Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 8 Bab 189 - Lintas Ninja Translation

Bab 189

Eudaimonia*

(TL Note: Eudaimonia yaitu, kata Yunani yang secara harfiah diterjemahkan menjadi keadaan atau kondisi 'semangat yang baik', dan yang umumnya diterjemahkan sebagai 'kebahagiaan' atau 'kesejahteraan'. Lengkapnya: Wikipedia.)

Yang pertama kali aku rasakan yaitu sensasi  sedingin es logam.

"─ ─Eh..."

Suara yang sangat lantang terpancar dari depan. Itu hampir tidak lebih dari sebatas napas saja, tetapi ada satu kejutan yang tidak pernah berhenti aku cari, yaitu kekuatan pendorong yang menuntunku pada tindakanku selanjutnya.

Sensasi memanas menjalar ke sekujur tubuhku.

Tabrakan massa kedua menenggelamkan erangan dan dengusan yang keluar dari mulutku. Beberapa dentuman yang bergema beberapa kali masih tidak menyenangkan. Bahkan rasa pencapaian yang telah aku coba ingat terhapus dengan mudahnya.

Gunting pemotong yang dipegang tadi, ironisnya, sudah kembali diarahkan ke nona muda itu. Ujung gunting itu telah berubah warna menjadi warna yang seharusnya untuk sementara waktu.

"...Huf... huf...!"

Selama sejenak, aku mendengar suara gelembung halus yang bertiup. Ada suara air yang menetes di lantai yang kering, yang tampaknya diam-diam menyerap beberapa tetesan air. Agar tidak merusak kekuatan lantai lebih jauh, aku memegang pegang erat-erat pergelangan tangan kiriku, yang menggantung karena daya tahanku, dengan tangan kananku yang bebas dan menahannya.

Setelah menahan napas dan bertahan selama beberapa detik, saat rasa luka yang hebat seketika berubah menjadi rasa sakit tumpul yang berkelanjutan, akhirnya aku punya waktu untuk berbicara. Aku menelan air liur di mulutku.

"...Duh...ini jauh lebih menyakitkan daripada yang aku kira...!"

Aku belum pernah merasakan rangsangan yang kuat dari dalam macam itu sebelumnya. Aku tidak dapat menyangkal kalau aku meremehkan betapa mudahnya untuk menahan ini kalau aku benar-benar mau. Namun, meskipun keras kepala, aku tidak bisa membiarkan tindakanku beberapa detik yang lalu begitu saja.

"...Hei, Nona Muda?"

"Hah...?"

Kamu tidak ingin jadi seperti ini, iya kan...?

Saat aku memohon dengan mataku, pisau pemotong itu jatuh dari tangan nona muda itu. Benturan di lantai mematahkan pisau pemotong itu, yang telah terlepas sampai batasnya, dan membuatnya terbang ke sudut Ruang OSIS. Nona muda itu, yang menjadi pucat karena berdarah, pingsan di tempat dengan punggungnya menghadap ke pintu masuk. Ini merupakan kemenangan buatku.

"...Uhh...!"

Tidak heran, kalau ada kemarahan ataupun kesedihan yang datang padaku. Bahkan lebih dalam dari pikiranku yang dangkal, berteriak "Aduh, aduh!", aku sangat heran karena aku tetap merasa sedikit tenang.

─ ─ Eh..., ...apa sih yang telah kamu lakukan, wahai diriku...

Ini merupakan hal yang seharusnya tidak aku lakukan.

Memang sangat gila, membuat lubang di tanganmu sendiri, walaupun itu untuk menghentikan nona muda itu agar tidak terlalu cepat. Siapa di antara kami yang putus asa? Pasti ada cara yang lebih baik untuk menghentikan hal itu.

Saat aku mulai menyesalinya, kepalaku mulai terasa pusing lagi. Saat aku melihat tanganku di dekat lantai masih meneteskan darah yang berharga, bahkan saat ini sedang melambat. Aku harus melakukan sesuatu untuk mengatasi hal ini untuk saat ini. Kalau aku tidak salah... ...aku tadi melakukannya di posisi yang lebih tinggi dari jantungku.

Dengan tangan gemetaran, Aku mengambil sejumlah tisu dari rak di dekatku dan menutup telapak tangan kiriku dan punggung tanganku serta menahannya agar tidak keluar darah. Aku tidak berani untuk memeriksa apakah itu telah menembus. Di atas bercak merah, aku meletakkan beberapa tisu lagi. Itu sakit, sakit terus menerus.

"Aah, aduh..."

Saat aku menahan keinginanku untuk berteriak kesakitan, aku mendengar suara terengah-engah yang ditujukan padaku.

"Aahhhh..."

"..."

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-189-di-lintas-ninja-translation

Anehnya, bahkan dengan cedera ini, aku bisa tetap tenang, saat ada orang di sekitarku yang lebih kecewa dan marah daripada aku. Ataukah mungkin itu cuma karena ketegangan tinggi dan rasa sakit yang sangat seimbang?

"...Em..."

Dengan alis matanya membentuk angka delapan, nona muda itu melihat tangan kiriku dengan pedih dan membasahi pipinya sedikit demi sedikit. Aku cuma bisa membayangkan pada siapa dia akan melakukan itu dan bagaimana perasaannya soal semua itu saat ini.

Kalau saja ekspresi wajah yang dia tunjukkan  saat ini berasal dari ketulusan hatinya, aku tidak dapat menahan diri untuk tidak berpikir kalau ide gelap yang dimasukkan nona muda itu ke dalam hatinya seperti itu ke dalam pisau pemotong itu terlalu berlebihan.

"─Tidak ada apa-apa, kok, aku tidak bohong..."

"Eh...?"

"Aku memang akan memilih nona muda dalam ajang peragaan busana itu, meskipun kamu tidak memintaku sekalipun, ...karena kamu itu yang paling keren...."

"...Em..."

Aku tidak bermaksud untuk menindaklanjuti, tetapi pasti ada kesalahpahaman. Nona muda itu boleh paranoid sesuka hatinya, memang egois sih, tetapi aku tidak suka saat dia berasumsi soal bagaimana perasaanku. Yang paling penting, kalau itu akan menghentikan nona muda itu dari melakukan hal yang sama, aku tidak punya pilihan lain selain bilang begitu.

Aku jarang terlibat dalam hal itu, dan aku tidak tahu upaya atau rencana apa yang dia lakukan dengan semua itu, tetapi aku bisa tahu dengan melihat nona muda itu yang mengenakan seragamnya, yang mungkin merupakan penampilan normalnya, kalau hasilnya memang punya kualitas terbaik. Aku tidak tahu banyak soal tata rias dan dekorasi, tetapi aku rasa aku tidak dapat mencapai tingkat kesempurnaan itu dalam satu kali sesi pemotretan. Aku yakin ada banyak percobaan dan kesalahan.

"...Tetapi... ...Mungkin akan sedikit aneh untuk bilang kalau aku itu iri dengan penampilanmu yang cantik, mengenakan pakaian apapun...."

"Eh...?"

"Iya, aku bisa bilang kalau pakaian itu sebenarnya tampak cocok padamu, tetapi..."

Setiap kali aku menahan rasa sakit, napasku tersengal-sengal dan ucapanku jadi semakin keras. Aku berusaha mengeluarkan kata-kata manis padanya, tetapi rasa sakitku lebih kuat daripada kebaikan itu.

Dia dapat melakukan itu karena dia kaya. Dia dapat melakukan itu karena kecantikannya. Dia dapat melakukan itu karena dia punya gelar yang terhormat. Dia punya kepercayaan diri. Dia bangga dengan dirinya. Makanya itu semua begitu mudah luntur oleh ketidakberuntungan. Rasa bencinya meluap. Alasannya meluap. Sangat mudah untuk mencoba menyakiti dirinya sendiri. Aku penasaran apakah dia dapat bilang begitu atau tidak.

Aku tidak bisa berempati pada hal itu, karena  dunia tempat tinggal kami berbeda. Aku tahu kalau itu bisa saja. Aku menerima hal itu, makanya aku bisa menjadi orang yang seperti sekarang ini. Makanya,

" ─Kamu tidak perlu kelihatan baik-baik saja sambil menahan air mata, bukan?"

"Oh..."

Aku tidak punya pilihan lain selain meringkuk. Mau tidak mau, aku menampar mulutku karena aku membencinya. Aku berusaha tersenyum, namun di saat yang sama aku penasaran apakah aku tersenyum dengan baik. Aku dapat merasakan darah yang mengalir deras ke kepalaku di balik upayaku untuk menahannya.

Aku terasa seperti seorang heroin yang tragis, yang membuatku merasa marah. Aku tidak menyukai kenyataan kalau bahkan wajah  menangisku pun sangat cocok buatku. Cuma itu saja yang bisa aku lakukan untuk menemukan sudut pandang yang bagus, dan mereka pun (para heroin) bahkan memasang wajah cantiknya saat mereka menangis.

"Kalau kamu tidak menyukainya, apakah kamu akan berhenti menangis?"

"...Em..."

Itu membuatku marah, seakan-akan kamu tidak punya apa-apa. Kamu terlahir diberkati dengan kecantikan dan menarik perhatian banyak orang beberapa jam yang lalu, tetapi kamu bertingkah seakan-akan kamu telah kehilangan seluruh keluarga, teman, rumah, dan harta bendamu.

"Kalau kamu merasa frustrasi, bisakah kamu  bangun?"

Mengapa dia datang sambil membawa senjata mematikan di tangannya? Bukankah itu karena dia punya kebanggaan tersendiri di dalam dadanya sehingga tidak ada satupun yang dapat menodai namanya? Kalau memang benar begitu, aku ingin dia menunjukkan kepribadian yang cukup untuk marah saat seseorang bilang padanya kalau dia tampak "serasi" dengan Senpai dengan penampilannya yang tidak menarik itu. Dia merupakan seorang nona muda yang berkepribadian tinggi sejak awal.

"─ Kalau kamu tidak bisa bangun, setidaknya aku akan membantumu...?"

"...Em...!"

Dia mengarahkan pandangannya dengan mata yang menatapku seakan-akan itu menempel padaku dan mengancamku untuk "bangun" secara implisit. Aku juga kehilangan semacam pertanda dikarenakan rasa sakit ini. Diminta untuk mengulurkan tangan oleh seseorang dengan tangan yang terluka seperti itu akan sangat ironis, itu tidak akan jadi apa-apa selain sarkasme. Aku memang punya kepribadian yang bandel.

Di saat-saat seperti ini, darah kasar yang sama seperti kakakku memang sangat berguna. Teori firasat itu sangat cocok di kepalaku, sehingga membuatnya semakin masuk akal. Darah panas yang dipaksakan menciptakan rasa gembira yang egois dan membantu menyamarkan rasa sakit di tangan kiriku.

Aku tidak punya cukup tisu, dan darah yang mengalir di lenganku masuk ke lengan seragam dan menempel ke kulit dan seragamku. Meskipun rasa sakitnya mulai mereda, aku juga merasakan ketidaknyamanan yang sama seperti yang aku rasakan saat berkeringat dalam seragamku. Ketidaknyamanan ini akan berlangsung selamanya kalau aku cuma duduk diam saja di depan pintu. Ini tidak bagus. ...Bagaimanapun juga, ini merupakan sesuatu yang mesti segera aku atasi...

"Uhh... ...Hik...!"

"Eh..."

Tepat saat aku mulai merasakan kondisi genting, nona muda itu mendatangiku dengan tangisan yang mengepal dan tangan yang gemetaran. Akhir yang diharapkan sangat menyimpang, dan aku merasa seperti aku terkena air, dan suaraku pun keluar seakan-akan aku telah kehilangan akal. Untuk sesaat, aku merasa seperti aku telah melupakan rasa sakit itu.

Eh...? ...Aku memang bilang kalau aku akan membantunya bangun, tetapi apakah aku biasanya akan meminta seseorang dengan cedera seperti itu untuk bangun? Yang benar saja? Bukankah dunia tempat tinggal kami berbeda? Aku memang akan membantunya berdiri, tetapi...

"Aduh...!"

Aku meraih tangannya yang kurus dan kecil dengan erat dengan tangan kananku dan menariknya bangun dengan hampir sekuat tenagaku. Nona muda itu dengan kurang ajar tidak mau menggunakan kekuatannya sendiri, bukan cuma karena kesal, tetapi dia hampir siap untuk membunuhku. Berkat ini, tangan kiriku jadi semakin sakit. Aku merasa seperti Vegeta yang sedang berada dalam kondisi terbaiknya.

(TL Note: Kayaknya referensi Dragon Ball, bukan merk obat, wkwk.)

Setelah berdiri tegak, nona muda itu akhirnya berhasil menahan posturnya dengan kekuatannya sendiri.

"Woi..."

"......!"

"Eh, tunggu..."

Tangan kananku tidak mau dilepas, padahal dia sudah berdiri. Nona muda itu bersandar padaku yang sedang tidak bisa menggunakan tangan kiri, karena dipakai untuk menopang tubuhku. Saat aku mengira kalau tangan kananku sudah dilepas, dia meletakkan kedua tangannya di dadaku seakan-akan menempel padaku dan meletakkan berat badannya di sisi berlawanan dari arah yang ingin aku tuju. Aku tidak dapat menyembunyikan kekesalanku atas pelecehan yang tiba-tiba itu. Nona muda itu terlalu kuat...!

"...UKS, bisakah kamu melepaskanku?"

Itu suara yang paling pelan yang pernah keluar dari mulutku.

Perjalanan ke UKS terasa jauh. Tangan kiriku, yang terulur di depan dadaku, terasa panas dan nyeri. Aku dapat melihat seorang senpai yang tidak dapat aku sebutkan namanya, yang aku lewati di jalan, menatapku dengan mata yang curiga. Harapanku yang tidak berdasar kalau aku akan diselamatkan kalau aku sampai di tempat ini yang telah terpasang dinding, atau karena beberapa alasan aku bahkan tidak mengharapkan bantuan dari orang-orang di sekitarku. Aku lebih takut akan suara keras yang akan ditimbulkan oleh kebisingan, yang malah akan mengiritasi lukaku.

"Aduh..."

Pintu geser yang dipasang dengan sempurna. Biasanya akan mudah dibuka cuma dengan satu jari kelingking, tetapi sekarang ini rasanya seperti mencongkel pintu baja. Keringat bening dan berminyak yang menetes ke daguku dan ke lantai tampak sangat bersih berbeda sekali dengan tangan kiriku yang merah dan bernoda.

"Per-Permisi...!"

Segera setelah aku masuk, aku memanggil dengan banyak kekuatan di dadaku, dan suara riang kembali dari arah belakang dan mengatakan, "Ba-ik.". Setidaknya itu bukan suara dokter kesehatan masyarakat yang sudah dewasa. Bersamaan dengan suara hentakan ringan di lantai, wajah seorang siswi muncul dari sudut dinding di ranjang di ujung kiri.

"–Siapa -kamu?"

"..."

Wanita yang muncul itu seorang wanita yang tampak seperti seorang gyaru, yang kulitnya murni menunjukkan tampilan "Aku bolos sekolah" yang jelas. Dia tidak tampak seusia kami. Dia itu berambut hitam panjang keriting, rok pendek, gelang warna-warni di pergelangan tangannya dan tidak berseragam. Dia tidak tampak seperti ada di sini karena masalah fisik. Meskipun dia tampak berbeda, dia punya aura seorang siswi biasa yang belum sepenuhnya lulus dari sekolah gyaru, yang entah bagaimana mengingatkanku pada Kakak.

"Oh, ini laki-laki."

Ini bukan cuma sekadar "laki-laki". Tidakkah kamu melihat tangan kiriku yang berdarah ini?

Dia itu seorang cewek di tahun-tahun terakhirnya yang menjadi datar saat dia bertemu denganku. Aku kepikiran untuk menyuruhnya menahan diri, tetapi aku benar-benar berada dalam masalah kalau dia menahan diri. Warna dasi yang diikat longgar itu hijau. Jadi dia lebih tua dariku, sepertinya siswi kelas dua belas seperti Kakak. Aku seharusnya tidak menyakiti suasana hati seorang senpai yang sedang repot dalam situasi ini.

"Ah, Sensei... ...itu adalah... ...dokter kesehatan Shindou-sensei."

"Reiko-chan? Aku sedang ada di sini sekarang?"

"Uh..."

...Oh, usai sudah...

Sesuatu tersentak di dalam hatiku dan aku duduk di sofa yang berada tepat di samping pintu. Aku tidak lagi punya kekuatan yang tersisa untuk menjaga tangan kiriku yang sedang sakit di atas dadaku, jadi aku meletakkannya dengan lembut di pangkuanku. Aku dapat merasakan sesuatu yang panas sedang menuju ke tangan kiriku, yang sekarang posisinya lebih rendah.

Shindou-sensei... ...apa namanya itu Reiko...?


Catatan Admin (Versi Lama):

• Ini merupakan bab paling terakhir dari Novel ini yang sudah di-posting di Syosetu (saat kami pertama kali punya rencana untuk menerjemahkan novel ini), ke depannya novel ini akan kami jadikan ini proyek simultan dengan kurun waktu di pekan yang sama yang ada di Syosetu.

• Mengenai bacaannya Admin mohon maaf di sana sini kalau masih banyak kekurangan di sana-sini, dan bagi kalian yang mendapati kesalahan atau kekurangan di sini dan ingin kami merevisinya boleh ditulis di kolom komentar, ya. 

• Untuk ilustrasi akan kami tambahkan setelah versi LN Volume 8 rilis, yang sepertinya masih sangat lama, mengingat baru ada sekitar 3 Bab yang bisa dimasukkan ke LN, yang akhir-akhir ini berisi 10 bab + 3 Ekstra. Kami punya tebakan untuk siapa heroin yang akan dipajang di sampul LN Vol. 8––abaikan saja kalau kalian tidak peduli––kemungkinan besar itu Shinonome-Claudine Marika-ojou-sama, buat penggemar WN atau LN yang penasaran dengan penampilannya bisa dilihat di versi manganya ya:


Kurang lebih seperti inilah penampilannya, tentunya gaya art-nya akan berbeda sedikit mengingat Illustrator untuk versi LN dan Manga-nya itu berbeda. Well, itu cuma prediksi Mimin, ya.

• Oh, iya kami sengaja menghilangkan Catatan Author agar tidak menambahkan informasi basi, namun kami akan tampilkan pada kesempatan kali ini, intinya saja, ya.


Catatan Author:

Bab 181: Sang Author (Okemaru) menyapa para penggemar karena sudah lama tidak update ceritanya dikarenakan kesibukan di kehidupan nyata, dan Author juga sudah mewanti-wanti para pembaca kalau ada masanya mereka akan gundah menunggu update-an yang lama darinya. (Diunggah pada tanggal 14 Desember 2021 setelah Bab 180 terakhir kali diunggah pada tanggal 1 Oktober 2021.)

Bab 182: Author mengucapkan selamat Tahun Baru 2022 pada para penggemarnya. (Diunggah pada tanggal 8 Januari 2022.)

Bab 183: Author mengumumkan rilisnya Jilid 6 versi Light Novel dari Web Novel ini pada 1 Maret 2022, dengan sampul dan beberapa bonus yang didapatkan di tempat pemesanan masing-masing. Author juga minta maaf karena telat mengabari informasi soal perilisan LN ini.(Diunggah pada tanggal 3 Maret 2022.)

Bab 184: Tidak ada catatan. (Diunggah pada tanggal 18 April 2022.)

Bab 185: Author membagikan foto lokasi, entah lokasi apa. (Diunggah pada tanggal 5 Mei 2022.)

Bab 186: Author mengumumkan kalau beberapa konteks dari cerita sebelumnya telah ditambahkan. (Diunggah pada tanggal 18 Mei 2022.)

Bab 187: Author mengumumkan rilisnya Jilid 7 versi Light Novel dari Web Novel ini pada 1 Agustus 2022, dengan sampul dan beberapa bonus yang didapatkan di tempat pemesanan masing-masing. (Diunggah pada tanggal 27 Juli 2022.)

Bab 188: Tidak ada catatan. (Diunggah pada tanggal 7 Agustus 2022.)

Bab 189: Tidak ada catatan. (Diunggah pada tanggal 13 Agustus 2022.)


←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama