Bab 8Memimpin Sekitar dengan Hidung*
(TL Note: Apaan tuh? Kami juga tidak tahu. Tetapi setelah kami telusuri makna dari "Leading Around by the Nose" adalah mengerahkan derajat pengawasan di atas seseorang yang lain. Kami sedang berusaha mencari idiom bahasa Indonesia yang pas biar tidak terlalu keinggris-inggrisan, hehe.)
Mata pelajaran terakhir di pagi hari adalah PJOK. Berkat pemecatan dini dari guru mata pelajaran tersebut, kami memiliki banyak waktu untuk makan di kafetaria sebelum waktu makan siang berakhir.
Aku melihat Takane-san berada di kafetaria. Dia sedang mengobrol dengan sekelompok siswi.
Berkat Ogishima yang menghentikan percobaan Takadera untuk bercanda denganku, aku jadi tidak punya masalah.
"Senda, kamu ingin berbicara dengan Takane-san? Kamu tampak sedang khawatir akan sesuatu."
"Eh, benarkah?"
Namun, Takadera tampak agak menyesal dan mengatakan kata-kata seperti itu dalam perjalanan kembali menuju ke ruang kelas.
Asatani-san, beberapa temannya, dan beberapa teman sekelasku tahu kalau aku dan Takane-san datang ke kelas bersama-sama pagi ini. Aku menduga itu akan terjadi jadi aku dengan halusnya menggeser waktuku ketika aku memasuki ruang kelas. Tetapi, karena aku menerima ajakan Takane-san, aku tidak bisa memintanya untuk/agar kami berdua berbaris secara vertikal kembali ketika kami sedang berjalan di depan pintu masuk.
"Bukan hanya tipe gadis bintang seperti Asatani-san, tetapi juga tipe gadis bangsawan seperti Takane-san juga kamu incar."
Aku baru saja ingin memberi tahu Ogishima, yang sedang tertawa terbahak-bahak, tidak ingin membicarakan tentang orang-orang tanpa moderasi, tetapi aku sedang kehilangan kata-kataku sekarang.
"Bisa akrab dengan 'Kiritani Noa' saja itu sudah luar biasa. Tetapi saat ini, kamu juga jadi akrab dengan Takane-san, 'kembang yang tak terjangkau*' di sekolah ini." (TL Note = *Takane no Hana, yang ada di judul, maknanya cewek ini susah banget buat didapetin, dan kebetulan heroin utama kita namanya juga 'Takane', alasan kami tidak memakai judul ini, selain karena belum menemukan singkatan resminya, adalah karena kami yakin ada banyak novel yang berjudul sama.)
Aku kira itu akan membuat keretakan dalam pertemanan kami, tetapi tampaknya tidak terjadi masalah sama sekali.
"Memangnya untuk apa aku hadir ke SMA? Maksudku... Aku paling tidak seharusnya mampu untuk berbicara dengan cewek-cewek."
"Bukankah kamu seharusnya belajar di sekolah? Oh, jangan terlihat begitu ketakutan."
"Senang sekali rasanya kalau kamu bisa berbicara dengan cewek-cewek secara normal. Aku dengar kalau orang-orang bilang kalau aku memiliki wajah yang menyeramkan. Tidak ada banyak orang yang enak untuk diajak bicara seenak diriku."
"Jangan khawatir, aku juga punya beberapa hal yang mengerikan yang diucapkan padaku oleh para cewek juga."
"Kamu sangat cepat dalam larimu hari ini. Menjadi cepat adalah salah satu poin tinggi bagi para cewek."
"Kamu adalah tipe orang yang melakukan sesuatu ketika kamu harus melakukannya, iya kan, Senda? Kamu selalu kalem bahkan ketika kamu dipanggil di kelas."
Alasan sesungguhnya adalah karena ada seseorang yang tidak ingin kutunjukkan sisi payahku.
Butuh waktu lebih dari sehari buatku untuk melupakan Asatani-san. Aku masih penasaran dengan alasan dia meneleponku. Kalaupun jika dia tidak ingin memberitahukan alasannya padaku, itu juga tidak masalah, aku tidak bisa mengganggunya.
Dan itu tidak lain adalah kesadaran diriku untuk memikirkan ini, meski aku sendiri merasa janggal dengan semua ini.
Aku juga tiba-tiba mulai memperhatikan Takane-san, yang duduk secara diagonal di depanku di sebelah kiri. Mataku telah tergambar oleh matanya sejak pertukaran posisi bangku kemarin, tetapi hari ini itu berbeda.
(Akan lebih baik jika bisa mengontak Takane-san kapanpun saat terjadi masalah seperti kemarin terjadi lagi. Dengan begitu aku akan selalu ada untuk membantunya... Tidak, akan lebih baik jika klub tenis benar-benar undur diri setelah melihat apa yang terjadi pada pagi ini, dan akankah dia berpikir kalau aku memiliki motif tersembunyi jika aku ingin bertukar informasi kontak hanya untuk tetap berhubungan.)
Jika dia merasa kalau aku bahkan memiliki sedikit pemikiran kotor, dia tidak akan berpikir kalau aku itu sangat baik.
'Aku tidak mempedulikan apa yang orang-orang bilang.'
Ketika Takane-san berkata begitu padaku dia tidak melihat ke arahku, tetapi terus berjalan maju.
Pada saat itu, aku lupa berapa banyak orang yang akan melihatku dan baru saja mendengar kata-katanya.
'Senda-kun adalah orang yang sangat baik hati.'
Kata-kata itu menolongku, dan aku merasa kalau dia seperti seorang bidadari yang khusus untuk berbicara pada seorang pria sepertiku. Aku tidak pernah ingin mengkhianati kepercayaan seseorang seperti itu.
"Ehh...?"
"Ada apa, Takadera?"
Saat kami baru saja ingin memasuki kelas, Takadera tiba-tiba membuat kebisingan yang aneh. Ketika Ogishima melihat ke arah bangkuku, dia memutar matanya.
"Noa... Kiri-chan, lihatlah ini. Foto ini diambil kemarin."
"Ah, aku mengerti, kamu tidak akan memostingnya di media sosial?"
"Tidak, ini hanya untuk kita. Jika kita mendapatkan tangkapan yang jelas dari Kiri-chan, itu akan menjadi desas-desus. Kehadiran kalian di sana saja pastinya akan menimbulkan banyak perhatian."
"Aku rasa video Yamaguchi-san memang lucu dan bagus. Aku ingin mencoba untuk menontonnya juga."
"Benarkah? Aku sangat senang. Akan kuajak kalian makan bareng lagi kapan-kapan."
Aku cuma bisa mendengar cerita itu sedikit-sedikit, tetapi tampaknya kemarin kelompok Asatani-san jalan-jalan untuk bermain setelah mengunjungi beberapa aktivitas klub kemarin. Lalu, Asatani-san memisahkan diri di tengah perjalanan.
Rambut Yamaguchi-san diwarnai dengan cerahnya, dan aku masih belum yakin apakah dia sedang melakukan debut SMA-nya atau bukan, tetapi dia memiliki gambaran orang yang disebut cewek gyaru. Dia berasal dari SMP yang berbeda denganku dan Asatani-san, jadi dia baru saja berteman dengan Asatani-san di SMA, tetapi aku penasaran apakah dia selalu mengagumi Asatani-san.
Dia bisa dengan mudah menjadi akrab dengan siapapun, dan itulah gambaran yang kumiliki tentang Asatani-san di SMP. Bahkan di antara para siswi yang menonjol, dia memiliki kehadiran yang berbeda dan selalu menjadi sosok yang berada di tengah.
Dicintai oleh semua orang itu berarti kamu memiliki pesona tertentu. Bahkan saat ini, aku bisa melihat beberapa siswa di kelasku mencari peluang untuk berbicara dengan Asatani-san kapanpun itu.
"Ya, suatu kebanggaan untuk menyerahkan bangkuku pada seorang idola sekolah."
"Dia bukanlah seorang idola. Dia seorang aktris. Dia muncul di beberapa acara varietas dari waktu ke waktu, jadi aku rasa kamu bisa memanggilnya 'multitalenta'."
(... Ehh?)
Takadera dan Ogishima duduk saling berdekatan di bagian depan ruang kelas, jadi mereka masuk bersama-sama.
Aku merasa tidak nyaman mendekati kelompok Asatani-san, tetapi alasan mengapa aku masih menatap mereka dari kejauhan adalah karena Asatani-san sedang duduk di bangkuku. Ketika kami memasuki ruang kelas, Takadera membuat kebisingan yang aneh, mungkin sebagai respons dari fakta bahwa Asatani-san sedang duduk di sana.
Tiga orang siswi berkumpul di sekitar Watanabe-san, yang duduk di sebelah kiriku, dan Asatani-san adalah salah satu dari mereka. Tidak ada yang aneh tentang duduk di bangkuku untuk berbicara dengan Watanabe-san, tetapi aku penasaran apakah itu karena aku orang yang pemalu.
"Jadi, apa yang akan kamu lakukan soal klubnya?"
"Kiri-chan dengan penuh semangat diminta untuk bergabung dengan klub drama, tapi dia masih memikirkannya. Apakah itu karena kamu sibuk?"
"Aku tertarik, tetapi untuk saat ini aku memikirkan untuk bergabung dengan klub musik ringan."
"Kamu bermain gitar di rumah, benar kan, Kiri-chan? Jumlah pasang mata yang menonton video mau bermain gitar sangat banyak, iya kan?"
"Kamu benar-benar keren, Asatani-san. Akan sia-sia jika hanya diunggah di cerita Inst*gram-mu, kamu seharusnya benar-benar membuat debut besar-besaran."
"Hahaha.... Nabeyuka, kamu adalah orang kedua yang memuji nyanyianku secara langsung."
"Hmm..., orang kedua, ya? Aku jadi penasaran siapa yang pertama?"
Aku yakin kalau Nabeyuka itu adalah Watanabe-san. Awalnya kukira nama pemberiannya Yukari, dan jika dia tahu tentang akun Instagr*m-nya Asatani-san yang menggunakan nama Kiritani Noa, dia pasti juga seorang penggemar.
"Oh tidak... Aku harus bersiap untuk presentasi Bahasa Inggris Komunal pada jam pelajaran kelima, Kiri-chan."
"Hmm? Aku benar-benar tidak tahu-menahu ketika berurusan dengan Bahasa Inggris. Apa kamu pintar dalam mata pelajaran itu, Inagawa-san?"
"Tidak terlalu. Aku pikir aku hanya harus bawa santai saja sampai aku terbiasa dengan itu."
Kami harus menampilkan sebuah pidato pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Komunikatif kami, dan Yamaguchi-san, yang diberikan tugas itu terlebih dahulu, tampaknya belum yakin pada dirinya sendiri.
Aku harap presentasinya berjalan dengan baik, karena itu tidak bisa dihindari sampai dia terbiasa dengan pelajaran itu, bahkan jika itu tidak berjalan dengan baik, aku berpikir bahwa guru itu akan toleran karena itu adalah percobaan pertamanya.
Tetapi ketika Asatani-san berbalik arah, seolah-olah dia menyadari sesuatu secara tiba-tiba.
Mataku bertemu dengan mata Asatani-san. Aku mengingat matanya dari pagi ini – tetapi sekarang terlihat seperti orang yang berbeda, penuh dengan ekspresi dan memiliki senyum yang ceria.
Asatani-san sudah bilang kalau dia mungkin butuh untuk bergantung padaku di masa depan untuk untuk membantunya dalam belajarnya. Itu mungkin alasan dia mencoba meneleponku ketika dia menyadari aku berada di sini. Itulah pemikiran yang terlintas dalam benakku.
"Oh... Aku tahu, mengapa kamu tidak meminta Takane-san mengajarimu?"
Ketika Yamaguchi-san menyebutkan nama itu, Asatani-san melihat ke depan lagi, seolah-olah tidak ada yang terjadi, meskipun dia sudah berkontak mata denganku.
"Itu mungkin ide yang bagus. Takane-san, kamu memiliki nilai yang paling bagus di antara siswa-siswi kelas sepuluh."
Suara Asatani-san sama seperti biasa saat dia berbicara.
Tidak alasan juga mengapa itu harus berubah, jadi ya itu wajar saja. Pagi ini, aku dan Takane-san terlihat sedang bersama, tetapi aku berpikir kalau Asatani-san akan keberatan tentang itu.
–Aku tidak bisa apa-apa selain memikirkan itu mungkin, cuma mungkin.
Aku bertanya-tanya apa yang Asatani-san rasakan ketika dia melihatku menjadi dekat dengan seorang gadis sehari setelah dicampakkan.
"Itu cuma tugas kecil, jangan khawatir tentang itu. Kamu pasti sibuk, iya kan, Nagi-kun?"
Sejauh yang terlihat dari pesan itu, Asatani-san sama seperti biasanya.
Dia bukan semacam orang yang peduli dengan 'teman'-nya berjalan berdampingan dengan gadis lain. Atau setidaknya, itulah Asatani-san yang aku kenal.
(... Apa sebenarnya yang aku ketahui? Aku tidak tahu apa-apa tentangnya. Itulah alasan aku berada dalam situasi ini.)
Bahkan saat ini, aku hanya menunggunya berdiri dari bangkuku dan berbicara padaku.
Aku bahkan tidak bisa mencoba untuk bicara dengannya di depan semua orang di ruang kelas.
Aku dan Asatani-san lebih jauh dari teman. Fakta kalau dia berkata aku adalah 'teman'-nya mungkin membuat kami lebih dekat.
Itu cuma penghinaan terhadap diri sendiri. Daripada berdiri di sana dan membuat hal-hal menjadi canggung ketika para siswi itu menyadari kehadiranku, aku harus berpura-pura untuk melakukan sesuatu dan menunggu beberapa waktu di luar.
Baru saja aku ingin melarikan diri....
Seorang siswi yang tinggi, Takane-san, tiba di ruang kelas, berjalan melewatiku dan mendekati Asatani-san dan yang lainnya.
"Oh, Takane-san. Maafkan aku, apakah kamu sudah siap dengan Bahasa Inggris Komunal nanti?"
Asatani-san yang berbicara padanya. Asatani-san, yang duduk, memandangi dan menghadapi Takane-san.
"Aku tidak punya presentasi, tetapi aku telah mengerjakan beberapa tugas persiapan. Apa kamu mau melihat catatanku?"
"Ahh... Aku..."
Yamaguchi-san tampaknya berpikir kalau Takane-san sudah mendengar apa yang dia bilang sebelumnya dan dia tidak merasa nyaman meminta orang yang dia telah gibahi untuk diperlihatkan catatannya.
"Aku juga mau duduk, jadi bisakah aku meminta kalian untuk melihat catatanku di bangku kalian?"
"Ah iya... Maaf, Takane-san. Terima kasih."
Yamaguchi-san dan siswi lainnya, Inagawa-san, menerima buku catatan Takane-san dan kembali ke bangku mereka.
Takane-san mencoba untuk kembali ke bangkunya, tetapi dia dipanggil.
"Hei, Takane-san. Apa minuman favoritmu?"
Asatani-san menanyakan pertanyaan yang benar-benar tidak terduga. Bahkan jika itu hanya obrolan kecil, itu tampak seperti perubahan peristiwa yang mendadak.
"....Jika aku harus bilang, aku rasa aku suka teh hitam."
"Hahaha... Kamu benar-benar serius jika itu terkait dengan preferensimu, Takane-san."
Mendengarkan pembicaraan antara Asatani-san dan Takane-san, dua siswi cantik baru saja berencana untuk minum teh di luar bersama. Begitulah bagaimana teman-teman sekelasku menafsirkannya.
Aku ingin naik kapal saja dengan penafsiran itu. Tetapi dari tempat di mana aku berdiri, aku tidak berpikir kalau itu perkaranya.
"Minuman macam apa yang kamu sukai, Asatani-san?"
Asatani-san pernah bilang di media sosial kalau dia minum air sebelum tidur. Ini adalah salah satu cara agar para model dan para aktris sering lakukan untuk menjaga tubuh mereka tetap ramping.
Dia tidak minum jus apapun, teh, dan minuman lainnya secara teratur.
–Tidak, dia tidak seharusnya meminum semua itu.
"Aku sangat menyukai kopi."
Aku jarang sekali minum kopi karena itu membuatku susah tidur. Asatani-san juga pernah bilang begitu.
(Apa itu berarti kamu suka itu hanya karena itu membuatmu susah tidur? Apa ada tujuan dari penyebutan mendadak dari minuman itu sendiri?)
Aku tidak bisa hanya berdiri di sana dan mendengarkan. Namun, Asatani-san bangun dari bangkuku sebelum aku bisa meninggalkan ruangan.
"Terima kasih karena telah meminjamkan Sayu-chan buku catatanmu. Takane-san, mari kita lakukan latihan kebugaran (fitness) bersama-sama besok. Aku ingin mengobrol denganmu lebih banyak."
"Aku mengerti. Aku sangat menantikan hari esok."
Setelah dengan bahagianya merespons jawaban Takane-san, Asatani-san kembali ke bangkunya, yang mana itu berada di depan pintu masuk. Tidak perlu baginya untuk menghampiriku yang sedang berdiri di belakang ruang kelas.
Tetapi dia berjalan ke arahku dan berkata,
"Maafkan aku. Aku meminjam bangkumu."
"Tidak.... Itu benar-benar...."
(Jangan khawatir tentang itu atau sesuatu seperti itu. Mengapa aku tidak bisa bilang itu dengan tenang sama sekali? Memang aku tetap mundur daripada bangkit di depan Asatani-san seperti ini?)
Tidak mengetahui apa yang aku pikirkan, Asatani-san melewatiku dan berkata dengan berbisik,
"Nagi-kun, bangkumu sangat nyaman."
"....."
Aku mencoba untuk tidak menyadari itu, tetapi saat ini, tidak mungkin aku bisa melakukan apapun selain menyadarinya.
"Hei, bukankah Asatani-san baru saja memanggil Senda dengan nama panggilan lain?"
"Iya... mungkin dia memiliki nama panggilan untuknya. Mereka kan berasal dari SMP yang sama."
Aku mendengar sebuah suara terucap, dan aku menyadarinya terlambat. Tidak bagus untuk dipanggil dengan nama panggilan di depan semua orang. Bahkan Asatani-san biasa memanggil 'Senda-kun' di depan umum.
"............"
Takane-san melihatku. Tatapannya tidak dingin, tetapi itu sesuatu yang membuatmu merasa tidak nyaman ketika kamu diperhatikan.
Setelah dia duduk di bangkunya, aku pergi ke bangkuku. Aku dengan santainya meraih kolong mejaku untuk bersiap-siap untuk mata pelajaran – Ada lipatan selembar kertas di sana.
"Apa kamu suka dengan posisi bangku barumu? Jika Watanabe-san memiliki masalah dengan melihat papan tulis, tolong bantu dia jika kamu bisa. Dia itu gadis yang pendiam, jadi mungkin dia diam terhadap hal seperti ini."
Dia memberi tahuku dalam sebuah catatan, mungkin inilah alasan dia meneleponku?
Sebagai gadis yang mungil, Watanabe-san tampaknya memiliki kesulitan untuk melihat ke papan tulis di depan kelas. Itu mungkin alasan mengapa dia ingin berbicara dengan Takane-san yang duduk di depannya.
"...."
Saat aku melihat secara diagonal di depanku apakah aku bisa berbicara dengan Takane-san, mata kami saling berhadapan.
Sebelum aku bisa berbicara dengannya, dia membalikkan kepalanya ke depan. Sementara itu, bel berbunyi, dan aku benar-benar kehilangan kesempatanku untuk berbicara padanya.
Dan aku juga tidak bisa berbicara dengan Takane-san saat istirahat berikutnya, jadi aku harus menyematkan harapanku sepulang sekolah.
Aku tidak pernah berpikir kalau aku akan duduk sedekat ini dengannya dan berharap banyak kalau aku bisa mengontaknya melalui ponselku. Aku merasa tidak enak karena aku melihat punggung Takane-san, yang sudah berhenti melihat ke belakang sama sekali. Itu sangat membuat frustrasi betapa lambatnya setiap menit berlalu.