Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 8 Bab 200.2 - Lintas Ninja Translation

Bab 200.2
Mau Membantu

Festival budaya sudah berakhir, dan suasana tegang dan heboh di dalam kelas sudah lama menghilang. Siswa-siswi SMA sekarang sudah tenang dan terbiasa dengan kehidupan sekolah mereka yang biasanya juga. Namun, seorang siswi yang duduk di belakang dekat lorong sudah kembali normal — Ichinose Mina, seorang cewek pendiam dan mungil yang sangat suka membaca.

"…"

Saat ini jam istirahat sedang berlangsung, dan Mina mengeluarkan buku-buku paketnya untuk mempersiapkan mata pelajaran berikutnya, dan juga sebuah novel. Dia membukanya dan mulai membaca baris-barisnya. Melalui pemfokusan diri, dia mampu meredam kebisingan dan suara lain di sekitarnya, memasuki alam dunia cerita—atau begitulah semestinya.

"…"

Dia tidak bisa fokus sedikit pun. Itu merupakan sesuatu yang biasanya dia kuasai, tetapi saat ini benar-benar gagal. Akan tetapi, dia punya firasat mengenai apa yang dapat menjadi alasannya. Posisi bangku secara diagonal ke depan kiri ada seorang siswi SMA dengan potongan rambut Bob berwarna coklat — Shirai Nonoka. Dia mungkin tidak selevel Mina, tetapi dia sangat jinak dan dewasa, selalu baik kepada semua orang. Dia juga suka baca, tetapi dia lebih suka manga shojo ketimbang novel, jadi dia punya jangkauan yang lebih luas untuk dibaca.

Dan ada cewek lain dengan rambut pendek hitam. Dia duduk di pinggir kelas, juga seperti Mina dalam artian dia cuma dibatasi satu seorang cowok yang dapat Mina percayai — Okamoto Aoi. Dia merupakan seorang pembaca kayak dua siswi lainnya, tetapi dia juga memilih untuk membaca manga shoujo. Tetapi dengan mereka berdua, Mina dapat mengobrol soal buku favoritnya dan karakter yang sangat dia sukai.

Dan sekarang, mereka berdua menetap masing-masing, duduk di bangku mereka masing-masing, dengan kepala tertunduk. Saat semester kedua dimulai, mereka berdua memang sangat tegas menghabiskan waktu bersama Mina, terus-menerus berkumpul di bangkunya, dan tidak membiarkan Mina membaca sesuatu sendirian saja. Mina tidak tahu mengapa mereka berdua bertingkah begitu. Ironisnya, dia mestinya senang karena dia dapat terus membaca dengan damai... Karena dengan begini, dia dapat sepenuhnya menikmati dunia yang dia pelajari — Tetapi bukan itu masalahnya.

"…"

Dia tidak bisa menahan rasa penasaran mengenai apa yang terjadi dengan mereka berdua. Jangankan tampak baik-baik saja, mereka malah tampak sedih dan tertekan, dan menurunkan bahu mereka. Di awal semester kedua, Mina belum tertarik pada orang lain. Jadi, bagaimana bisa dia berakhir jadi seperti ini? Karena dia mulai berinteraksi dengan orang lain. Kehidupan yang dia habiskan berbulan-bulan yang lalu sekarang sudah jadi hari yang tidak teratur. Dan perasaan yang dia punya ini mirip dengan perasaan-perasaannya sebelumnya yang lain.

…Sajou-kun.

Ini merupakan nama satu-satunya cowok yang dapat dipercaya oleh Mina — Sajou Wataru. Saat dia bekerja paruh waktu selama liburan musim panas yang lalu, cowok itu sering memperhatikannya, dan mereka mengobrol seperti biasanya. Namun sedihnya, hubungan senpai-kouhai mereka di tempat kerja paruh waktunya berakhir saat si cowok berhenti, tetapi mereka tetap akrab sebagai teman sekelas. Sebaliknya, Mina terus bekerja dan mengenal lebih banyak orang, yang berarti dia punya lebih sedikit waktu untuk membaca. Waktu yang dia perlukan untuk membaca satu buku pun jadi bertambah, membuat daftar buku yang masih harus dia baca bertambah dan bertambah lagi. Tentu saja, dia memang merasa menyesal atas fakta itu, tetapi dia juga bertanya-tanya pada dirinya sendiri — apa dia mau kembali kayak semula saat dia pertama kali. Jawabannya jelas, "Tidak dalam sejuta tahun."

(TL Note: Sudah sembuh dari penyayang Abang ya, Mbak?!)

Itu cuma sedikit keberanian. Satu langkah maju yang memungkinkan perubahan Mina sedemikian rupa. Dia mendapati bahwa semua kenangan hari-hari yang tidak istimewa ini sekarang tetap tertanam kuat dalam benaknya. Bahkan kenangan akan Festival Budaya yang biasanya jadi gumpalan kelam kini berubah jadi pengalaman yang berharga. Dia menyadari betapa pentingnya untuk berdiri sendiri, dan mengubah dirinya sendiri. Karena itu akan memperkuat pertumbuhan emosionalmu sendiri. "Masa muda" yang tidak pernah dia mengerti sebelumnya ternyata jadi sesuatu yang begitu manis dan menggoda.

Dan ini… sama persis…

Melalui berbagai pengalaman, tidak butuh waktu lama buat Mina untuk memahami situasi ini. Karena Shirai Nonoka dan Okamoto Aoi sudah jadi orang yang penting buat Mina. Mereka bukan orang asing yang bisa dia abaikan begitu saja dan diamkan. Dan… masih ada satu orang lain lagi.

"Jadi…Mina-chan?"

"!"

Orang ketiga dalam kelompok cewek ini yang sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari Mina — Saitou Mai. Dialah yang mengikatnya menjadi satu ekor yang menjuntai di satu bahu, memancarkan udara kecantikan khas Jepang, dan dia merupakan teman Mina yang lain seperti Shirai dan Okamoto. Mulai dari semester pertama sampai menjelang Festival Budaya, mereka bertiga pada dasarnya tidak terpisahkan. Dan dia juga merupakan satu-satunya yang punya keadaan khusus dalam seluruh situasi ini.

"Eum… ...begini…"

 "…"

"…Gak, gak jadi deh. Maafkan aku."

"Ah…"

Cewek itu menunjukkan ekspresi sedang terluka saat dia berjalan pergi. Dia selalu punya kesan berubah-ubah pada orang lain. Sedangkan dua orang lainnya akan selalu berlarian dan mengejar Mina setiap hari, dia perlahan memasuki kehidupan Mina dengan cara yang lembut. Dan buat Mina, Saitou Mai merupakan orang yang paling dekat dengannya. Dan meskipun akhir-akhir ini dia lebih banyak tersenyum, ada hari-hari di mana dia menunjukkan ekspresi terluka. Karena itu, Mina tidak tahu alasannya. Akan tetapi, dia mengambil perasaan keakraban dari ekspresi itu.

Sebagai pembaca yang rajin, Mina senang bisa sendirian. Makanya dia memilih untuk tetap sendirian dan menghabiskan waktunya dengan cara yang dia mau, namun kadang-kadang kontradiksi perlahan timbul di dalam dirinya: "Jadi sendirian itu kesepian."  "Aku benci jadi sepayah ini," dia dapat mendengar jeritan di dalam hatinya. Melihat ekspresi Saitou saat ini, itu mengingatkan Mina saat dia merasa seperti itu dulu.

Aku...mau melakukan sesuatu.

Sejak semester kedua dimulai, mereka bertiga selalu berada di sekitar Mina. Namun, mereka semua bertindak secara mandiri sekarang. Mina melihat mereka sebagai pengganggu pada masa-masa awal, tetapi sekarang mereka sudah jadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari.  Dan dia tidak punya alasan untuk menyangkalnya saat ini. Namun, masih ada masalah lain.

Apa sih yang sebenarnya terjadi…?

Alasan untuk perubahan situasi yang tiba-tiba ini... Dia berusaha memikirkannya, tetapi sadar kalau dia hampir tidak tahu apa-apa soal cewek-cewek itu. Dia tidak pernah berusaha untuk mencari tahu lebih banyak soal mereka.

 Ini… aku masih belum cukup bagus.

Mina tahu pentingnya untuk bangkit kembali… jadi sebagai permulaan, dia membutuhkan informasi. Mengapa Shirai dan Okamoto begitu kekosongan tenaga, dan mengapa Saitou membuat senyuman yang mencela diri sendiri? Untuk itu, Mina mesti mencari tahu lebih banyak. Baik dengan bicara langsung dengan mereka, atau bertanya pada orang-orang yang dekat dengan mereka yang bisa jadi lebih tahu. Dia melonjak dari mejanya, seakan-akan untuk meningkatkan motivasinya sendiri.

 ♦

Euh…

Posisinya saat ini yaitu masih di mejanya. Dibandingkan dengan semester pertama, Mina memang terlibat dengan jauh lebih banyak orang. Namun, dia itu masih pemalu dan tertutup, jadi dia berjuang untuk memulai obrolan dengan orang lain. Dia tahu betapa pentingnya mengumpulkan keberaniannya saat ini, tetapi ini dan itu lain halnya. Dia mengutuk dirinya sendiri karena senaif itu sebelumnya. Pada akhirnya… dia cuma bisa mengandalkan mantan senpai-nya. Meskipun dia tidak mau meminta bantuan orang yang sedang cedera seperti cowok itu. Merasa menyesal, Mina menuju ke arah cowok itu dan memanggilnya.

"E-Eum… Sajou-kun—."

"Fiuh… ...Hah?"

"Wah!"

Saat dia memanggilnya, Wataru mulai berdiri. Waktunya sangat buruk sehingga kata-kata Mina menyangkut di tenggorokannya. Namun meskipun begitu, dia berusaha untuk menyampaikan kata-katanya, saat—

"Maaf, Ichinose-san. Aku mesti ke toilet sebentar."

(TL Note: Gak ada hubungannya bab yang sebelumnya kan, ya??! Wkwk.)

"Ah…"

Wataru meminta maaf dengan sedikit membungkuk lalu pergi. Tanpa memberi Mina kesempatan untuk menghentikannya, Watari langsung berjalan keluar ruangan. Dan karena Mina sadar kalau Wataru sedang terburu-buru, Mina juga tidak berusaha mengejar Wataru. Bukannya dia bisa mengejarnya juga. Tetapi, kehilangan satu-satunya harapannya, Mina jadi bingung.

"…"

"Eum... ...Ichinose-san?"

"!"

"Maaf soal Wataru, ya."

"Dia sangat kejam!"

Dua orang yang memanggil Mina merupakan cewek yang duduk di belakang Wataru — Natsukawa Aika. Bersama dengan sahabat karibnya Ashida Kei, dia selalu bersama Wataru. Dia merupakan cewek yang cantik, selalu bercahaya, dan itu selalu membuat Mina terdiam saat mereka mengobrol. Di mata Mina, Aika merupakan teman baik Wataru, jadi itu akan membuatnya jadi teman dari temannya. Tetapi pada saat yang sama, dia seperti orang asing. Melanjutkan obrolan tanpa Wataru agak kasar menurutnya. Tetapi saat Natsukawa meminta maaf seperti sedang mengobrol tentang anggota keluarganya, Kei menunjukkan senyuman masam.

"Apa kamu butuh sesuatu dari Wataru?" tanya Aika.

"Mungkin kamu mau mengajaknya berkencan lagi?"

"Euh…"

"Hei, Kei…"

Mengikuti pertanyaan awal Aika, perwakilan dari kelas ini, Kei yang ceria, terus menggoda Mina. Dan menurut Mina, Kei merupakan keberadaan yang tidak bisa dia tangani dengan baik. Kalau bukan karena Aika yang menegur Kei, Mina mungkin sudah kabur saat itu.

"Eum, aku bisa sampaikan padanya kalau kamu mau...?"

(TL Note: Kepo aja lu, Mbak!)

"…"

"Ya ampun, Kei! Kamu sangat membuatnya takut sampai-sampai dia bahkan tidak mau berbicara lagi!"

"Hah?! Memangnya ini salahku, ya?!"

Itu memang benar sekali, tetapi juga bukan itu alasan utamanya. Buat Mina, bahkan Aika sendiri itu merupakan titik lemah. Kelemahan yang tidak bisa dia kalahkan. Tentu saja, Mina mengerti kalau cewek itu sama sekali bukan orang yang jahat, akan tetapi untuk orang yang tertutup dan pemalu, logika menempati urutan kedua.

"…"

"Oke, aku mengerti. Kei, tinggalkan kami berdua saja."

"Apa…?! Aichi?!"

"Tidak ada tapi-tapian!"

Didesak oleh Aika, Kei pura-pura menangis dan kembali ke mejanya. Bertemu dengan tikungan tak terduga ini, mata Mina mulai terbuka lebar. Aika pasti sudah menduga kalau Mina terlalu malu untuk menangani situasi ini dan menangani masalah ini sendirian. Berkat hal itu, Mina jadi lebih menyukai Aika.

"Jadi, ada apa?"

"Uhh…"

Meskipun begitu — ini masih belum cukup. Mina tidak tahu apa-apa soal Aika. Dan yang paling membuatnya takut yaitu membuat Aika marah tanpa sengaja. Karena dia buruk dalam mengekspresikan dirinya, itu merupakan dinding yang tampaknya tidak dapat diatasi. Mina menekankan satu tangan di dadanya, mencoba menenangkan hatinya yang bimbang.

"Apa itu sesuatu… ...yang cuma bisa kamu bicarakan dengan Wataru?"

 "…Ah…"

Aika dengan lembut menggenggam tangan itu dengan kedua tangannya. Bahkan kata-kata yang Aika katakan pada Mina disuarakan dengan kebaikan. Bak seorang kakak yang membiarkan Mina jadi egois. Itu berbeda dengan Sasaki Fūka, yang terkadang datang mengunjungi Mina di tempat kerja. Kemudian lagi, Fūka masih lebih muda dari Mina. Tetapi melalui hal ini, rasa takut Mina pada Aika perlahan berkurang, karena dia berhasil menenangkan diri dan mengingat tujuan awalnya. Yang terpenting saat ini yaitu Shirai, Okamoto, dan Saitou. Mencari tahu apa yang terjadi di antara mereka, dan kalau dia dapat mengetahuinya, maka tidak mesti lewat Wataru. Mengambil keputusan, Mina pun angkat bicara.

"Begini… ...A-Ada sesuatu yang mau aku tanyakan padamu."

"Iya, ada apa?"

"Eum... ...aku lebih senang tidak membicarakannya di sini..."

Bangku Okamoto sangat dekat dengan bangku Wataru. Pada jarak ini, Okamoto mungkin dapat menangkap obrolan mereka. Dan dengan bahaya yang membayangi mereka, dia tidak bisa menanyakan detailnya di sini. Dia memang bisa bertanya langsung pada Okamoto, tetapi itu akan membawa bahaya untuk menyakitinya, dan dia tidak punya keberanian untuk itu.

"Oke, kalau begitu mari kita pergi ke tempat lain."

"I-Iya…!"

Ditarik dengan tangan Aika, mereka berdua meninggalkan ruang kelas. Sementara itu tampak ekspresi kesepian dari Kei.

Mereka melangkah ke lorong, tanpa adanya Wataru. Mina dan Aika saat ini saling berhadapan.

"Begini… ...maafkan aku karena tiba-tiba menyeretmu ke sini. Aku tidak memaksamu untuk memberi tahuku kalau kamu tidak mau."

"Ti-Tidak apa-apa, kok…!"

"Be-Benarkah? Terus…"

Aika sudah mempertimbangkan untuk menunggu Wataru kembali kalau mereka akan mengubah lokasi mereka, tetapi dia menelannya karena Mina bilang kalau dia tidak apa-apa dengan ini. Ditambah, mengetahui kalau ada sesuatu yang Ichinose Mina ingin bicarakan dengan Wataru — Aika tidak dapat sepenuhnya menghapus semua rasa penasarannya. Kemungkinan ikatan mereka semakin dalam tanpa sepengetahuannya — Buat Aika saat ini, itu bukanlah sesuatu yang dapat dia abaikan begitu saja. Dan meskipun tidak mengetahui kesalahan ini, Mina mengambil keputusan dan angkat bicara.

(TL Note: Bahkan, Natsukawa Aika pun, ketakutan dengan heroin yang satu ini.)

 "Eum… ...sebenarnya…"

Mina lalu mulai memberi tahu Aika soal ketiga cewek lainnya itu. Kalau dia mau melakukan sesuatu demi mereka, tetapi bahkan tidak tahu mengapa mereka bertindak begini. Jadi, dia mau bertanya apa Aika tahu akan sesuatu.

"…Hmm. Sekarang setelah aku pikir-pikir, aku belum banyak mengobrol dengan mereka setelah Festival Budaya…"

"…"

"…Ah, maafkan aku, oke! Jangan menatapku begitu, dong."

Aika pasti merasakan kekecewaan dari Mina dan ekspresinya, saat dia dengan panik meminta maaf dan memalingkan wajahnya. Baru-baru ini, pikirannya cuma dapat memikirkan Wataru dan cedera parahnya. Dia memang tidak punya waktu luang untuk mengkhawatirkan teman sekelasnya yang lain ataupun orang yang bukan teman dekatnya.

"Te-Tetapi… ...Mereka kayaknya terganggu oleh sesuatu. Itu juga mempengaruhi suasana hati mereka di kelas…"

"…"

"Euh…! A-Aku tadi bilang kalau aku minta maaf!"

Dia bicara seakan-akan sekarang dia baru sadar kalau ada sesuatu yang salah di kelas. Mina menatap Aika seakan-akan dia tidak dapat mempercayainya. Pada saat yang sama, Aika menurunkan bahunya karena kalah.

"...Natsukawa, Ichinose-san bisa sangat sensitif untuk ditangani, jadi kamu tidak bisa memperlakukannya dengan cara yang sama seperti Ashida."

"! Wa-Wataru, butuh waktu cukup lama, ya. Apa kamu sudah mengeluarkan semuanya?"

(TL Note: Gak usah dibahas juga, Mbak!)

"Natsukawa, ayo tenangkan dirimu, oke?"

Ngomong-ngomong, itu cuma kelakuan "kecil".

"Cuma dengan tangan kiriku saja, ini agak sulit… Dan masih sedikit sakit." kata Wataru dengan nada yang agak malu-malu, membuat Mina dan Aika jadi merah padam.

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-200-2-di-lintas-ninja-translation

Tidak ada yang mendapatkan apa-apa dari obrolan itu. Meskipun begitu, setidaknya Wataru datang untuk bergabung dengan mereka berdua. Mengira kalau paling tidak ia tidak akan seberguna Aika, Mina memberi tahunya hal yang persis saat itu. Karena kemajuannya, Wataru pun tiba-tiba mulai tampak kayak ia akan menangis setiap saat.

"Ah… ...Ah… ...Ichinose-san… ...Kamu berusaha membantu teman-temanmu…"

"…Eum."

"Ah, maaf. Kita sedang serius, bukan? Maksudku, aku sangat terharu, jangan salahkan aku, ya."

Mina menyipitkan matanya lagi dengan sikap menghakimi, yang tampaknya sangat ampuh sebagai cara untuk membuat orang lain kembali ke topik obrolan. Bahkan Aika tidak dapat sepenuhnya menahan hal ini, karena dia menyilangkan tangannya dan melihat ke arah lain. Dia lalu berdeham sekali dan menghadap Wataru.

"Aku mau membantu mereka juga, kalau bisa. Mereka itu orang-orang yang pertama kali mengobrol denganku saat Kei dan aku semakin dekat."

"Kamu sih memang bilang begitu… ...Tetapi itu akan jadi hal yang rumit."

"...! A-Apa kamu tahu sesuatu…?"

"Iya... ....aku punya ide."

Baik Mina maupun Aika bergerak mendekat ke arah Wataru, sehingga membuatnya terhuyung ke belakang. Tetapi melihat tangan kirinya dan perbannya, mereka tenang kembali.

"Ja-Jadi…?"

"Maksudku… ....aku tidak tahu apakah aku dapat mengumbar rahasia dan… ...Ah, tunggu sebentar."

"Hah…?"

Wataru tiba-tiba menatap Mina, dan bergerak mendekat ke arahnya. Karena kaget dan terkejut, Mina menabrak dinding di belakangnya.

"Tidak bisa membantu seseorang pada saat mereka sedang membutuhkan… Dari segi kepribadian, itu kebalikan dari Shinomiya-senpai. Bagaimana kalau yang bermasalah itu Inatomi-senpai dan semacamnya...? Apa yang akan membuatnya bahagia…?"

"A-Ahhh…"

"Wa-Wataru! Apa kalian tidak terlalu dekat? Dan… ....mengapa nama Shinomiya-senpai yang muncul saat ini…?!"

Ditatap oleh Wataru dari dekat, Mina sangat tersipu malu. Aika pun kaget, berusaha menjauhkan Wataru dari Mina. Tetapi, Wataru masih berpikir. Mereka berdua punya tanda tanya yang ada di atas kepala mereka, dan saling memandang satu sama lain. Akhirnya, Wataru pasti sudah mencapai kesimpulan dalam pikirannya, dan melihat mereka berdua.

"Ichinose-san… ....Apa kamu ingat wawancara pertama yang kamu lakukan di tempat kerja paruh waktu kita?"

"Hah…? I-Iya…"

"Aku mau kamu mengingat keberanian yang kamu rasakan saat itu. Karena masalah inilah…Kamu dapat jadi penyelamat kelas kita."

"Ap…Haaaah?!"

Jam istirahat makan siang pun tiba, dan kantin sekolah sudah penuh dengan siswa-siswi. Di meja di barisan belakang duduk empat orang siswi, saling berhadap-hadapan.

"Eum... ...Mina-chan?"

 "I-Iya…"

"A-Apa kamu baik-baik saja?"

 "…!"

Duduk di sebelah kiri Mina, Saitou Mai memanggilnya dengan nada yang khawatir. Duduk di seberang meja, Shirai Nonoka juga melakukan hal yang sama. Okamoto Aoi ada di sebelahnya, tidak menyuarakannya secara terbuka, tetapi ekspresi khawatirnya berbicara sendiri.

Aku… ...aku mesti memberi tahu mereka dengan benar…!

Pertemuan ini terjadi karena Mina memanggil semua orang. Dia mengirim "Aku mau mengobrol mengenai sesuatu" pada semuanya. Dan dia menyelesaikannya dengan "Aku akan senang kalau kalian bisa datang ke kafetaria untuk istirahat makan siang berikutnya." Ini merupakan awal dari operasi yang dibuat oleh Wataru, Aika, serta Kei dan Ketua Kelas Īhoshi Seina. Dan detailnya memang sederhana… Demi Mina dapat mengungkapkan kekhawatiran dan masalahnya pada kelompok ini. Mereka tidak menyiapkan naskah apapun, tentu saja, jadi wajar kalau Mina jadi khawatir. Dan lalu ada kelompok berempat lainnya yang mengawasi mereka dari kejauhan.

'He-Hei…mengapa kalian semua cuma memesan roti dan susu…? Aku doang satu-satunya yang punya kotak bekal makan siang saat ini… '

'Kamu akan kalah begitu kamu mengkhawatirkannya, Natsukawa.'

'Aku cuma mau bergabung dari pinggir, AIchi.'

'Kotak bekal makan siang yang bergizi akan sangat membantu untuk perjuangan yang panjang. Lumayan juga, Natsukawa-san.'

'Da-Dalam hal apa?! Kalian tidak sedang menjebakku, bukan? Kalian bukan cuma lupa memberi tahuku, bukan…?!'

Meskipun ada beberapa pasang surut, mereka sama siapnya. Mereka memberi tahu Mina kalau mereka akan menyaksikan dari kejauhan… tetapi kenyataannya, itu lebih seperti jaminan kalau batas Mina akan tercapai di depan tiga cewek lainnya. Kalau keadaan tergelincir, Wataru dan yang lainnya bisa turun tangan untuk bertanya pada cewek-cewek itu tentang masalah mereka… ...Namun, Wataru tidak meragukan kesuksesan Mina sejenak.

'Hmf... ...aku mau banget membantu diriku sendiri.'

'Hei, hei, Aichi.'

'Kamu itu pekerja keras, Natsukawa-san. Tetapi dari apa yang Sajou-kun bilang padaku, tidak ada kerja keras yang dapat membantu di sini.'

'Apa maksudnya itu?'

'Situasi ini bergantung pada fakta bahwa Ichinose-san yang tertutup akan mengambil langkah pertamanya. Jadi mohon maaf, tetapi tolong tetap berada di sampingku untuk saat ini.'

'Wa-Wataru...?'

'Eh tunggu sebentar, bukan ini yang kamu bilang padaku.'

'Lucu sekali.'

Saat percakapan bergulir ke dalam suasana yang manis, Kei dan Īhoshi menginjak rem. Berlawanan dengan itu, meja Mina sebagian besar berisi semua orang yang bisa membaca suasana hati, dan tidak ada yang tahu bagaimana cara mereka bisa memulai obrolan.

"Jadi… apa yang mau kamu obrolin? Apa yang sudah terjadi?"

"E-Eum…"

"Bilang saja pada kami! Kami akan melakukan apa saja untuk membantumu!"

"…!"

Okamoto memanggil Mina dengan suara yang hangat. Tetapi Okamoto tahu kalau dia cuma memaksakan dirinya untuk tersenyum. Okamoto tidak dalam kondisi jiwa untuk mendengarkan masalah orang lain. Mina mengepalkan tangan di pangkuannya. Dia sadar kalau mereka semua menyembunyikan perasaan mereka yang sesungguhnya. Dan itu semakin membuatnya frustrasi. Itu menunjukkan kalau mereka tidak percaya padanya. Seperti yang dibilang seseorang padanya sebelumnya, itu menunjukkan kalau mereka memperlakukannya seperti maskot.

"…!"

"…Hah?"

"…!"

"…"

Mina memelototi mereka bertiga secara berurutan. Bertemu dengan ekspresi yang tegas dan hampir kayak mengajak berkelahi, cewek-cewek lain menahan napas. Mina mempersiapkan dirinya untuk disakiti dan dibenci, lalu dia akhirnya angkat bicara.

"Aku ingin tahu apa yang ada di dalam benak kalian."

"…?!"

Setiap kata memperjelas betapa beratnya itu membebani dirinya. Ini mengejutkan buat cewek-cewek itu. Mina-lah satu-satunya orang yang bertanya apa yang tidak berani ditanyakan orang lain.

"Akhir-akhir ini, kalian semua tampak begitu… tanpa tenaga dan sedih… ...Dan itu tidak akan membuatku tinggal diam."

"Ah…"

Shirai dan Okamoto melihat ke arah meja. Lagipula, alasan mereka melakukan ini yaitu untuk duduk bersama mereka di meja — yaitu di meja Saitou.

"Kalian semua… sibuk masing-masing… dan tidak ada yang mengobrol denganku… aku jadi kesepian…"

"…Mina-chan…"

Mendengar suara bergetar Mina, Okamoto mengangkat kepalanya. Seperti yang telah diduga, mata Mina berkaca-kaca.

"Aku tidak tahu apa yang ada dalam benak kita masing-masing… ...Dan kalau kalian memang benar-benar tidak bisa memberi tahuku, maka tidak apa-apa…"

"Ah…"

Akhirnya, air mata jatuh dari mata Mina. Tetapi dia tidak berhenti sampai di situ.

"Tetapi… ...apa aku tidak dapat membantu kalian…?!"

 """…"""

Kata-kata ini disampaikan dengan air mata — Tidak diragukan lagi, itu menunjukkan bagaimana perasaan Mina yang sesungguhnya. Kenyataannya, dia cuma keberadaan yang dapat mereka hancurkan kapan pun mereka mau. Tetapi saat mereka bermasalah dengan sesuatu, dia ada di sana untuk menyembuhkan pikiran mereka. Namun, maskot ini sekarang berkata kalau dia mau jadi kekuatan mereka. Perasaan ini, dipasangkan dengan air matanya, sangat bergema di dalamnya.

"…Jadi begitu, ya. Maafkan aku, Mina-chan."

"…! Aoi-chan."

"Tidak apa-apa, Nonoka-chan. Aku akan mengatakannya."

Mendengarkan Mina sampai akhir, yang pertama angkat bicara yaitu Okamoto. Shirai memang tampak khawatir, tetapi cahaya kembali ke matanya, saat dia menatap Saitou.

"Kamu tahu, aku sangat terkejut mendengar kamu mulai pacaran dengan Sasaki-kun, Mai-chan."

"Ah…"

"…Apa…?"

Mendengar pengakuan Okamoto, ekspresi Saitou langsung terdistorsi dalam kesedihan. Sementara itu, Mina berhenti menangis dan melihat ke antara mereka berdua. Wataru bilang kalau dia merasakan apa yang menyebabkan perpecahan di kelompok ini. Dia memang tidak pernah memberi tahu Mina, tetapi dia tidak tahu kalau itu berhubungan dengan cinta dan segala sesuatu di sekitarnya. Dan karena ini merupakan ranah yang jauh lebih dewasa dari yang dia duga, dia pun terguncang.

"Kita selalu mengobrol soal Sasaki-kun itu keren, mulai mengaguminya, mengobrol dengannya dari waktu ke waktu sambil bersemangat, dan lalu mengobrolkannya di grup kami. Aku pikir itu akan berlanjut selamanya. Jadi saat aku dengar kabar kalau Mai-chan dan dia mulai berkencan, aku rasa dia sudah mendahuluiku."

"Aoi…-chan…"

"Akan tetapi, akulah yang aneh karena berpikir begitu."

"Apa…?"

Saitou terkejut mendengarnya, mengangkat kepalanya karena syok.

"Aku selalu bicara soal Sasaki-kun sebagai favoritku, idolaku. Tetapi aku cuma membohongi diriku sendiri. Aku senang bisa menjaga jarak darinya… seperti dia merupakan seorang idola. Mana mungkin aku tidak mengembangkan perasaan apapun."

"…"

"Aku juga sama."

"…!"

Mengikuti Okamoto, kini Shirai juga menatap langsung ke arah Saitou, mengakui perasaannya.

"Bahkan setelah aku jatuh cinta pada Sasaki-kun, aku tidak berani mengakuinya. Aku memang kadang-kadang mengobrol dengannya tetapi sudah cukup senang dengan begitu saja. Dengan kemungkinan kalau dia akan menolakku melayang-layang di kepalaku, aku tidak bisa mengatakan perasaanku padanya."

"Nonoka-chan…"

"Kamu luar biasa, Mai-chan. Kamu benar-benar menembaknya."

"Kamu pasti sudah tahu kalau hal ini akan membuat hal-hal jadi canggung di antara kita. Tetapi kamu tetap melakukan yang terbaik dan mengumpulkan keberanianmu."

"Ka-Kalian berdua…!"

Ekspresi Saitou terdistorsi kesakitan karena dia tidak dapat mempertahankan pandangannya lagi. Dia mulai meneteskan air mata seperti yang dilakukan Mina sebelumnya.

"Maafkan aku… aku tidak bisa menahan diri lagi… aku sudah tahu kalau kita tidak akan bisa berteman lagi, tetapi perasaanku padanya terus tumbuh… Dan aku tidak bisa bilang padamu soal itu…!"

"Tidak apa-apa. Tidak apa-apa, Mai-chan."

"Kamu tidak perlu minta maaf."

Mereka berkata dan lalu tersenyum pada Saitou.

""Selamat, ya.""

"…!"

Mereka berdua merestuinya dengan air mata di mata mereka. Rasa bersalah yang Saitou rasakan semakin kuat, karena dia tidak bisa menahan air matanya sendiri. Mina tidak tahu apa yang mesti dia lakukan, jadi dia cuma memberikan sapu tangan pada Saitou dan mengusap punggungnya.

"Eum, kalau ada lagi yang bisa kulakukan, maka…" katanya.

"Tidak apa-apa, Mina-chan."

"…Hah?"

"Kamu sudah cukup membantu kami. Karena kita akhirnya bisa membicarakannya."

"…"

"Terima kasih, Mina-chan."

"Suer deh… ...Terima kasih banyak…"

"Ah…"

Keberanian yang ditunjukkan Mina melalui perjuangannya untuk membuat Shirai Nonoka, Okamoto Aoi, dan Saitou Mai kembali berteman. Untuk cewek-cewek SMA yang jatuh cinta pada cowok yang sama, masalah ini pada akhirnya mesti diselesaikan. Namun, keberanian Mina memungkinkan mereka untuk mempertahankan ikatan mereka. Diucapi terima kasih, Mina menyadari upaya yang dia lakukan dalam segala hal tidaklah sia-sia. Melihat ke meja di kejauhan, orang-orang yang semestinya mengawasinya sudah menghilang.

Jam pelajaran keenam sudah berakhir, dan siswa-siswi menunggu Pembinaan Wali Kelas untuk dimulai. Kehidupan sekolah normal yang biasanya mereka alami kini sudah kembali. Di tengah-tengah itu, Okamoto dan Shirai berkumpul di meja Mina.

"Mina-chan! Aku cuma punya kamu yang tersisa, Mina-chan!"

"Itu tidak adil, Aoi-chan! Aku juga mau!"

"To-Tolong lepaskan aku…!"

"Aku… ...Aku benar-benar minta maaf…"

Okamoto menempel pada Mina, dengan Shirai di sampingnya. Saitou menyaksikan ini dari jauh, dengan satu tangan ditempelkan di dadanya. Kelompok itu akhirnya dapat kembali bersama.

"Ashida, beginilah kelihatannya kamu dan Natsukawa biasanya."

"Hah? Mana mungkin, aku tidak melompat ke arah Aichi begitu."

"Aku tidak percaya kamu bisa bilang begitu..."

"Natsukawa-san, kamu punya hak untuk protes."

Sekarang semuanya sudah tenang, Ketua Kelas Īhoshi pun bergabung dengan yang lain, menyaksikan hal ini terungkap dari jauh. Wataru dan yang lainnya juga sama-sama lega.

"…Tampaknya semuanya berhasil."

"Sasakichi juga tersenyum."

"Aku… ...tidak menyangka kalau Sasaki-kun itu sepopuler ini."

"Aku malah lebih terkejut karena kamu tidak tahu soal itu."

"...Yap, aku bisa berhenti di situ."

Ternyata, Aika tidak pernah melihat Sasaki sebagai minat cinta yang potensial. Mengingat fakta bahwa Sasaki punya perasaan pada Aika belum lama ini, kalau ia tidak pacaran dengan Saitou sekarang, semuanya mungkin akan jadi buruk. Ia hampir menangis karena gembira, jadi ia memalingkan wajahnya. Adapun siswa-siswi lain, mereka tampak lega karena semuanya sudah kembali normal, tersenyum saat menjalani hari mereka. Itu menunjukkan seberapa besar pengaruh mereka bertiga.

"Ah? Ichinose-chan berjalan ke arah kita."

"Aku penasaran dia mau ngapain ya...?"

"?"

Wataru berbalik arah saat dia mendapati Mina berjalan mendekat. Dia memegang sesuatu seperti secarik kertas di tangannya.

"Ada apa?"

"E-Eum… ...Terima kasih banyak."

"Tidak usah khawatir, tidak usah khawatir. Kita tidak jadi berkencan, jadi aku senang bisa menebusnya dengan cara ini."

"Kamu masih ngomongin itu, ya, Sajocchi?"

"…"

Wataru menyebutkan "kencan" sekali lagi membuat ekspresi Kei jadi kaku, sementara Aika cuma diam dengan ekspresi masam. Karena dia ingat kalau Sajou bersikeras terakhir kali, jadi dia tidak menyangkalnya lagi.

"Jadi… ...Ini buat kamu…"

"Hmm? Apa ini, ya?"

"Sebuah tanda… ...rasa ucapan terima kasihku…"

"Oh?"

"Mari kita lihat! Apa ini tiket?"

"Hah…?"

Rombongan melihat tiket yang diberikan Wataru. Kei dan Aika sangat tertarik dan memeriksa untuk apa itu.

"Hah? Ini tiket 'akan melakukan apa saja bustmu'…?

""Hei, tunggu dulu?!""

 "Imut sekali."

Tepat sebelum jam pelajaran berakhir, sebagian besar siswa-siswi sedang santai. Namun, suara keras kedua cewek itu benar-benar mengganggu suasana yang tenang ini.

(TL Note: Kita kasih applause buat Ichinose Mina-san!👏👏👏)

Catatan Admin:

Terima kasih banyak buat kalian yang sudah mau membaca seri Web Novel Seri 8 ini di website kami, baik yang membaca dari awal sesuai tanggal rilis, maupun yang menunggu ilustrasi dan cerita ekstra semua ditambahkan. Berikutnya kalian bisa baca Seri 9 dengan menekan tombol "Selanjutnya→" yang ada di bawah ya. Sangat disarankan, ya, terlebih buat yang mementingkan ceritanya ketimbang ilustrasi dan karena versi Light Novel Volume 9 mungkin baru akan terbit tahun depan. Iya memang sudah dikonfirmasi bakalan ada Volume 9, tapi daripada menunggu lama sampai 1 tahun mending langsung baca versi WNnya.

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-200-2-di-lintas-ninja-translation

Kata penutup versi Light Novel admin terjemahkan juga tidak? Jawabannya, tidak, bukannya kami tidak menghargai sang author, tapi dalam versi Web Novel juga ada Catatan Author tersendiri yang juga rutin kami terjemahkan. Namun, informasi tambahan dari Kata Penutup si Author adalah kemungkinan anime yang akan mengadaptasi hingga Volume 4, setidaknya itu yang kami lihat, selain 5 karakter yang sudah diumumkan bakal muncul di anime, karakter-karakter lain seperti Natsukawa Airi, Shirai Nonoka, Okamoto Aoi, sampai Ichinose Yū (otomatis Ichinose Mina) akan muncul di anime. Itu saja, yang bisa Admin kutip dari Kata Penutup Light Novel Volume 8. Oh, iya buat yang belum tau, sang author pernah berjanji dalam catatannya di Syosetu, bahwa dia bakal terus update Web Novelnya di sana, meski sudah jadi Light Novel, Manga, maupun Anime (atau mungkin Live-Action Drama atau film sekalipun).

Buat kalian yang mau berdonasi demi kelancaran penerjemahan chapter-chapter terbaru novel ini ke depannya bisa dilakukan melalui https://trakteer.id/lintasninja/ . Selamat lanjut membaca, dan sampai jumpa lagi.

←Sebelumnya          Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama