Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 1 Bab 15 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-15-di-lintas-ninja-translation

Bab 15
Cara Realistis

(Author Note: Saat aku menulis bab ini, masih musim panas.)

Sekarang masih pagi. Sudah panas sekali sejak pagi, beda sekali dari hari kemarin. Karena kesulitan tidur, aku bangun pada waktu yang teratur akhir-akhir ini, tetapi hari ini aku bangun pada saat orang tua mulai melakukan peregangan. Meskipun aku pikir ini masih terlalu pagi, tetapi aku sudah tidak ngantuk lagi. Jadi, aku rasa, aku tidak punya pilihan lain selain mulai bersiap-siap.

Saat aku hendak keluar rumah, Kak Kaede turun dari lantai dua mengenakan kamisol dengan rambut acak-acakan, lalu Kakak melirik ke arahku, dan merasa kecewa, seperti "Kamu mau ngapain, sih?". Kalau saja Kakak sedang di depan cowok tampan, Kakak pasti tidak akan pernah tampil kayak gitu.

Lalu, aku meninggalkan rumahku sementara keteganganku mereda.

Dalam berbagai kisah seperti di novel ringan dan manga, karakter utamanya akan bertemu dengan cewek yang sudah ditakdirkan. Tentu saja, itu merupakan karakter utamanya, jadi meskipun itu cuma cowok SMA biasa, di ilustrasi biasanya digambarkan dengan tampan. Soalnya, hero yang benar-benar tampak jelek tidak akan laku di anime ataupun manga.

Makanya ia bisa dekat dengan cewek-cewek imut tanpa perlu melakukan apapun, dan tidak berlebihan untuk mengatakan kalau tingkat keberhasilan saat ia melakukan sesuatu itu 100%. Iya, itu tidak akan jadi sebuah kisah kalau tidak seperti itu.

Sebaliknya, reaksi cewek saat cowok normal mengambil tindakan seperti yang terjadi padaku kemarin.

 'Hah…? Menjijikkan.' (Lebai)

Reaksi semacam itu dari seorang cewek yang berperilaku baik, memang terlalu lebai buatku. Memang benar. Aku belum pernah merasa sekosong itu. Kalian lihat, tidak peduli seberapa panas atau dingin suhu pada waktu itu, kata-kata itu pasti membuat lingkungan terasa sangat dingin... Iya, itu merupakan pelajaran yang bagus buatku.

"Hei."

Tidak, aku benar-benar menyadarinya lagi. Lagipula, saat aku memikirkan Natsukawa, aku masih sangat bersemangat. Meskipun aku memperingatkan diriku sebanyak itu, aku penasaran apakah itu masih belum cukup.

"Tunggu."

Ini mungkin kesempatan bagus buat duduk di bangku pojok depan. Dari sudut pandangku, menurutku itu memang merupakan posisi bangku yang membosankan dan cuma disukai oleh orang-orang serius, dan menyebalkan karena mudah ditunjuk oleh guru, tetapi dengan memanfaatkannya aku dapat membuat diriku, Sajou Wataru, untuk punya kesan baru dari orang lain, mereka pun mungkin mulai berpikir kalau aku sebenarnya siswa yang rajin.

"Jangan abaikan aku!"

"Euh!?"

Tiba-tiba mati lemas membuatku mengeluarkan suara yang aneh. Ahh, jakunku… …Hei, bagaimana kalau suaraku jadi suara soprano yang indah karena hal ini!? Mungkin aku akan menyanyikan lagu Ghibli…!

Jakunku… Mengapa kamu menyimpan rasa dendam begini? Sambil membayangkan diriku yang sedang melakukan debut penyanyi yang spektakuler, aku melihat ke belakang.

Lalu yang terpantul di depanku yaitu Wajah Sang Dewi (Natsukawa).

"…Ahhh, aku senang."

"Kamu itu terlalu dekat!"

"Euhhh!?"

Dia mendorongku dengan tasnya. Natsukawa-san, itu ulu hatiku, kamu tahu... ...Sambil kesakitan, aku penasaran apakah serangan mendadak jadi populer akhir-akhir ini. Kalau memang benar begitu, itu buruk… ...Lagipula, suaraku masih terdengar aneh.

 'Haritsumeta, Yumi no'…..Uhhh!???

[TL English Note: Jadi, ini merupakan awal dari OST Anime Ghibli, Princess Mononoke. Lagunya yaitu "Princess Mononoke" yang dinyanyikan oleh Yoshikazu Mera.]

"Sungguh cara yang ganas untuk menunjukkan kasih sayangmu pada seseorang..."

"Tidak, bukan begitu maksudku!"

"...Tentu saja, bukan."

Tanpa sadar, aku mengeluarkan kalimat yang biasa kuucapkan saat aku masih 'bermimpi'. Tetapi, mendengar kata-kata kasar Natsukawa, langsung membawaku kembali ke dunia nyata. Iya, ulu hatiku memang seperti sapu tangan untuk menyeka tasnya.

"…Memang bagus untuk mengikuti apa yang sedang populer akhir-akhir ini, tetapi jangan mulai melakukan sesuatu yang buruk saat kamu melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, oke?"

"Hei, mengapa ini terdengar seperti ini semua adalah salahku… …Tung-Tunggu sebentar!"

"Apa? Apa kamu ada sesuatu yang kamu ingin tanyakan dariku?"

Aku kecewa dengannya, dia membuat suasana hatiku jadi buruk dan memukuliku dengan tas sejak pagi. Tidak peduli seberapa besar aku menggemari Natsukawa, mana mungkin aku bisa bersikap anggun.

Saat aku menyadari akan hal itu, sikapku padanya barusan memang dingin, aku bahkan menjawab tanpa memandangnya. Ah, bukankah ini berbahaya? Itu pasti akan membuat Natsukawa marah...

"Hmm… ka-kamu jangan pasang wajah seram begitu…"

"…Hah?"

Aku mendengar suara imut yang tidak aku duga dan melihat ke belakang. Ada sosok Natsukawa yang sedang menunduk seakan-akan dia kesepian.  Eh, tunggu, dia tampak sangat imut.

"Apa kamu tidak apa-apa?"

Biasanya, dia tidak peduli padaku. Dia harusnya tidak terlalu memikirkannya saat cowok sepertiku punya sikap yang membuatnya merasa rentan. Perubahan macam apa yang terjadi padamu sangat mendadak ini, Natsukawa?

"Harusnya aku yang menanyakan itu… ...Padahal aku selalu ada di dekatmu sampai saat ini, mengapa tiba-tiba…"

"Ah…."

Entah mengapa, aku kesal dengan wajah emosional yang tidak pernah dia tunjukkan padaku sebelumnya. Aku tidak dapat memikirkan kata-kata apapun dalam perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini. Jadi, aku terkejut karena aku cuma bisa berbicara dengan gemetar. Lalu, Natsukawa menatapku dengan kuat dan pergi ke depan.

…Aneh. Sudah dua pekan sejak aku berhenti mengikuti Natsukawa, tetapi reaksi orang lain dan bahkan Natsukawa padaku berbeda dari yang kuduga. Aku kira kalau aku tidak menghalanginya lagi, dia akan jadi idola yang populer di kelas, dan melupakanku dengan cepat.

"…Aku tidak mengerti."

Pertama-tama, mengapa dia tiba-tiba mengobrol denganku? Bukankah aku cuma menyusahkan dia saja? Kalian tahu, kalau orang yang mengganggu seperti itu ada di depanku, aku akan mengambil jalan lain sampai aku tidak akan bertemu orang itu lagi. Lebih baik mengambil jalan memutar meskipun aku mesti membuang waktuku, daripada perlu merasa terganggu.

Hmm, haruskah aku meminta saran?

Bukannya aku mau menyembunyikan dan menyimpan ini di pikiranku. Dan, aku rasa tidak apa-apa kalau cuma ada satu orang lagi yang mengetahui pikiranku. Sudah kuduga, sulit buatku, yang seorang cowok untuk memikirkan hati seorang cewek. Aku mesti segera meminta nasihat orang lain, sehingga aku tidak akan dihukum lebih jauh lagi dari ini.

"Apa pendapatmu soal pendapat Natsukawa soalku?"

"Aku pikir, dia rasa kamu menjijikkan."

"…"

Aku pikir aku sudah membuat kesalahan serius dalam memilih penasihatku. Aku pikir aku harusnya bertanya pada seseorang yang akan lebih memperhatikan orang lain. Meskipun kamu menjawab dengan terus terang, orang itu sendiri ada di depanmu sekarang, jadi tidak bisakah kamu sedikit lebih perhatian, Ashida? Cewek s*alan ini.

Tunggu, tenanglah. Sekarang aku sudah dewasa. Iya, aku memang sudah dewasa. Inilah waktu yang tepat buatku untuk memamerkan cara berpikir yang menerima segalanya tanpa mudah marah…!

"...Ia, aku sendiri pun juga berpikir kalau aku ini menjijikkan."

"Sajocchi… Entah mengapa, aku merasa sedih."

(TL Note: Mimin ketawa nerjemahin ini, wkwk.)

Uhh… Cewek ini… Seperti yang kuduga dari Ashida. Tapi, bukankah kamu bilang kalau aku ini menjijikkan? Jadi, jangan menatapku dengan mata yang iba… Tenanglah, aku sedang berkonsultasi dengannya saat ini. Tidak peduli apa yang dia katakan, aku tidak boleh marah.

"Biasanya, kalau cowok menjijikkan dan menyebalkan itu bilang sesuatu yang dingin padamu, kamu tidak akan merasakan apa-apa, bukan?"

"Hah…? Tunggu sebentar. Apa kamu mengatakan sesuatu yang dingin pada Aichi?"

"…Dia bilang kalau dia sudah muak denganku di awal pertemuan, dan dia pun memukul ulu hatiku dengan tasnya. Jadi tentu saja aku akan bersikap dingin padanya. Itu wajar, bukan?"

"I-Iya…"

Ashida memegang wajahnya di tangannya seakan-akan dia sudah menebak sesuatu. Lalu beberapa saat kemudian, dia menatapku dengan wajah yang menyebalkan, dan menyatukan kedua tangannya.

"Aku rasa Aichi tidak punya niat buruk padamu.  Kamu cuma perlu berbesar hati soal hal itu."

"Jangan khawatir, aku tidak terlalu peduli, sih, karena itu Natsukawa."

"Benar, tidak usah terlalu dipikirkan. Ngomong-ngomong, apa-apaan dengan pengistimewaan Aichi itu."

Ashida menatapku dengan mata tercengang. Tunggu sebentar, apa itu, 'Aku  benar-benar belum bisa mengertimu', seperti apa penampilannya sekarang? Yang kita bicarakan ini tangan dan tas Sang Dewi, loh. Tentu saja itu akan jadi sangat populer, bukan?

"Apa yang belum aku mengerti yaitu setelah itu.  Aku memang mendapat suara pelan yang konyol setelah dia memukulku, tetapi Natsukawa memasang reaksi imut setelah itu. Apa dia berniat membunuhku dengan keimutannya?"

"Sajocchi, aku belum perlu mencoba mengimbangi kegembiraan yang tidak terkendali dengan watak seperti itu."

"Intinya, kalau aku memang sangat menjijikkan sampai dia memukulku, kalau aku memang memberikan respons dingin dia seharusnya tidak merasakan apa-apa. Bahkan lebih baik kalau dia membalasnya juga dengan sikap dingin. Itu tidak akan membuatku terlalu banyak berpikir."

"..."

'Bukankah wajar kalau aku begitu?', itulah yang aku tanyakan. Tetapi, setelah melihatku dengan wajah terkejut, dia mulai berpikir dengan wajah yang kesulitan lagi. Mengapa kamu melihat wajahku? Saat ini, aku benar-benar penasaran apa yang dipikirkan Natsukawa.

"Hei, bolehkah aku bertanya mengapa kamu memanggilnya dengan nama keluarganya lagi?"

"Karena itu akan membuat orang lain salah paham soal kami, dan dia pun bilang padaku kalau itu menyebalkan."

"Akhir-akhir ini, kamu tidak mendekati Aichi lagi, bukan?"

"Karena aku kan, sudah ditolak berkali-kali."

"Menyerah cuma karena hal itu, benar-benar gak kayak lo banget ah, Sajocchi."

"Wajar kan kalau akhirnya akan datang. Sulit untuk berpikir kalau aku akan tahan untuk terus ditolak ke depannya. Dan aku rasa Natsukawa, yang selalu dibuntuti oleh seorang cowok yang tidak dia suka, akan merasa kalau aku ini cuma pengganggu."

"…Sekarang, aku mengerti apa yang mengganggumu."

Ashida mendengarkan kata-kataku dan dia memasang wajah masam. Dia terus memasang ekspresi yang berbeda. Soalnya, kalau dia menunjukkan wajah macam itu pada cowok yang cerdas, pasti dia akan merasa tertekan.

Mungkin perasaanku memang muncul di wajahku, Ashida berbalik dan mengusap pipinya, menoleh ke belakang dan menunjukkan ekspresi cerianya yang biasa. Ka-Kamu tidak perlu memaksakan dirimu untuk memperbaiki ekspresimu.

"Hmm, menurutku sikapnya Aichi itu memang buruk! Tetapi, aku rasa sikap Sajo-chi juga buruk!"

"Me-Mengapa?"

"Karena Sajocchi itu selalu bersamanya sampai saat ini, orang-orang di sekitar Aichi menahan diri untuk tidak mengobrol dengannya, jadi cuma ada sedikit orang yang bisa dia ajak bicara di sekolah! Temannya satu-satunya cuma kamu dan aku, jadi kamu tidak bisa menjauh dari Aichi begitu saja, bukan!?"

"Jadi, itu karena aku selalu bersamanya, ya….?"

Kata-kata Ashida itu menusuk dadaku. Aku pikir itu memang penjelasan yang sangat meyakinkan.

Aku memang tidak meragukan sifat idolanya Natsukawa. Tetapi bagaimana kalau aku melibatkan diri dengannya? Kalau aku tetap di sebelahnya, sekitarnya cuma akan menjauh darinya. Dan saat ini pun, aku yakin kalau siswa-siswi di sekitarku akan terlibat dalam kata-kata dan tindakan bodohku dengan terlibat dengan Natsukawa…

Mungkin caraku dalam menyukai Natsukawa juga buruk…? Untuk siswa-siswi yang tidak suka tampil mencolok, begitu saja mungkin sudah jadi alasan untuk menghindarinya.

"…Tunggu, jadi…"

"Hmm, Tunggu? Ada apa?"

Sekarang aku kan sudah jauh dari posisi bangkunya, kecuali aku mendekati posisi bangkunya, teman-teman yang lain tidak akan takut untuk mendekatinya, bukan? Dan kalau aku menambahkan Ashida ke dalamnya, suasana hangat ini akan semakin bertambah, dan lingkungan yang mudah untuk diajak bicara akan tercipta.

I-Inilah...!

"Ashida."

"A-Apa...?"

"Inilah awal dari Strategi Produksi Idola yang Hebat…!"

"Apaan itu? Hei, apa kamu sedang baik-baik saja…!?"

Author Note: Mungkin.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

←Sebelumnya          Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama