Bab 7Spekulasi yang Tidak Tepat
"Lihatlah, bukannya ini tempat yang bagus?"
"Euh, iya… ...Aku rasa begitu…"
Bukannya di tempat ini tidak ada orang sama sekali?
Itu merupakan pondok kecil di balik pepohonan di belakang gedung sekolah. Bahkan buatku, ini pertama kalinya aku tahu kalau ada tempat yang kayak gitu di SMA ini.
Kelihatannya sih memang bagus dan cerah, tetapi ini merupakan tempat di mana cowok dan cewek tidak boleh datang berduaan saja, bukan? Ini keterlaluan.
"I-Ini jelas tempat yang bagus. Si-Sinar mentari tersaring melalui pepohonan…"
"Benar, benar! Aku selalu makan di sini!"
Tidak ada yang tahu soal tempat ini, hei. Sangat tidak populer untuk level 'Tidak ada yang akan tahu apa yang kita lakukan di sini'. ...Cewek ini, kok bisa dia mengajak cowok acak yang baru saja dia temui ke tempat semacam ini?
Tunggu, tenanglah, ini pasti jebakan. Mungkin ini rencana untuk keisengan, dan teman-teman Aizawa sedang mengintai di sekitar area ini dengan ponsel pintar di salah satu tangannya! Itu pasti benar, karena akulah yang memikirkannya!
"…"
"?? Ada apaー?"
"Ah, tidak, tidak ada apa-apa, kok."
Aku menyipitkan mataku sambil melihat ke sekeliling, tetapi aku tidak dapat merasakan siapapun di sekitar kami. Iya, kalau dia punya tujuan itu, dia akan melakukan penyelidikan menyeluruh padaku sebelumnya, dan kalau dia melakukan itu, dia pasti tahu kalau, "Aku itu cowok yang mencolok di kelas". Jadi, dari sudut pandang Aizawa, mengubahku jadi musuhnya itu akan berisiko.
Tidak ada alasan buatnya untuk melakukan ini kalau dia tahu kalau ini mungkin akan berbahaya... ...Ah, benar juga, ngomong-ngomong.
"Kamu selalu makan di sini, ya? Tidak sendiri, bukan?"
"Hmm, mengapa? Apa kamu cemburu?"
"Apa-apaan yang kamu bicarakan ini?"
Baru beberapa jam sejak kami bertemu. Biasanya, aku tidak akan punya perasaan semacam itu, tetapi sayangnya, cowok yang normal akan mulai mengembangkan perasaan "Aku itu pacarnya"... Tetapi saat dia melihatku, matanya bilang padaku "Cowok itu makhluk yang semacam itu", dan selama aku mengerti itu, aku pasti tidak akan jatuh ke dalam perangkapnya.
"Kita mau mengobrol soal manga, bukan?"
"Eh? Bukannya itu ー terlalu mendadak?"
"Kalau kamu tidak bisa mengobrol kapanpun, di manapun, kamu bukanlah penggemar sungguhan…!"
"A-Apa yang…!? Kalau begitu, bolehkah aku bertanya padamu! Siapa karakter favoritmu!?"
"Putrinya Si Pemilik!"
"Eh!? Cewek itu, merupakan tipe yang suka bertingkah imut dan tidak berdaya, bukan!? Sudah aku duga, cowok-cowok memang suka tipe cewek semacam itu–."
Aizawa Rena. Dia mungkin tampak ceria, energik, dan bodoh, tetapi aku sering merasa kalau dia itu tahu apa yang disukai para cowok dan membuat dirinya tampak imut di depan para cowok. Cewek kayak gitu, kalau mesti aku tebak, pasti merupakan tipe yang suka bergaul dengan para cowok. Tentu saja, aku tidak pernah berpikir kalau Aizawa itu tertarik padaku dan berhubungan denganku kayak gini. Karena perkembangan kayak kisah komedi romantis semacam ini tidak boleh terjadi tanpa ada pemicunya.
Selain itu, kami ada di pondok di belakang gedung sekolah. Itu bukan tempat di mana para cewek yang suka bergaul dengan orang lain, datang cuma untuk makan saja. Kalau dia pernah menggunakan tempat ini sebelumnya, mungkin dia sudah pernah menghabiskan waktu dengan beberapa cowok lain. Karena kalau teman lainnya itu cewek, pasti mereka sudah memutuskan hubungan mereka dengan Aizawa saat ini.
Kalau Aizawa punya semacam skema untuk memanggilku ke tempat ini, aku mesti mencari tahu hubungannya dengan cowok-cowok lain terlebih dahulu.
Buat saat ini, mari kita lihat apa yang ada dalam bayangan cewek yang bertingkah imut dan tidak berdaya ini.
"─Hei, mari kita makan bersama di sini besok!"
"Dengan kata lain, karena cewek yang bertingkah seimut itu, jadi ─ Eh? Besok juga!?"
"Yap! Besok juga!"
Aku akan makan siang dengan cewek yang imut lagi besok? Yap, aku tidak peduli kalau dia bertingkah imut atau tidak lagi… ...Mungkin aku mesti menggunakan kesempatan ini untuk memperdalam persahabatanku dengan Aizawa…? Serius, deh, meskipun dia menipuku, mau tidak mau aku akan memaafkannya.
♦
Karena beberapa alasan, aku juga meninggalkan sekolah dengan Aizawa pada hari itu. Lagipula, dia sudah datang jauh-jauh ke kelasku dan memanggilku dengan keras. Berkat hal itu, sekelilingku menggodaku bahwa aku selingkuh, dan cewek-cewek di kelasku menatapku dengan mata yang dingin. Mungkin bagus kalau mereka kehilangan minat padaku, tetapi tidak disukai dan mendapat penilaian negatif dari orang lain, sudah kuduga, meninggalkan banyak kerusakan lebih banyak dari yang aku duga…
Tidak diragukan lagi, Aizawa mulai mempengaruhi kehidupan sekolahku yang damai secara negatif. Aku mesti segera mengatasi ini….! Euh… ...meskipun dia itu imut, tetapi sayang sekali!
"…Hmm."
"Ada apaー? Ada sesuatu yang mengganggumu?"
Meskipun aku khawatir dengan itu, aku datang ke tempat yang sama dengan Aizawa keesokan harinya.
Apa ini ganjaran karena sesuatu yang sudah aku lakukan? Sudah aku duga, Dewa memang mengawasi, apa yang sudah aku lakukan akhir-akhir ini, dan memutuskan kalau aku ini cowok yang baik ─ Hah, tunggu dulu, banyak sekali, bukannya aku cuma mengejar-ngejar Natsukawa saja?
Bagaimanapun, aku tidak bisa bilang pada Aizawa, "Aku mendapat masalah karena kamu." Aku entah bagaimana mesti menipunya.
"Iya, Aizawa… ...ternyata tidak sebesar itu, ya?"
"…Besar? Apa ─ Hei, kamu yang terburuk! Kamu melihat ke mana?"
"Bentuknya."
"Jangan lihat!"
(TL Note: Gak gitu juga kali, Bang!)
Satu-satunya topik yang muncul tiba-tiba yaitu sesuatu yang biasanya dikatakan oleh seorang cowok b*jingan. Ti-Tidak, bukan apa-apa, kok! Kalau Aizawa terbawa dengan itu, aku akan terbawa dengan niat itu juga. Kalau dia mendekatiku untuk suatu tujuan, aku cuma perlu melakukan segalanya! Dan, Aizawa tidak punya pilihan selain menerima pelecehan seksual untuk mencapai tujuannya yang bahkan aku sendiri juga tidak tahu… Iya, ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari!
Di pondok yang tidak populer ini, cuma ada kami berdua saja, dan kasih sayang yang terus tercipta meskipun aku melakukan pelecehan seksual. Aku sadar kalau mata Aizawa dengan serius bilang, "Menjijikkan", padaku, jadi tanpa ragu-ragu, pasti ada sesuatu di balik semua ini.
Kalau yang dia mau itu cuma menggodaku, dia akan melakukan lebih banyak melakukan sentuhan tubuh… ...Euh!
Tetapi tetap saja, aku tidak dapat menemukan tujuan Aizawa.
♦
Hubunganku dengan Aizawa berlanjut selama beberapa hari. Karena beberapa alasan, aku merasa senang dengan apa yang terjadi, jadi aku tidak keberatan untuk "tunggu dan lihat".
Ada seorang cewek yang membuatku berpikir untuk memaafkannya meskipun aku sudah ditipu olehnya. Itu sangat menakutkan.
Tetapi tetap saja, bukannya Aizawa itu terlalu terburu-buru…? ...Maksudku, akhir-akhir ini, aku merasa frekuensi dia mengunjungiku itu semakin berkurang…
Mungkin tujuan Aizawa telah tercapai…? Aku juga siap membayarmu, jadi aku mohon datang lagi...
"─He-Hei… Apa kamu ada waktu?"
"….Hmm?"
Beberapa hari sudah berlalu sejak aku ditampar oleh kenyataan, dan pada hari saat Aizawa tidak mendatangiku, aku akan makan di kafetaria atau halaman sekolah. Karena akan sangat canggung untuk berada di samping Natsukawa...
Hari itu, kayak biasanya, aku makan siang di bangku taman di halaman sekolah dan kembali ke ruang kelas. Tetapi, saat aku bersiap-siap untuk jam pelajaran kelima, Natsukawa, yang duduk di sebelahku, jarang sekali memanggilku tiba-tiba.
Sungguh, ini memang sangat langka. Wahai Dewiku, apa yang kamu mau dariku yang biasa saja ini?
"Ka-Kamu… ...Apa kamu makan siang dengan Aizawa-san setiap hari?"
"Tidak, tidak setiap hari, kok… ...Tetapi, memang iya sih, hampir sering."
"Kalian makan siang di luar, bukan? Ada seseorang yang melihat kalian saat kalian berdua sedang pergi ke suatu tempat…"
"Iya, itu memang benar. Itu tidak salah."
"...Begitu ya."
Saat aku menjawab dengan jujur, Natsukawa meletakkan tangannya di pangkuannya dengan mata yang tertunduk. Tampaknya ada sesuatu yang mau dia bilang padaku.
Saat ini, kalau dipikir-pikir, cowok yang selama ini mendekatinya melambai-lambaikan ekornya ke cewek lain… ...Bukannya itu akan membuatnya marah?
…Tidak, tunggu? Natsukawa itu cantik. Maksudku, dia itu seorang "cewek". Selama dia itu seorang cewek, dia pasti punya jaringan informasi yang sekitar 38 kali lebih banyak ketimbang cowok normal kayak aku (*Prasangka MC). Kalau aku mau tahu lebih banyak soal Aizawa, aku rasa akan lebih baik untuk memanfaatkan Natsukawa.
"Eum… ...Natsukawa. Apa kamu sudah kenal Aizawa sebelumnya?"
"Eh…!? Eh, ah, iya, benar? Memangnya mengapa, hah?"
"Aku mau tahu lebih banyak, soal Aizawa."
"…Begini, aku tidak bisa membicarakan itu! Dasar bodoh! Pastikan untuk mengejar cewek itu sewajarnya saja!"
"Ah, tunggu…"
Dia marah saat aku menjawab alasan mengapa aku bertanya soal Aizawa.
…Ah, apa dia kira aku sedang menggebet Aizawa? Tetapi, yang benar saja? Itu benar-benar kesalahan. Aku penasaran apakah dia akan memaafkanku kalau aku membeli merchandise penggemar darinya… Serius deh, kalau dia benar-benar menjualnya, aku akan membeli tiga untuk hadiah, tujuan misionaris, dan kegunaan sehari-hari ─ Kegunaan sehari-hari?
Saat aku bertanya dan menjawab sendiri, aku merasakan ada bayangan yang mendekatiku.
"Kamu punya status yang 'baik', Sajocchi."
[TL Note: '-chi' di sini sejenis honorifik yang disukai cewek gyaru di belakang nama seseorang untuk membuat nama itu terdengar lebih imut, dapat digunakan untuk cewek maupun cowok.]
"Ada apa, sih, Ashida?"
"Kamu nanyeak? Aku cuma mau menyapa musuhnya para cewek saja?"
"Musuhnya para cewek…?"
Saat aku melihat Natsukawa sedang marah dan keluar dari kelas, sahabatnya Natsukawa, yakni Ashida, mengobrol dengan wajah yang tampaknya punya makna tersembunyi. Mungkin karena dia itu tinggi dan bergabung dengan Ekskul Voli? Meskipun Ashida itu cuma seorang cewek, dia itu tampak sangat kuat karena aku melihatnya sambil duduk.
"Apa Sajocchi tidak lagi menyukai Aichi?"
"Iya, karena itu telah berevolusi dari "suka" jadi "cinta"."
"Aku bertanya padamu dengan sangat serius, loh… ...tetapi dari semua orang, mengapa kamu mesti memilih Aizawa-san, hah…?"
"Aku selalu serius ─ Hmm? Dari semua orang, eh apa…?"
Aku mendengar beberapa patah kata yang menarik dari mulut Ashida. Seakan-akan dia sudah mengenal Aizawa secara detail.
Apa ini ada rumor buruk? Tidak apa-apa… ...Aku akan mendengarkannya meskipun itu merupakan rumor yang cuma ada di kalangan cewek dan meskipun itu merupakan sesuatu yang sulit untuk diobrolkan dengan cowok. (*Bersemangat)
"Apa ada sesuatu yang terjadi?"
"Tidak ada sesuatu yang benar-benar terjadi, hanya saja cewek itu selalu menempel pada pacarnya sejak dia masuk ke sekolah ini, berjalan bersamanya di koridor setiap hari! Hampir tidak ada orang yang tidak tahu soal itu! Euh, itu membuatku sangat cemburu!"
"Menempel… ...pada pacarnya? …Sejak masuk ke sekolah ini?"
"Ah, apa? Apa kamu cemburu dengan mantan pacar cewek yang menempel itu… ...Rumor mengatakan kalau mereka sudah pacaran sejak dia masih kelas tujuh SMP."
"Eh? Sejak selama itu…?"
Jaringan informasi para cewek memang luar biasa!! Dan juga, itu sangat menakutkan!
Tetapi dengan begini, aku memahami satu hal soal Aizawa Rena. Dia masih punya pacar sampai baru-baru ini. Kalau memang benar dia itu berpacaran sejak kelas tujuh SMP, dia pasti sangat sedih. Sulit membayangkan kalau dia sudah melupakan mantannya dan langsung mendatangiku setelah putus.
Begini… …aku merasa kayak aku mulai menemukan tujuannya.
Author Note: Jaringan informasi cewek itu melebihi internet.
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
Baca juga dalam bahasa lain:
Baca juga: