OreShira [WN] - Seri 2 Bab 80 - Lintas Ninja Translation

baca-ore-wa-shiranai-wn-ch-80-di-lintas-ninja-translation

Bab 80
Gadis Paling Cantik dan Kafe Kucing

[Apakah satu jam itu cukup buat Anda?]

[Iya.]

[Saat waktu Anda sudah mau selesai, Saya akan menginformasikan pada Anda, jadi silakan nikmati waktu Anda!]

Setelah menyelesaikan penerimaan, aku mengembuskan napas dan menghadap Saito.

[Apa kamu sudah selesai?]

[Iya, aku sudah selesai. Maaf membuatmu menunggu.]

[Tidak, itu tidak apa-apa. Kalau kamu sudah selesai, mari kita pergi.]

[Ten-Tentu.]

Mungkin saja karena dia tidak terlalu terganggu oleh kucing, Saito memegang tanganku tanpa malu-malu dan menyentakku ke dalam ruangan. Selagi aku merasa sedikit gugup karena keagresifannya, kami memasuki ruangan.

[Waaah! Ada banyak sekali, Tanaka-kun! Apa yang mesti kita lakukan? Anak mana yang mesti kita dekati lebih dulu?] (TL Note: Anak yang mana yang akan kau ambil? Itu yang kurus yang saya pilih, boleh lah dia menjual sirih! (Apaan sih, Min?! Btw, referensi lagu "Kakak Mia"))

Segera setelah dia memasuki ruangan itu, dia menengok ke arah kucing-kucing dengan gembira. Matanya yang berkilauan itu polos dan menggemaskan. Suasananya terasa sesuai dengan usianya dan mulutku terjatuh.

[Kita masih punya banyak waktu, jadi mari kita mulai dengan kucing yang terdekat di sebelah sini!]

[Ahh, itu berhasil.]

Saito menganggukkan kepalanya setuju ketika aku menunjuk ke arah kucing yang sedang tidur di atas menara kucing di depan Saito.

Aku perlahan mendekati kucing itu agar tidak mengagetkannya. Saat aku semakin dekat, kucing itu, yang sedang tertidur, membuka matanya dan menatapku, mungkin merasakan kehadiranku.

[Kucing-chan. Apa kamu bangun?]

Ketika mata Saito bertemu dengan mata bulat yang berwarna kenari, Saito berbisik dengan suara yang lebih keras dari suaranya yang menawan biasanya. Seakan-akan menjawabnya, kucing itu mengeong.

[Tanaka-kun, Tanaka-kun! Kucing itu menjawabku! Dia menjawab dengan ngeongan.]

Dia tidak menduga kalau kucing itu akan memekik balik padanya, jadi dia berbalik ke arahku dan dengan bahagia menarik lengan bajuku untuk memberi tahuku. Saito bersemangat, dan aku dapat melihat sedikit rona merah di pipinya.

[Eum, beruntungnya dirimu. Mungkin kalau kamu berbicara dalam bahasa kucing, kita akan punya banyak obrolan.]

[Ti-Tidak, aku tidak akan melakukan itu. Tidak akan pernah. Aku tahu apa yang Tanaka-kun pikirkan.]

Aku menyarankan itu kalau aku mau melihat yang waktu itu saat dia mengobrol dengan seekor kucing sambil [Meong Meong] lagi. Saito sangat tersipu dan suaranya mengeras dengan panik. Dia menolak dengan cepat dan berpaling.

[Apa kamu yakin? Mungkin saja kamu bisa meminta mereka menjawab sekali lagi?]

Peniruan kucing Saito itu sangat imut, dan aku ingin melihat itu lagi. Ketika aku menunjukkan itu, tatapannya mulai berkeliaran dengan cara yang mudah untuk dimengerti.

[A-Apa benar menurutmu begitu...? Kalau aku meniru seekor kucing, akankah mereka menjawab?]

Dia menatapku seakan-akan dia mengharapkan sebuah jawaban. Suaranya yang pelan punya nada yang agak berharap.

[Aku tidak tahu, tetapi itu layak dicoba.]

[...Baiklah, aku akan mencobanya.]

Aku memang tidak merasa kalau kucing itu  dapat mengerti dirinya, tetapi aku ingin melihat Saito mati-matian meniru kucing itu, jadi aku menyemangatinya agar dia mencoba.

[Meong, Meooong~.]

Dia memelototiku sejenak sambil menirukan dengkuran kucing. Tetapi tidak lama menghadap ke kucing lagi.

Dia terus mengobrol dengan kucing itu, suaranya dengan agak keras, dan dengan agak malu-malu meniru ngeongannya beberapa kali.

Kucing itu terus mencakar-cakar dengan penasaran pada peniruan Saito pada ngeongannya. Setelah menatap satu sama lain sejenak, kucing itu bilang [Meoong.], mungkin saja menanggapi suara Saito.

Pada saat itu, wajah Saito mulai berseri-seri. Mulutnya santai dan dia dengan sombong berbalik ke arahku.

[Apa kamu tadi lihat itu, Tanaka-kun? Kucing itu menjawabku!]

[Iya, aku tadi lihat. Mengapa kamu tidak melakukannya lagi?]

[Iya, akan aku coba.]

Sekali dia memulai, dia mulai bersenang-senang, tidak lagi malu-malu, dia melakukan beberapa percobaan untuk berkomunikasi dengan kucing itu, mencoba bersuara [Meoong, meoong, meoong.] lagi.

Ekspresi Saito saat dia menatap kucing itu dengan bahagia itu sangat imut dan agak menawan, membuatku merasa seakan-akan aku ingin melindunginya.

Support Kami: https://trakteer.id/lintasninja/


←Sebelumnya         Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama