ragu untuk mengatakannya... sudah aku duga, itu pasti sesuatu yang merepotkan, bukan? Baik itu Kakak ataupun Natsukawa, ada begitu banyak hal yang tidak aku pahami soal mereka, tetapi aku juga tidak marah. ...Baiklah, aku rasa kalau aku menarik diriku sendiri di sini, maka semuanya pasti diselesaikan dengan damai, bukan? Bagaimanapun juga aku ini sudah dewasa.
"Eum, kamu tidak perlu mengatakannya, kamu tahu?"
"...Eh?"
"Pasti sulit untuk mengatakannya, bukan? tidak apa-apa. Kamu cuma mau aku tidak membicarakan sesuatu yang vulgar dengan Koga ataupun Murata, dan berhati-hati dengan pilihan kata-kataku pada Kakak, bukan? Kalau aku lakukan itu, kita bisa mengakhiri kasus ini dengan damai, bukan?"
Sejak awal, aku tidak pernah punya rencana untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan kelompok cewek-cewek yang tidak beraturan itu. Dan kecuali sesuatu yang tidak biasa seperti hari ini terjadi, aku tidak akan menggunakan kata-kata umpatan saat bicara dengan Kakak. Mengesampingkan obrolanku dengan Natsukawa, setiap obrolan hari ini memang sangat melelahkan. Mungkin, hal semacam ini tidak akan terjadi lagi di masa mendatang...
Seperti yang dikatakan oleh Yūki-senpai, kalau semua masalah ini terkait dengan perilakuku, maka ini cuma konsekuensi dari apa yang aku lakukan saja... ya, cuma itu atau... mungkin semuanya perlahan-lahan mulai bergerak ke arah yang benar. Ini bukan sesuatu yang akan tetap kayak gini selamanya.
Aku kira, Natsukawa, yang dalam artian tertentu, selalu sangat dekat denganku, cuma merasa jengkel dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-harinya. Iya, aku memang yakin akan hal itu.
Karena itulah, aku cuma akan menjadi bantalan yang siap menerima semua kesalahan dan menangkapnya––
"I-Ini tidak akan berakhir!"
"?!"
Eh, apa...?
A-Apa dia sedang marah? Dia sedang marah, sih? Ashida juga tanpa sadar menyandarkan dirinya ke belakang karena kaget sepertiku.
Bukankah ini gila? Aku tidak pernah menyangka kalau akan tiba masanya Natsukawa mau terus menempel padaku begini. Biasanya, dia akan langsung menjaga jarak dariku. Baiklah, kalau kamu sampai bersikeras sejauh itu, maka aku akan bertahan sampai kamu merasa itu cukup... ...Iya, mungkin dia memang membenciku karena aku terus bilang hal semacam itu.
Ashida menatap Natsukawa dengan tatapan kritis. Natsukawa menunjukkan reaksi yang canggung, dan ia membuka mulutnya perlahan.
"Te-Tetapi... ...Ka-Kalau aku membiarkanmu begitu saja, kamu akan lakukan hal yang aneh lagi..."
"Imut─ Tidak, tentu saja tidak begitu."
"Sajocchi, perasaanmu yang sebenarnya. Itu bocor... Mengapa kamu berpura-pura kamu tidak mengatakannya sekarang..."
Seorang Dewi? Seorang bidadari? Tidak, dia itu seorang Dewi. Reaksi imut macam apa itu? Apa yang mesti aku lakukan di sini? Haruskah aku 'berbalik arah 3 kali dan menggonggong'? Aku akan lakukan itu, kamu tahu? Meskipun aku mesti merogoh kocek?
"Ada sesuatu yang aneh...? Misalnya? Apa yang akan membuatmu marah, Natsukawa?"
"I-Itu..."
"Iya, kalau sulit untuk dikatakan, kamu tidak perlu mengatakannya."
"Apa... Tung-Tunggu...! Ada apa denganmu! Tidak bisakah kamu menunjukkan agak lebih banyak minat?!"
"Kalau cuma minat, aku punya. Terutama padamu, Natsukawa."
"A-Apa...!"
"A-Ahh... Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku mendengar kata-kata itu dari Sajocchi."
Ah, s*alan, aku melontarkan perasaanku yang sebenarnya tanpa sadar.
Sudah aku duga, kebiasaan yang aku punya selama bertahun-tahun tidak akan hilang secepat itu... Merayu Natsukawa sudah hampir jadi sifat keduaku. Dalam artian itu, aku kira akan jauh lebih bagus buatku untuk menjaga jarak... Tetapi, menjauh terlalu jauh juga tidak bagus. Aku tidak tahu caranya menarik garis lurus dengan benar di sini.
Sampai sekarang, bukannya aku selalu gagal agar tetap rendah hati? Bahkan dengan kasus Inatomi-senpai, pada akhirnya aku membicarakannya dengan Shinomiya-senpai... Sungguh, 'Daku' memang bermasalah dengan diriku sendiri.
Yang aku tahu, aku sudah mengacaukannya, jadi aku menunggu hinaan darinya. Pertama-tama, kasus soal Natsukawa ini memang salahku...
"Ka-Kalau begitu─."
"Hah...?"
Hhmm...? I-Itu bukanlah reaksi yang aku harapkan. Bukannya dia akan menyebutku najis dan jijik dengan wajah lesu, dan pergi membersihkan tangannya setelah itu seperti biasanya? Eh, mengapa dia tampak sangat bertekad─?
"─Kalau begitu... ...Da-Datanglah berkunjung ke rumahku!!"
"..."
...Eh?
...
...–––@$#%??!!
"A-Aichi... Apa kamu berencana membunuh Sajocchi...?"
"...? Ah...?! ~~Ahh~~~!!!"
"Hei...! Kalian berdua, berhenti menggeliat!! Aku yang paling malu di sini! Hei, hentikan! Dengarkan aku!!"
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
Baca juga dalam bahasa lain:
• Bahasa Inggris (Versi Lengkap) / English (Full Version)
Baca juga:
Dengan demikian Penerjemahan Web Novel Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha Seri 1 sudah selesai. Terima kasih sudah setia membaca di tempat kami. Kalian bisa melanjutkan ke Seri 2 dengan mengklik tombol "Selanjutnya→". Sampai jumpa lagi pada update-an berikutnya!