Bab 9Pemikiran Rakyat Jelata A
Pertanyaan Ashida yang menjebak, membuat Aizawa bingung.
"Eh, eh!? Apa kamu biasanya menanyakan hal semacam itu tiba-tiba beginiー?"
"Tidak apa-apa, bukan? Benar begitu, bukan!? Bagaimanapun, kamu sekarang suka dengan Sajocchiー, bukan?"
"Eh...?"
Suasananya entah bagaimana jadi tegang. Saat aku menatap wajah Ashida dari dekat sambil ketakutan, aku dapat melihat senyumannya yang mirip dengan senyuman Aizawa akhir-akhir ini, itu merupakan senyuman yang tidak dapat dipatahkan.
Ini… ...Apa ini saat-saat pertengkaran antar-cewek akan segera dimulai? Tunggu, mengapa mereka harus bertengkar? Mengapa sih!!?
"Iya, itu~... ...Sesuai dugaan, aku itu belum cukup baik (omong kosong yang menyedihkan), aku rasa?"
Ups, sensor feminimku sudah bereaksi saat ini. Dengan berperan sebagai heroin dalam tragedi tersebut, dan dengan merenungkannya, itu akan menciptakan alur di mana posisi lawan akan jadi lebih buruk darinya. Itu cekatan. Ngomong-ngomong, hari ini Aizawa juga imut.
Tetapi, meskipun aku dapat memahaminya, aku rasa Ashida tidak akan memahaminya. Menurutku pribadi, intuisi Ashida itu memang cukup tajam.
"Aku paham~, bukannya ini kisah yang tragis? Dan mantan pacar yang mencampakkan Aizawa-san itu memang yang terburuk! Aku rasa…"
"I-Itu memang benarー."
Tidak, kayak yang sudah aku duga, tetapi... bukannya mereka ini terlalu blak-blakan? Ini kayak setelah kalian selesai merias wajah kalian, lalu kalian meletakkan alas bedak lain di atasnya… ...Terus terang… ...Kayak yang aku duga, saat para cewek mengobrolkan hal-hal buruk soal cowok, mereka akan jauh lebih hidup ketimbang biasanya…
"Tetapi, karena kamu punya Sajocchi saat ini, kamu sudah tidak apa-apa, bukan !? Buang saja cowok macam itu, ia itu cuma musuhnya cewek, dan berbahagialah dengan Sajocchi!"
"…"
"Tung-Tunggu sebentar, Kei…!"
Mungkin karena dia pikir itu berlebihan, Natsukawa mencoba menghentikan Ashida yang bersemangat dengan memegang bahunya. Aizawa, yang membiarkan Ashida bilang apapun yang dia mau, menutup matanya dan menggoyangkan bahunya sambil melihat ke bawah.
Setelah dia melebih-lebihkan kata-katanya sendiri begitu, apa dia menyesalinya saat ini...?
Iya, aku memang tidak terlalu mengerti, sih, tetapi ada satu hal yang dapat aku mengerti. Yaitu, Natsukawa itu bagai seorang dewi. Iya, aku tidak salah lagi. Yap.
"─…Kayak gitu."
"Eh?"
"Bisakah kamu tidak bilang hal buruk soal mantan pacarku kayak gitu?"
Aizawa, yang menajamkan matanya, menatap lurus ke arah Ashida dan bilang begitu. Tidak kayak biasanya, dia tidak mengakhiri kata-katanya dengan lemah lembut kayak biasanya, dan dia bilang begitu dengan serius.
Apa benar ini perasaan Aizawa yang sebenarnya?
Setelah mengucapkan beberapa patah kata dengan judes, Aizawa segera meninggalkan ruang kelas ini. Pada akhirnya, dia hampir tidak mengobrol denganku. Dia datang cuma untuk menempelkan dadanya ke punggungku…!?
…He-Hei, bukannya itu bagian terbaiknya?
"Sajocchi, mengapa kamu tidak mengejarnya, sih?"
"Mustahil, dia itu sangat menakutkan."
"Iyuh, dasar penge-cut… ....tetapi kamu benar kali ini. Aku rasa."
"…"
Aku suka Aizawa karena dia itu imut. Itu memang bukan perasaan romantis, sih. Hanya saja untuk seorang cewek imut yang mengobrol denganku, aku tidak dapat memikirkan apapun selain, itu merupakan keberkahan buatku. Aku tidak akan melakukan apapun untuk cewek itu meskipun aku mesti jadi orang yang mengalami kesulitan.
Tetapi, kalau aku biarkan ini begitu saja, aku akan mendapat masalah kayak barusan, dan itu memang menyebalkan… ...Jujur saja, menurutku Ashida itu tidak perlu bertengkar dengannya. Secara realistis, tampaknya bukanlah pilihan cerdas untuk tetap berada di pinggir lapangan.
Tetapi berkat Ashida, aku tahu kalau paling tidak Aizawa belum membenci Arimura-senpai. Kalau tidak, dia tidak akan bilang apapun kayak membelanya kayak gitu. Aku masih belum terlalu mengerti, tetapi bagaimanapun, aku mesti berterima kasih pada Ashida karena sudah bekerja keras.
Mungkin saat ini, aku dapat memecahkan kebuntuan ini.
♦
Saatnya istirahat makan siang. Dan, Aizawa tidak datang ke kelasku. Tetapi, tanpa pikir panjang, aku pergi ke pondok di belakang gedung sekolah. Dan mungkin keinginanku sudah sampai padanya? Aku dapat melihat Aizawa sedang duduk di sana tanpa memakan bekal makan siangnya.
"...Hai! Kamu sedang menungguku, ya!?" …Kalau aku bilang begitu, aku pasti akan mati.
"Shudra kita memang sangat jahat beberapa waktu lalu, ya, maaf, ya Aizawa."
"Shud-Shudra?"
Aizawa, dengan mata yang membulat, menatapku dengan wajah penasaran.
S*alan, dia itu sangat imut. Berani-beraninya Arimura-senpai tertarik pada cewek lain... tetapi, iya, cewek itu "Natsukawa Aika" sih, jadi mau bagaimana lagi. Aku apalagi akan memaafkannya kali ini. Aku tidak tahu apa yang Aizawa pikirkan soal itu.
Aku duduk agak lebih jauh dari biasanya. Aizawa, sebaliknya, tidak seenergik biasanya. Dia cuma duduk diam di sana, dan tampak tertekan. Beberapa jam yang lalu, aku tidak pernah membayangkan Aizawa punya sisi yang seserius itu.
"…Sajou-kun, aku sadar bahwa saat kamu bersamaku, kamu tidak benar-benar bicara soal Natsukawa-san."
"Begini. Aku dididik kalau saat aku bersama seorang cewek, aku tidak boleh membicarakan soal cewek lain."
Aizawa tertawa lemah dan tidak tahan dengan leluconku. Aku memang punya banyak keraguan soal Aizawa, tetapi aku dapat melihat sekilas air mata buayanya.
Cih, kok bisa dia semengagumkan itu? Ngomong-ngomong, sampai saat ini, inilah sisi yang paling imut dari dirinya.
"Tetapi, kamu memang suka Natsukawa-san, bukan?"
"Sudah aku duga, kamu sudah tahu soal itu?"
"Tidak ada seorang pun di sekolah ini yang tidak tahu soal itu. Bukannya kamu selalu bersama dengannya?"
"Euh…"
Hentikan. Kata-kata itu, memukulku dengan keras. Masa lalu yang memalukan karena mengulangi tindakan tanpa memikirkan harga diriku sendiri. Tolong jangan menyebutkan itu lagi dan biarkan saja. Sekarang aku memujanya sebagai penggemar, mendukungnya dengan tongkat cahaya. Iya!! Iya!! Lakukan!!
"Dan aku rasa semua orang juga sudah tahu soal apa yang terjadi antara Aizawa dan mantan pacarmu."
"Begitu ya... ...Benar, itu memang benar."
Iya, aku tidak tahu. Bagaimana aku dapat bilang sesuatu semacam itu? Benar-benar… Sampai baru-baru ini, cuma Natsukawa saja yang ada di mataku. Cuma ada satu cewek yang dapat dilihat dalam bidang pandangku… Ini merupakan pola di mana saat aku mengucapkannya lagi sambil menatap ke cermin, aku akan jatuh dalam keputusasaan.
...Sekarang, mari kita selesaikan situasinya.
Aizawa masih belum melupakan Arimura-senpai. Aku yakin kalau dia masih menyukainya. Namun, katanya Aizawa-lah yang mencampakkannya. Dan, yang sebenarnya aku dengar dari mulut Arimura-senpai yaitu kata-kata "Natsukawa dari kelas sepuluh". Mungkin ini merupakan awal dari rangkaian peristiwa.
Aizawa dan Arimura-senpai itu pasangan yang sangat dekat. Namun, suatu hari, keburukan seorang cowok diaktifkan, dan Arimura-senpai jatuh cinta pada Natsukawa pada pandangan pertama. Mau bagaimana lagi, karena dia itu tampak imut, cantik, dan keren.
Dan Aizawa, yang sadar akan hal ini, bertengkar dengan Arimura-senpai dan mencampakkannya meskipun dia tidak sungguh-sungguh. Aku rasa, dia tidak mau Senpai melihat orang lain selain dirinya. Arimura-senpai yang merasakan ketidakmampuannya sendiri, menanggapi permintaan Aizawa dengan mudahnya. Itu mengarah pada tindakan Aizawa baru-baru ini. Iya, semua ini memang cuma spekulasi.
Bagaimanapun, Aizawa Rena punya dendam pada Natsukawa Aika.
Karena itulah, Aizawa yang selalu melihatku di sekitar Natsukawa, mungkin sudah salah paham kalau Natsukawa Aika dan Sajou Wataru sebagai pasangan dan mencoba merebutku dari Natsukawa. Dan karena aku punya wajah yang rata-rata, dia pikir akan mudah untuk merebutku. Iya, dia mau merebutku.
Alasan mengapa dia berusaha melakukan semua ini tanpa usaha untuk mengumpulkan informasi yang akurat yaitu alasan yang sama denganku, karena aku terobsesi pada Natsukawa, Aizawa cuma bisa melihat Arimura-senpai di matanya.
Dia mengira kalau Natsukawa Aika akan terluka dan sedih kalau dia merebut Sajou Wataru darinya. Akhirnya, Aizawa juga akan menyerah, dan dengan hubungan antara aku dan Natsukawa yang berantakan, drama balas dendamnya akan lengkap.
"Mungkin, Sajou-kun tidak terlalu peduli padaku, bukan…? Karena kamu sudah punya Natsukawa-san."
"…"
Aizawa terdengar seakan-akan dia menyerah. Dia tahu kalau dia tidak akan dapat mengubah hatiku karena aku sudah punya seseorang yang aku cintai. Dan, dengan menggunakan pengalaman cintanya, dia berusaha membaca isi hatiku. Jujur saja, hatiku cukup terguncang.
Jadi, bagaimana aku mesti berhubungan dengannya setelah ini? Rintangannya memang agak terlalu tinggi buatku, yang sangat biasa-biasa saja sampai-sampai aku mau mengalihkan pandanganku. Kalau aku bilang itu tidak masalah, aku cuma akan jadi cowok tidak tegas yang peduli pada dua orang cewek. Di atas segalanya, apa yang mesti aku lakukan? Serius deh, apa yang mesti aku lakukan?
Apa yang dapat aku, yang cuma seorang Rakyat Jelata A (di kota), dapat lakukan? Aku tidak tahu. Apa yang sudah aku lakukan sampai saat ini? Mengejar-ngejar Natsukawa… ...Apa yang salah denganku?
Mustahil buatku, yang tidak pernah menyelesaikan hal semacam ini sebelumnya, untuk memikirkan ide yang bagus. Iya, aku tidak punya otak yang cerdas. Bagaimana aku dapat membuat seseorang dalam situasi semacam ini jadi tenang? Aku cuma punya kartu terbatas yang dapat aku mainkan di sini.
"…"
Ah, benar. Mari kita seret Aizawa ke 'Rawa Tak Berdasar' ini juga.
(TL Note: Yang ia maksud di sini yaitu, untuk membuat Rena jadi penggemar Natsukawa juga, maksudku itu merupakan Rawa Tak Berdasar dari MC Kita.)
Author Note: Rawa Tak Berdasar [Kantor]
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
Baca juga dalam bahasa lain:
Baca juga: