Cerita Pendek
Cerita Pendek 1
Saito tinggal bersama dengan teman sekelasnya Akane. Mereka dipaksa oleh kakek-nenek mereka untuk menikah di usia muda, pindah bersama ke rumah yang baru saja dibangun, tetapi gaya hidup bersama mereka penuh dengan pertengkaran di setiap sudut. Adapun alasan mengapa itu terjadi, itu karena mereka berdua telah menjadi musuh bebuyutan sejak awal kelas sepuluh mereka di SMA, jadi mereka menghabiskan waktu bersama hampir 24/7 secara alami mengakibatkan mereka bentrok sepanjang waktu.
"Bukankah kita telah setuju kalau kita akan berangkat pada waktu yang berbeda sehingga teman sekelas kita tidak akan curiga pada kita!? Setidaknya tunggu lima menit setelah aku berangkat!" Akane yang mengenakan pakaian seragamnya memelototi Saito di pintu masuk depan.
"Kita berdua ketiduran, jadi hari ini itu tidak akan berhasil! Kalau terus begini, kita berdua akan terlambat!" Saito menyatakan.
"Tidak apa-apa, tidak ada yang akan menyadarinya walaupun kamu terlambat. Dan bukan cuma hari ini, tidak ada yang akan merindukanmu walaupun kamu tidak datang ke sekolah selama setengah tahun!"
"Mana mungkin mereka tidak akan menyadari kalau aku tidak masuk! Terutama wali kelas kita!"
"Sensei pasti bahkan tidak tahu kalau kamu ada!"
"Guru macam apa itu!? Aku juga seorang siswa, ingat!?" Saito tiba-tiba merasa sangat kesepian.
Tidak peduli seberapa buruk kepribadiannya, Saito masih seorang siswa dengan nilai tertinggi di seluruh angkatannya, jadi ia setidaknya ingin keberadaannya diakui. Di saat yang sama, Saito ingin meninggalkan pintu depan, yang sayangnya dihalang oleh Akane, saat mereka saling mendorong.
"Jangan khawatir, kamu hanya akan berakhir terlambat…Walaupun guru sudah hadir, aku akan pastikan untuk membalasnya buatmu… bilang 'Saya di sini, Houjo Saito~', oke?"
"Kesampingkan kalau suaraku jauh lebih ceria daripada aku kedengarannya... Memangnya kamu dapat meniruku dengan suara yang imut itu!"
Setelah itu, Akane tersipu sambil marah.
"Hah!? I-I-Imut!? Aku akan membunuhmu!?"
"Siapa orang yang akan membunuh setelah mendapat pujian, dasar kamu cewek gila!?"
"Kamu mungkin berencana untuk membuatku senang dan melarikan diri saat aku sedang tersipu, tetapi itu tidak akan berhasil!"
"Apa kamu senang?"
"Sama sekali tidak senang!"
Namun, bibir Akane membentuk senyuman yang canggung. Tidak peduli Akane berusaha terdengar seberapa dingin dan kurang ajar, ekspresinya tetap jujur seperti biasanya. Akane menggunakan tas sekolahnya sebagai tameng, mendorong Saito menjauh, menginjak-injak lantai sudah marah.
"Aku tentu saja…tentu saja tidak akan membiarkan siapapun mengetahui hal ini…kalau mereka tahu kalau kita sudah menikah…aku akan meledak karena malu…"
"Kamu sebegitu malunya!?"
"Tentu saja! Aku lebih suka tinggal di kandang ikan hiu ketimbang tinggal bersama denganmu!"
"Kamu bahkan tidak akan bertahan sehari haripun di sana..." Saito membayangkan tragedi itu, getaran dingin mengalir di punggungnya.
Saito menghela napas, dan menjauh dari pintu masuk.
"Mau bagaimana lagi kalau begitu. Silakan, aku akan menunggu. Bertengkar di sini hanya membuang-buang waktu bagi kita berdua."
"Eh…O-Oke. Juga, tunggu satu menit ya, aku akan mulai berlari dengan sekuat tenaga sehingga kita bisa mendapatkan jarak sejauh mungkin di antara kita."
"Dalam jumlah sedang, oke."
"Ju-Juga, ini!" Akane mendorong kotak makan siang yang dibungkus ke Saito. "Kamu lupa bawa kotak makan siangmu lagi. Bawalah, oke?"
"Iya, terima kasih."
"Aku tidak akan memaafkanmu kalau kamu tidak menghabiskan semuanya. Aku melakukan yang terbaik untuk membuatnya… dengan semua makanan favoritmu."
Akane tersipu, dan lari dari pintu masuk dengan sekuat tenaga.
Cerita Pendek 2: Menyaksikan Sebuah Keajaiban
"I-Ini pasti bercanda, bukan…?"
Di rumah, berdiri di dapur yaitu Akane, matanya terbuka lebar dan tubuhnya gemetaran. Sebuah keajaiban baru saja terjadi. Akane sudah pernah menyiapkan ribuan telur goreng yang tak terhitung jumlahnya, atau bahkan lebih. Namun, pemandangan di depan Akane, yang hampir menyerupai keajaiban, terlalu nyata baginya untuk tetap tenang. Bahkan kuning telurnya tampak normal—pada awalnya. Setelah dipecahkan cangkangnya, ada yang muncul… yaitu tiga gumpalan kuning telur dari satu telur. Akane telah melihat yang kembar dua sebelumnya, tetapi kembar tiga ini merupakan yang pertama baginya. Akane bergegas mematikan kompor.
Jantungnya berdegup kencang, lalu dia segera menggunakan ponselnya untuk mengambil foto, menyimpannya sebagai bukti. Dia mengirim gambar itu ke Himari, tetapi tidak ada tanggapan kembali. Himari sedang bekerja paruh waktu hari itu, jadi kemungkinan besar dia belum sempat memeriksa pesannya.
—Aku mesti…Aku mau berbagi kebahagiaan ini dengan seseorang secepat mungkin…!
Akane sakit hati karena ini. Akane tidak puas cuma menyimpan kegembiraan ini untuk dirinya sendiri. Saito seharusnya berada di ruang belajarnya di lantai dua, tetapi karena mereka baru saja bertengkar, Akane merasa sulit untuk berbicara dengan Saito, dan dia tidak bisa mengumpulkan keberanian untuk berbaikan.
—Cepatlah dan minta maaf saja! Aku akan menunjukkan kuning telur kembar tiga!
Akane menatap langit-langit, tetapi tidak ada tanda-tanda kalau Saito akan turun.
—Tidak ada gunanya seperti biasanya!
Melihat kalau tidak ada pilihan lain, Akane meletakkan telur itu di penggorengan, membawanya menaiki tangga. Akane dengan hati-hati membuka pintu ruang belajar Saito, yang membuat Saito, yang sedang membaca di dalam, hampir melompat.
"Kamu pasti tahu…mengapa aku datang ke sini, bukan…?"
"Kamu ingin menampar wajahku dengan penggorengan…?"
"Tidak sama sekali! Aku akan memberimu petunjuk: Telur goreng!"
"Kamu ingin mengubah bola mataku menjadi telur goreng!? A-Aku tidak akan membiarkanmu!"
"Kamu salah! Kalau kamu berlutut sekarang dan meminta maaf, aku akan memberi tahumu!"
"Dan kamu akan menggunakan celah itu untuk mengeksekusiku dengan penggorengan…!?" Kewaspadaan Saito terus meningkat tanpa henti.
"Ayolah! Lihat saja ini! Saat aku memecahkan telur ini, ada tiga kuning telur!" Akane tidak dapat menahan diri lagi, jadi dia menunjukkan padanya apa yang ada di dalam penggorengan itu.
"Tiga!? Itu gila! Aku belum pernah melihat yang seperti itu sebelumnya!"
"Luar biasa, bukan!"
"Biarkan aku memfotonya!"
"Tentu!"
Melihat Saito seterkejut ini, Akane merasa segar karena beberapa alasan.
Catatan Admin:
1. Gambar terakhir ini mirip dengan Manga YouTube KuraKon dari kanal YouTube "Manga Angel Neko Oka", dan kalau kalian request mungkin akan admin terjemahkan juga, tetapi setelah jilid 5 rampung ya. Mohon maaf sekali lagi kalau font dan ukuran huruf serta peletakannya kurang pas.
2. Dan inilah akhir dari jilid 3, terima kasih buat kalian yang sudah setia membaca sampai sini di web kami, sampai jumpa di jilid berikutnya. 🙏.