Bab 141Demi Siapa?
"—Hal tersebut merupakan alasan mengapa kami memutuskan agar kita menjalin kerja sama dengan kolaborator eksternal... ...bahkan dengan perusahaan yang juga melibatkan keluarga Hanawa-senpai. Sebelum persiapan masing-masing kelas dimulai, tidak ada cara lain buat Panitia Pelaksana Festival Budaya untuk menyelesaikan kegiatan ini dengan tepat waktu selain itu. Malahan, ini diharapkan dapat membuat kalian punya lebih banyak waktu luang. Menurutku ini merupakan cara tercocok untuk menambah nilai pada Festival Budaya ini."
Mengapa? Mengapa?
Segala pertanyaan itu terus bermunculan dalam benakku sebelum aku dapat memikirkan alasan apapun. Memang benar kalau Wataru memang punya kakak di OSIS... ...tetapi apa itu berarti ia akan sangat bersedia untuk membantunya sampai sejauh ini?
—Keraguan apapun yang aku punya ini ditenggelamkan oleh intensitas cerita ini.
Aku terkejut saat mendengar ceritanya. Aku selalu mengira kalau keterlambatan dalam persiapan Festival Budaya ini sepenuhnya disebabkan oleh ketidakmampuan Panitia Pelaksana Festival Budaya itu sendiri. Namun, saat ia membongkar semuanya, ternyata ada banyak sekali faktor yang menjadi pemicu penundaan kemajuan kerja tersebut. Secara khusus, ini pertama kalinya ada mendengar kalau ada perselisihan di antara OSIS tahun lalu dan OSIS saat ini.
"Hal yang paling merepotkan kali ini yaitu bahwa hal itu berada di luar kebijakan Ketua Panitia Pelaksana Festival Budaya, Hasegawa-san. OSIS memutuskan kalau masalah di masa lampau dan cara tugas dikerjakan seperti yang diarahkan oleh Pak Oneda merupakan hal-hal yang tidak dapat diperbaiki oleh posisi Ketua Panitia Pelaksana Festival Budaya sendiri."
Ishiguro-senpai bicara begitu dengan tenang tanpa ragu-ragu. Potongan rambutnya yang ditata rapi dan kulit wajahnya yang gelap memberikan kesan kalau ia lebih dari sekadar seorang siswa seperti orang dewasa yang dapat bekerja dengan etos kerja yang bagus. Ia memang tampak seperti seorang senpai yang sangat dapat diandalkan, tetapi aku penasaran orang macam apa ia itu... ...Aku tidak tahu kalau Wataru punya senpai kayak gitu. Aku penasaran apa ini ada hubungannya dengan kakaknya lagi....
"..."
Wataru berdiri dan terdiam di samping Ishiguro-senpai. Ia sama sekali tidak pernah menyela penjelasan senpai-nya, dan aku masih penasaran buat apa ia ada di sini. Apa yang dapat dilakukan olehnya sebagai seorang siswa kelas sepuluh kayak aku...? ...Saat aku membayangkan kalau ia akan mengikuti jejakku, aku pun jadi cemas.
♦
"—Jadi, berkas yang kalian perlukan ada di dalam folder di sana. Salin dan tempelkan saja di tempat yang sama, ubah namanya agar sesuai dengan yang ada pada contohnya, lihatlah dokumen yang yang telah kalian kumpulkan dari luar, dan ketikkan saja informasi yang kalian perlukan."
"Eum... ...Maafkan aku. Aku cuma ingin menanyakan sesuatu padamu.—"
"Ah, itu—"
"..."
Wataru mengumpulkan siswa-siswi kelas sepuluh di dalam ruang kelas ini dan memberikan penjelasan pada mereka. Mungkin deskripsi tugas kami memang berbeda dengan para senpai kami, tetapi itu sangat sederhana. Namun, kalau kalian menganggap kalau seluruh tugas ini mesti dikerjakan dengan cara ditulis tangan, menurutku itu waktu yang dibutuhkan mungkin akan sangat berbeda sama sekali.
Saat aku melihatnya bertindak dengan bermartabat — atau lebih tepatnya, dengan cara yang sama kayak biasanya, aku sadar kalau mulutku setengah terbuka. Aku tidak tahu sejak kapan mulutku terbuka kayak gitu, jadi aku pun segera menutup mulutku.
Wataru bicara dengan seorang siswi dari kelas lain. Wataru sedang mengajarkan sesuatu pada siswa-siswi lain. Wataru secara kasar memegang laptopnya dengan satu tangan, dengan tangan yang terlatih. Ketimbang menggunakan tetikus, ia malah menggerakkan kursor dengan menyentuh bagian bawah kibor mengunakan ujung-ujung jarinya. Entah mengapa, mataku lebih tertuju pada gerakan tangan Wataru ketimbang layar yang sedang ia jelaskan.
Segalanya merupakan Wataru yang tidak aku kenal.
"Ah—... ...Bagaimana keadaan kalian di sana? Apa Sasaki dan Natsukawa baik-baik saja?"
"A-Ah..."
"Hmm..."
"Begitu ya."
Saat namaku dipanggil olehnya, aku pun segera mendongak dari menatap ke arah tangannya dengan panik. Aku melakukan kontak mata dengan Wataru. Entah mengapa, aku merasa sangat bersalah karena sudah terlalu terlalu lama menatap ke arah tangannya, dan mau tidak mau aku memalingkan wajahku. Aku benci betapa kasarnya diriku sendiri, jadi aku cuma bisa mengangguk, mencoba memanfaatkan respons Sasaki-kun.
Namun, aku masih belum puas dengan tindakanku yang begitu saja, jadi aku langsung mengatakan apa yang ada di dalam benakku tanpa pikir panjang.
"Begini... ...Wa-Wataru, apa yang akan kamu kerjakan...?"
"...Beberapa dari kalian mungkin sudah menyadari hal ini saat aku menjelaskannya, tetapi siswa-siswi kelas sepuluh tidak akan terlibat secara langsung dengan apa yang Ishiguro-senpai sebut sebagai "kolaborator eksternal". Kami telah memberikan materi dan data yang kita perlukan pada mereka, jadi yang mesti kita lakukan yaitu berbagi informasi soal kemajuan kerja kita dan... ...Kemudian aku mesti mempresentasikan hasil kerja kita ke OSIS. Menurutku aku cuma... ...bertindak sebagai jembatan?"
"Ja-Jadi begitu ya..."
Itu jawaban yang sangat lugas. Aku merasa sangat frustrasi karena meskipun aku sendiri yang mengajukan pertanyaan itu, namun aku malah tidak dapat memberikan respons dengan baik. Aku tidak tahu mengapa aku merasa gugup. Kalau ini cuma kecanggungan belaka, maka aku mesti dapat memperlakukan urusan pekerjaan sebagai pekerjaan.
"—Baiklah, mari kita gunakan waktu yang tersisa untuk segera mengerjakan tugas kita. Ah, tetikusnya ada di dalam kotak di sebelah sana, jadi silakan ambil saja."
"Ah..."
Dimulai dengan kata-kata Wataru, semua orang mengambil posisi duduk di bangku mereka masing-masing dan mulai menggunakan laptop untuk mengerjakan tugas mereka masing-masing. Masing-masing dari mereka memasang senyuman bahagia yang berbeda di wajah mereka. Itu karena ini tidak kayak saat kami bekerja tanpa henti bagaikan maraton tanpa garis finis yang tampak, saat ini kami sudah dapat merasakan akhirnya dan kami tahu persis apa yang mesti kami kerjakan. Itulah yang aku sendiri rasakan, dari semua orang di sini.
"Aku mulai merasa aman sekarang."... ...Meskipun aku merasa bahagia akan hal itu, namun aku masih bisa merasakan ketidakpuasan di dalam hatiku yang belum sepenuhnya terselesaikan. Aku tahu kalau aku itu serakah. Tetapi tetap saja, mau tidak mau ragaku seakan-akan berkata "Iya, inilah saatnya kita berpencar" pada saat itu.
"Wataru... —Kya."
"...Eum, iya... ...Ada apa?"
"Ah, e-eum...!"
Saat aku berlari ke arahnya, Wataru menyadarinya lebih awal dari yang perkiraanku dan berbalik. Aku panik dan berusaha untuk berhenti dengan terburu-buru, tetapi lenganku yang mencoba meraih lengannya berhasil terlepas dan aku akhirnya melompat ke arahnya dari samping. Aku dapat merasakan secara langsung "aroma badan Wataru", yang aku ingat sejak dulu, dan aku bergegas menjauh.
(Ah—!)
Karena aku malu dengan apa yang telah aku lakukan, "diriku" yang ada di dalam hatiku, yang berbeda ketimbang dengan yang ada di dalam benakku, menjerit tanpa suara. Wajahku semakin memanas. Saat aku mendongak dengan ketakutan, aku mendapati Wataru menanggapi, tetapi ia memalingkan wajahnya ke samping dan mencoba menyembunyikan ekspresinya dengan tangannya. Itu semua tampak dengan sangat jelas, dan rasa panas di wajahku semakin meningkat.
"Begini — Kamu tidak apa-apa, bukan...?"
"Tidak apa-apa, hah... ...Ah."
Apa yang aku maksud dengan "tidak apa-apa"...? ...Aku bertanya pada diriku sendiri, tetapi aku tidak begitu paham apa maksud dari kata-kata itu. Paling tidak, aku bukan cuma bertanya soal kegiatan Panitia Pelaksana Festival Budaya ini.
Terlepas dari kenyataan bahwa pertanyaannya kurang jelas dan ambigu, Wataru mendongak ke atas secara diagonal seakan-akan ia sedang memikirkannya sejenak, lalu ia menatapku dan merespons.
"Kamu tidak apa-apa, bukan? Aku tidak bisa memastikannya."
"Astaga... ...Apa maksudnya itu?"
Wataru terkikik dan menuju ke bangkunya yang ada di sudut yang berlawanan dengan bangkuku, tampak kayak tidak mempermasalahkan apapun. Sebenarnya, masih ada yang ingin aku tanyakan padanya. Tetapi tetap saja, mendengar kata-kata itu keluar darinya untuk saat ini membuatku merasa tenang.
"Fiuh..."
Mungkin ini bukanlah saatnya aku mengkhawatirkan orang lain. Kalau dipikir-pikir, Wataru itu masihlah "Wataru yang biasanya" sejak pertama kali ia muncul. Ia belum menunjukkan tanda-tanda kalau ia merasa cemas. Mungkin aku khawatir dan merasa cemas sendiri. Aku perlu sedikit menenangkan diriku.
Aku menerima tetikus yang ia berikan padaku dan aku duduk menghadap ke layar laptop. Sasaki-kun diam-diam sedang mengerjakan tugas sesuai dengan yang telah dijelaskan. Aku memang tidak terbiasa menggunakan laptop, tetapi aku sudah sering mencari video di Internet, jadi menurutku aku bisa mengutak-atik kibor ini dengan baik-baik saja. Kayak yang di oleh Wataru padaku, aku mengklik dua kali folder pada layar pertama dan memeriksa isinya.
"..."
Wajah Wataru selalu terlintas dalam benakku setiap kali aku mengingat setiap langkah-langkahnya. Tidak lain tidak bukan karena Wataru-lah yang menjelaskan pada kami bagaimana cara mengerjakannya. Aku mungkin tidak mendengarkan dengan saksama, tetapi entah mengapa, setiap kata yang dijelaskan pada kami kembali terulang dalam benakku dalam bentuk suara Wataru. Aku memang jago dalam mengingat banyak hal sekaligus, tetapi menurutku bukanlah satu-satunya alasan.
Aku membuka berkas yang ditentukan dan membaca sesuatu di layar. Begitu ya, kayaknya ini akan jadi tugas yang mudah, cuma dengan mengetikkan isi dari dokumen yang aku terima. Aku tidak perlu terlalu banyak menggunakan pikiranku. Saat aku melihat ke berkas dan layar secara bergantian, aku mendapati diriku memikirkan sesuatu yang belum aku tanyakan pada Wataru.
Mengapa sih Wataru membantu di sini sejak awal...?
Tidak, menurutku ia bisa dibilang sedang membantu OSIS ketimbang Panitia Pelaksana Festival Budaya. Kalau tidak salah, ia tadi bilang kalau ia merupakan "asisten sementara" untuk Pengurus OSIS, jadi mungkin itulah yang terjadi. Jadi, ia datang ke sini demi membantu kakaknya yang merupakan pengurus OSIS...?
"...Betapa irinya."
Tanpa sadar, aku mengucapkan kata-kata semacam itu dengan suara pelan.
Setiap kali Wataru menceritakan soal kenangannya dengan kakaknya, aku merasa iri pada mereka. Kakaknya Wataru datang padanya saat ia sedang di UKS, saat ia sedang tidak enak badan. ...Dan Wataru membantu kakaknya dengan cara ini. Aku memang cuma mendengar kisah-kisah aneh soalnya dari sang adik, tetapi saat aku melihat kakak beradik ini yang saling mendukung kayak gini, menurutku hal itu agak aneh.
TL Note: Anggap saja kami merilis ini pada tahun 2020, hehe. Ada beberapa pengumuman Author Note soal versi Light Novel Jilid 1, ya. Silakan disimak.
Author Note:
[Pemberitahuan] Tanggal 20 Mei (2020).
Akan dirilis pada tanggal 1 Juni (2020), ada informasi tambahan mengenai jilid pertama dari karya ini (Light Novel/Novel Ringan)!
♦Pembaruan Soal Informasi Bonus (Cerita Pendek) untuk Toko Buku Daring (E-Commerce)!
Versi elektronik (e-book) dari "BOOK☆WALKER" juga akan mendapatkan bonus (cerita pendek)!
"Kakak dan Adik Cowok Sepulang Sekolah".
• Karakter: Sajou Wataru, Sajou Kaede
Kaede memijat Wataru...?
♦PV untuk jilid pertama karya ini (Light Novel) telah Dirilis di Twitter (sekarang X; per 2024) / YouTube!
Pengisi suaranya yaitu Ayaka Suwa-san! Terima kasih banyak!
Aku ucapkan terima kasih atas perhatiannya terhadap detail antara Wataru yang genit dan yang tidak terlalu genit...!
https://twitter.com/HJbunko/status/1263031724872658944?s=19
Selain itu, halaman perkenalan untuk karya ini (Light Novel) telah diposting di halaman web HJ Bunko pada tanggal 25 Mei (2020). Silakan melihatnya kalau kalian tertarik.
TL Note:
Q: "Admin, tuh ada judul cerita lagi, diterjemahkan atau gak?"
A: "Seperti yang sudah dijelaskan oleh admin di bab sebelumnya, itu akan diterjemahkan berdasarkan ketersediaan saja, dan terlebih cerita tersebut tidak kanon, jadi akan kami belakangi."
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
Baca juga dalam bahasa lain: