Shimotsuki-san wa Mob ga Suki [WN] - Seri 3 Bab 148 - Lintas Ninja Translation

baca-shimotsuki-san-wa-mob-ga-suki-wn-seri-3-bab-148-lintas-ninja-translation

Bab 148
Dewa Komedi Romantis Sudah Berubah

Di sebuah ruang kelas yang diterangi sinar matahari terbenam, aku berduaan saja dengan seorang siswi.

Dulu, aku berteman dengan Shiho dalam situasi yang sama.

Tetapi kali ini, cewek yang bersamaku bukanlah Shiho.

Itu merupakan seorang cewek berambut merah muda bernama Kururi Kurumizawa.

"Aku tidak tertarik padamu, oke? Aku cuma mau mengobrol denganmu sebentar."

Katanya sambil memegang ponselku di satu tangan, pipinya memerah.

Tidak, mustahil, bukan? Pipinya cuma merah dari pantulan matahari terbenam, bukan?

Kamu mustahil... sesenang itu bersamaku, bukan?

"…Bolehkah aku mendapatkan ponselku kembali? Aku yakin ada banyak panggilan masuk."

Jujur saja, aku ketakutan.

Aku sudah puas dengan kisah komedi romantisku yang mandek. Aku mau bersantai saja dengan Shiho selamanya.

Perubahan ini tidak perlu.

Karena kami sudah berteman baik.

Dan seiring berjalannya waktu, kami akan jadi teman yang lebih baik, dan pada akhirnya, saat kami mencapai usia tertentu, kami akan mempertimbangkan untuk menikah.

Itulah jenis kisah komedi romantis yang aku mau.

Kami tidak mau kisah kami punya puncak dan lembah. Kami tidak mau mengalami pasang surut. Kami tidak mau ada insiden, peristiwa, konflik, kemunduran, atau bahkan bencana.

Namun, Dewa Komedi Romantis itu memang tanpa ampun.

Saat aku mengira Dia sudah dengan mudah membuang Ryoma Ryuzaki, Dia mulai menyayangiku sendiri.

Aku benar-benar mau istirahat.

"Panggilan masuk?  Iya, memang ada banyak, tetapi aku mematikannya karena terlalu berisik.  Nakayama, apa kamu tidak punya kata sandi di ponselmu? Kamu ini memang sangat ceroboh… Bukankah itu mengapa ponselmu bisa diambil dengan mudahnya?"

Melihat senyumannya yang nakal, aku pun berkeringat dingin.

Mengapa dia tersenyum begitu saja padaku? Aku tidak mengerti.

Mengapa dia tidak bisa sarkastik denganku kayak sebelumnya?

Tidak perlu menunjukkan emosi apa-apa.

Akan jauh lebih bagus buat kami berdua untuk hidup sebagai orang asing.

"Ah, jangan khawatir, aku tidak melihat apa yang ada di sana, oke? Aku tidak akan melewati batas… Iya, biasanya. Maaf soal ini. Apa itu membuatmu kecewa karena ponselmu diambil?Maafkan aku soal itu."

Saat dia bilang begini, dia memberiku ponselku.

Kami memang terpisah beberapa meter. Tetapi dia tidak tampak semakin dekat. Dia bersandar di jendela, menungguku datang.

"Tidak, aku tidak marah padamu, kok, tetapi ... aku mau mendapatkan ponsel itu kembali."

Aku mendekatinya dengan hati-hati, bilang sesuatu yang lembut agar tidak memprovokasinya.

Perlahan, selangkah demi selangkah, aku berhenti tepat dalam jangkauan dan mencoba mengambil ponsel itu dari tangannya.

Tetapi Dewa Komedi Romantis tidak mengizinkanku mengambilnya begitu saja, dia punya rencana lain.

"-!?"

Tiba-tiba, sesuatu tertangkap di kakiku. Tas seseorang ada di lantai. Aku pun jatuh ke depan, kakiku tersangkut saat berguling dengan tidak wajar.

"Awas!"

Pada saat itu, dia mengganti posisinya dan bergerak maju untuk menangkapku.

Kurumizawa-san itu ringan. Dia memang menangkapku tetapi tidak dapat menopangku, jadi kami berdua jatuh.

Akibatnya, wajahku bertabrakan dengan dadanya.

"Aduh… Nakayama, kamu tidak apa-apa? Apa kepalamu terbentur?"

Kurumizawa-san memang terjatuh, tetapi dia tampak tidak kenapa-kenapa. Dia mengkhawatirkanku.

Aku baru saja menabrakkan wajahku begitu keras sampai-sampai aku tidak bisa langsung bilang apa-apa. Hidungku memang sangat sakit… Aku merasa seperti akan mimisan. Kalau aku melakukannya, darahnya akan mengenai pakaian Kurumizawa-san, jadi aku bergegas meletakkan tanganku di wajahku.

Tetapi sebaliknya, tanganku malah ada di… p******anya.

Karena aku sedang terburu-buru, aku tidak bisa memastikannya.

"Euh~~~!?"

Wajah Kurumizawa-san jadi merah padam dalam sekejap.

Setelah dadanya tiba-tiba disentuh, tidak mengherankan kalau dia akan marah.

Namun…

"…Euhm, bisakah kamu melepaskanku? Ini sedikit memalukan…"

Dia cuma gelisah dengan malu-malu.

Aku pasti bisa merasakan detak jantungnya.

Aku merasa darahku berhenti mengalir begitu banyak sampai mimisanku mereda.

Mengapa dia segugup itu cuma karena aku menyentuhnya?

(TL Note: Ya, lu mikirlah, Bang, lu nyentuhnya di mana.)

Sebaliknya, mengapa dia tidak marah padaku?

Aku rasa itu wajar buat seseorang untuk marah atau jijik saat orang asing tiba-tiba menyentuh tubuhnya.

Ini mirip adegan dari kisah komedi romantis.

Tidak, kata "suka" mungkin terlalu remeh.

Aku sekarang disayangi oleh Dewa Komedi Romantis.

Aku yakin kalau ini pun sudah direncanakan sejak awal.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

←Sebelumnya            Daftar Isi         Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama