Shimotsuki-san wa Mob ga Suki [WN] - Seri 2 Bab 118 - Lintas Ninja Translation

baca-shimotsuki-san-wa-mob-ga-suki-wn-seri-2-bab-118-lintas-ninja-translation

Bab 118
Pengkhianatan

"Kamu itu sengsara, Kirari… pura-pura jadi heroin yang tragis? Kamu terluka, benar-benar tenggelam dalam kesedihanmu, dan kamu bahkan tidak berusaha untuk bangkit. Malahan, kamu terus saja menunggu bantuan…  payah.  Sekarang kamu sudah SMA, ingat? Berhentilah bermimpi, ya ampun!"

Salah.

Kirari menggelengkan kepalanya mendengar pernyataan cowok ini.

Dia sedang tidak mau mendengar kata-kata itu sekarang.

(Aku mau kamu lebih memanjakanku, bersikap baik padaku, menghiburku. Aku mau kamu bilang padaku tidak apa-apa, untuk menenangkanku…!)

"Bagaimanapun, kamu masih mencoba bergantung padaku? Jangan serahkan hidup... bodohmu, kisahmu, ke tangan orang lain. Kamu tahu, kalau Kirari itu memang Kirari, bukan? Mengapa mencoba berunding dengan orang lain saat segalanya itu tentang dirimu?"

Auw.

Hatinya kesakitan.

Dia berharap kalau cowok ini tidak akan bilang sesuatu yang begitu keji.

(Ko-kun, sekarang berbeda… ya? Aku… Aku sangat terluka, sehingga aku tidak boleh melakukan apapun yang akan membuatmu semakin sakit.)

Dia merasa seperti sedang tidak pada tempatnya.

Kirari cuma bisa berkata,

"Jangan terlalu kasar, begitu ah…"

Suaranya sangat bergetar sampai-sampai dia terkejut.

Cowok di depannya, bagaimanapun, tidak menunjukkan belas kasihan, meskipun dia hampir berlinang air mata.

"Jangan naif. Aku bukan hero-mu. Dengarkan aku baik-baik… Menurut Kotaro Nakayama, Kirari Asakura itu bukanlah seorang heroin. Jangan pikir kalau aku dapat menyelamatkanmu. Jangan mencoba untuk menahanku. Jangan bergantung padaku."

Ditolak.

Cowok ini menolak semua pemikiran dan perasaannya.

Seakan-akan untuk menunjukkan padanya betapa lemahnya dia.

Seakan-akan untuk menampar wajah Kirari dengan kenyataan yang selama ini dia sangkal.

"Tetapi kalau kamu memang masih mau mengeksploitasiku, kalau kamu memang masih ingin… bergantung padaku, kalau kamu memang masih perlu mengandalkanku, maka merangkaklah. Tundukkan kepalamu. Tunduk pada keberadaanku. Apakah itu yang kamu mau? Kamu cuma hidup demi orang lain? Begitu maksudnya, bukan?"

Dia dipandang rendah.

Dia dihina.

Dia diejek.

Dia diolok-olok.

Dengan kata lain, Kotaro Nakayama beranggapan kalau Kirari Asakura itu seperti itu.

"Aku akan memberkahimu dengan kehadiranku, heroin sampinganku yang malang. Kamu ingin kasih sayang dari seorang karakter mob, bukan? Aku tidak bisa memberimu segalanya, tetapi aku bisa memberimu sebagian darinya. Kita berbagi hubungan lama, dan aku bersedia mengobrol denganmu sesekali, oke? Jadi, turutilah aku. Aku mohon. Tunjukkan padaku ketulusan maksimal yang dapat kamu kumpulkan. Kalau kamu lakukan itu, aku akan memberimu alasan untuk hidup."

Cowok ini menggambarkannya sebagai seseorang yang menyedihkan.

Menyedihkan, sengsara, payah, kata cowok ini dengan jelas.

Cowok ini tidak akan bilang kalau ini sebaliknya. Seakan-akan cowok ini tidak menganggap kalau Kirari itu manusia.

"Kamu itu manusia yang sangat lemah sampai-sampai kamu bahkan tidak tahu siapa jati dirimu. Kamu tidak punya harga diri, bukan? Lalu bersujud padaku. Dan aku akan menyelamatkanmu. Bagaimanapun, kamu itu manusia miskin yang tidak bisa hidup mandiri. Apa yang membuatmu mau memberikan segalanya buat Ryoma Ryuzaki…? Kirari, perasaanmu bukanlah perasaan 'cinta'. Satu-satunya hal yang kamu cari yaitu 'rekan untuk bergantung'."

 !

Pada saat itu, sesuatu meledak.

Emosi yang telah disimpan di belakang pikirannya meluap dan mengalir melalui dirinya.

 --Tidak!

Bukan itu masalahnya. Ini bukan bagaimana dia berharap itu akan berakhir.

–Jangan mengolok-olok diriku!

Jangan menghina Kirari Asakura.

Hatinya dipenuhi dengan emosi, yang dikenal sebagai "kemarahan".

"...Aku tidak mau."

Suara gemetaran keluar secara wajar.

Namun, suara itu pelan dan tidak sampai ke (telinga) Kotaro Nakayama.

 "Hah? Apa?"

Meski dia masih bertingkah seperti orang bodoh, Kirari semakin meledak.

"Aku tadi bilang aku tidak mau!"

Tubuhnya, yang bermandikan keringat, dipenuhi dengan vitalitas.

Seluruh tubuhnya panas. Perutnya mendidih. Dia tidak bisa lagi menahan dirinya.

"Menunduk padamu? Memangnya kamu pikir kamu siapa? Jangan sombong…! Jangan remehkan aku. Jangan kasihan padaku! Jangan bertingkah seakan-akan kamu merasa kasihan padaku!"

Dia berteriak. Dia berdiri. Dengan sekuat tenaga, dia menampar pipi cowok di depannya ini.

Plak!

Suara yang pelan itu bergema. Tetapi emosi Kirari tidak mereda. Menyerah pada dorongan hatinya, dia mencengkeram kerah di dada cowok itu dan berteriak sekali lagi ke wajah naif si cowok.

"Jangan mengolok-olokku!!"

Memang jelas, kalau Kirari sedang sengsara. Dia itu seorang pecundang yang sedang patah hati. Dia bahkan mungkin dianggap sebagai badut yang menyedihkan.

Tetapi itu tidak menghentikan cowok ini untuk mengolok-oloknya.

"Jangan menyangkal kisah komedi romantisku…"

 Iya, dia punya cerita. Dia juga punya cerita untuk diceritakan.

Dia mungkin telah melakukan banyak kesalahan, dan itu mungkin merupakan omong kosong yang menyiksa untuk disaksikan. Namun, itu bukan alasan untuk menyangkalnya.

Karena dia sudah mencoba melakukan yang terbaik.

Itu merupakan sebuah kisah yang dia tulis karena putus asa karena dia mau merasakan bahagia.

Dia tidak bisa apa-apa selain merasa kesal karena telah ditolak.

Support kami: di sini

←Sebelumnya           Daftar Isi         Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama