Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 3 Bab 86 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-86-di-lintas-ninja-translation

Bab 86
Kouhai yang Pendiam

"Selamat pagi, Ichinose-san."

"Ah... ...Iya. Selamat pagi..."

Keesokan harinya, saat aku datang ke tempat kerja paruh waktuku, aku mendapati Ichinose-san sudah ada di pekarangan belakang yang berfungsi sebagai ruang tamu ruko. Cuma ada kami berdua di sini. Meskipun dia mungkin tidak mengenalku, aku merasa aneh menggunakan honorifik untuk seorang cewek yang sebaya denganku, yang sekarang jadi senpai-nya di tempat kerja paruh waktu kami, jadi aku menyapanya dengan jujur. Aku merasa lega mendengar jawabannya meskipun itu dengan gagap.

Itu tidak bagus kalau aku terus pura-pura kalau aku tidak mengenalnya, bukan? Suatu hari nanti kami akan bertemu di sekolah, apalagi kami duduk bersebelahan. Selain itu, bukankah cukup kasar kalau aku tidak mengenalinya saat aku menanyakan namanya? Mungkin ada baiknya untuk menghentikan itu mulai saat ini.

"Ah... ...Eum..."

...Tunggu sebentar? Bagaimana kalau sekarang aku bilang kalau sebenarnya aku sudah kenal dia? "Mengapa kamu repot-repot melakukan itu?". Aku akan merasa bodoh dan jujur saja, aku sudah memperlakukan Ichinose-san seperti orang yang penyendiri. Iya, sebenarnya aku menganggap kalau aku terlalu dewasa, tetapi...

"Ka-Kalau dipikir-pikir, setelah aku pulang kemarin, aku menyadari..."

"...?"

Ichinose-san memiringkan kepalanya. Mulutnya dalam posisi lurus, jadi aku tidak bisa melihat ekspresinya. Poninya yang panjang membuat matanya tidak tampak jelas... ...bagaikan tirai di restoran Asia. Aku mau mengelus-elus poninya dengan ujung jariku. Aku hampir bisa mendengar suaranya berteriak dan dia bisa saja melarikan diri.

"Maaf kalau aku salah..., ...tetapi kamu itu Ichinose-san, yang duduk di sebelahku di sekolah, bukan?"

"...!"

Aku bisa mengerti kalau tingkat kewaspadaanku melonjak. Aku memang benar-benar siap, tetapi itu menyakitkan. Aku kira aku sudah melihat dari sudut yang salah... ...dan inilah alasan yang paling tidak mencurigakan yang bisa aku pikirkan. Aku tidak punya bel keamanan tersendiri, bukan? Aku cuma bisa membayangkan adegan di mana dia ketahuan dalam sekali lihat karena ada di kelas yang sama denganku.

"Ah, aku tahu kalau kita memang belum banyak bicara di sekolah, tetapi mohon kerja samanya..."

"..."

Aku merasa seperti aku sudah memilih kata-kata yang paling aman di dunia ini. Maksudku, apa dia gagap dan memperlakukanku seperti karakter bayangan untuk waktu yang lama, padahal aku ada di sekelilingnya? Mengapa  aku masih merasa gugup di sekitar cewek ini padahal aku sering bicara pada Ashida, Natsukawa dan Shinomiya-senpai? Apa ini cewek yang lebih serius? Aku seperti melihat kaca yang tidak tampak seperti kaca. Aku jadi menangkis ke mana-mana.

"...Iya..."

Hei! Aku dibalas kembali, hei! Gawat, apa mungkin kami tidak cocok kalau disatukan. Aku jadi merasa sangat tidak sabar.

Entahlah, pasti sulit sekali jadi seorang cewek yang menyukai sastra.... ...Apa ini akan baik-baik saja? Bisakah kami bekerja sama di pekerjaan paruh waktu yang bagus ini? Maafkan aku, aku memang menyesal, tetapi aku mesti meninggalkan garis depan sebagai gantinya.

Kami berdua secara wajar saling mengambil langkah mundur satu sama lain. Itu sangat wajar, aku pikir ini mungkin bagaikan kami berjalan di atas bulan. Aku takut kalau aku benar-benar melakukan hal itu, aku akan kehilangan ekspresi.

"Oh, kamu sudah di sini, Sajou-kun! Mulai hari ini dan seterusnya, tolong urus Mina-chan sebagai senpai-nya!"

"Euh... ...Anda tampak bahagia, Manajer."

"Wahaha! Kok kamu bisa tahu?"

Tiba-tiba aku ketakutan saat seseorang dengan suara keras bicara padaku dari belakangku. Kakek saat ini pasti punya kapasitas paru-paru yang lain.

Iya, bagaimana tidak senang karena ada seorang cewek imut yang bekerja di tokonya? Aku bisa paham kalau saja aku ini pemilik toko ini. Namun, dalam kasusku, sulit buatku untuk menghadapi situasiku saat ini dengan jujur. Mungkin Kakek akan menganggap aku tidak jago dalam hal itu...

Ah, tunggu sebentar?! Ini merupakan kesempatanku untuk memberikan kesan yang bagus, bukan? Aku ini cowok yang berisik di sekolah, tetapi kalau aku tunjukkan padanya kalau aku ini sebenarnya cowok yang baik dan benar-benar melakukan segalanya dengan benar, dia mungkin akan berhenti memandangku sebagai cowok yang mengganggu dengan tatapan kesal yang terkadang aku rasakan.

"Apa tidak apa-apa kalau aku terus melakukan pekerjaanku seperti biasanya?"

"Tolong tunjukkan pekerjaanmu pada Mina-chan, kecuali untuk pekerjaan yang sangat berat. Dan jangan sampai ada ide nakal yang muncul."

"Apa yang Anda bicarakan...?"

"Wahaha! Aku cuma bercanda!"

Aku pun tidak bisa membiarkanku merasa aneh di rumah nenekku di pedesaan kalau kayak gini. Maksudku, tolong berhenti bilang hal itu pada para remaja putra dan putri kayak gini, karena...  ...itu cuma akan membuat kami jadi canggung.

Tetapi aku paham, saat ini Kakek yang melakukan pekerjaan dengan tingkat tanggung jawab yang tinggi, lebih mudah buatku yang cuma mengajari Ichinose-san... ...Euh, aku harap dia tidak melihatku dengan tampang sebal lagi. Tetapi pada akhirnya aku juga mesti bersikap tegas padanya.

"Ah—... jadi, ponimu dirapikan dulu?"

"Ah... ...Iya..."

Dia tampak sangat tidak nyaman. Lagipula menurutku, dahinya itu imut... ...dan cara itu cukup bagus, tetapi mungkin dia terlalu membenci hal itu. Mungkin saja tidak, dan bagaimanapun juga tidak ada sentuhan di sana. Buatnya, mungkin aku hanyalah ular semak.

"Benar juga. Saat kita sedang melakukan pekerjaan paruh waktu, aku akan memintamu melakukan itu."

"..."

Tatapan matanya seperti dia sedang mencoba bertanya padaku kayak apa penampilannya. Dia tidak bertanya padaku bagaimana kesanku soal wajahnya, bukan? Ini lebih seperti dia takut aku akan bilang sesuatu yang aneh soalnya. Jarang sekali aku mendapatkan tatapan semacam itu, jadi ini hal yang baru buatku. Begini, biasanya akulah yang menatap. Tidak, ini mudah dimengerti... ...Apa jangan-jangan Natsukawa dan Kakak juga tahu kalau aku bekerja di sini?

Meskipun mereka mengetahuinya, aku tidak bisa bilang apa-apa dengan lantang soal itu. Mengapa kalian menatapku kayak gitu? Aku pasti benar-benar br*ngsek. Bukan cuma Ichinose-san saja, tetapi siapapun pasti akan membenciku.

"Kalau begitu, mari kita mulai. Pertama-tama, kita akan mengatur buku-buku di rak sambil memeriksa daftar buku yang terjual kemarin. Ini sangat mudah."

"..."

"Ah... cukup mengangguk saja saat aku bicara padamu itu tidak apa-apa, tetapi saat pelanggan bicara padamu, kamu harus menjawab dengan benar, oke?"

"O-Oke..."

Pena dan buku catatan... ...itu tidak diperlukan. Ini bukanlah pekerjaan yang berat. Tetapi masalahnya ini Ichinose-san, jadi aku tidak bisa mendesaknya untuk bertanya kalau dia tidak mengerti sesuatu. Haruskah aku berusaha untuk jadi perhatian sebaik mungkin? Aku rasa bukan cara yang tepat.

Saat kalian sedang mengajar, kalian akan mendapati kalau ada lebih banyak hal yang mesti kalian lakukan ketimbang yang kalian pikirkan. Malahan, aku merasa seperti sudah melakukan banyak perubahan pada tampilan toko buku ini. Awalnya kami tidak punya pop-up, tetapi kami juga tidak bisa terus menerus memasang musik pop yang sama, loh...

Ada masalah dalam pelatihan ini. Ichinose-san tidak bisa mencapai bagian atas rak buku dengan tinggi badannya. Aku akan memintanya menggunakan tangga, jadi tidak usah khawatir. Namun dia tampak pusing cuma dengan berjalan normal.

"A-Aku bisa melakukannya sendiri kalau sebanyak ini...!"

"Tidak boleh. Jangan bilang begitu! Kamu sudah menggunakan tangga dan gemetaran begitu, kalau kamu terjatuh, bolehkah aku menangkapmu?"

"I-Itu... ...tidak usah."

Astaga, hatiku terasa sakit. *Merusak diri sendiri.

Seperti yang diharapkan dariku. Itu memang aku, dalam artian sebaliknya... ...tetapi itu lebih menyakitkan ketimbang yang aku kira, jadi aku tidak akan bilang begitu lagi... ...Tunggu dulu, di mana aku menaruh kepercayaan diriku?

"I-Itu benar! Berbahaya kalau Mina-chan terluka, jadi aku saja yang akan melakukannya!"

"Ada baiknya Anda menahan diri juga, Manajer... ...Karena itulah Anda mempekerjakanku, bukan?"

"Euh..."

Akulah yang akan kena marah dengan istri Kakek. Saat itu juga aku mencari di Google dan aku mendapati kalau ada bangku dengan dua anak tangga. Kalau dia jatuh ke depan, ada rak buku, dan kalau dia jatuh ke belakang, dia cuma perlu turun satu anak tangga untuk menjaga keseimbangannya. Aku tidak akan jatuh miring, dan aku akan merasa lebih aman. Aku akan bicarakan ini dengan istrinya nanti.

Sedangkan untuk Kakek..., ...aku lebih mengkhawatirkan punggungnya ketimbang keseimbangannya. Bukankah begitu?

"Entahlah. Selebihnya cuma layanan pelanggan yang lambat dan lamban."

"Hei. Kamu tidak boleh bicara kayak gitu, meskipun sedang tidak ada pelanggan."

"Ah, maafkan aku."

Kakek juga menyebut mereka sebagai pelanggan. Iya, meskipun aku diperlakukan dengan tegas oleh Kakek, tetapi aku rasa memang begitulah adanya. Mungkin aku cuma berprasangka saja.

"Toko buku ini sudah buka, jadi tidak aneh kalau pelanggan bisa datang kapan saja. Untuk saat ini, aku rasa Ichinose-san akan menggunakan apa yang baru saja aku ajarkan padamu untuk mengurus segala sesuatunya. Aku akan melakukan layanan pelanggan dan meletakkan dan menaruh buku di rak bagian atas. Lalu saat aku sedang di kasir untuk mengurus pembayaran, kamu harus sudah ada di sebelahku untuk mengamati terlebih dahulu."

Kadangkala ada saja pelanggan yang merepotkan dari waktu ke waktu, dan ada juga pelanggan yang tidak biasa, tetapi tidak merepotkan. Tetapi aku rasa toko buku ini punya lebih sedikit pelanggan semacam itu. Lagipula, kalau kita mengacau dengan Kakek, ia cuma akan marah. Tidak masuk akal, aku cuma pernah melihat yang seperti itu sekali. Entahlah, aku rasa itu juga tidak mempan.

"Dan kemudian... ...Ah, aku rasa kita akan membutuhkan yang itu juga."

Kartu nama yang akan dipasang di lehernya. Aku mengeluarkan kartu nama yang baru dan menulis "dalam pelatihan" dengan huruf tebal di atasnya. Tanpa jaminan ini, aku yakin, Ichinose-san mungkin akan dibuat frustrasi oleh para pelanggan sekarang. Dia akan sangat gugup sampai-sampai dia tidak bisa bilang apa-apa, dan aku pun bisa melihat masa depan di mana Kakek berteriak pada kami. Itu tidak bagus...

Aku rasa tidak kayak gini saat aku ada di posisinya dulu. Aku dulu jago melontarkan pertanyaan pada Kakek saat aku bertanya.

"Oke. Ah, maaf."

"..."

Dia mengangguk dengan suara gedebuk.

Mungkin karena aku merasa seperti sudah mengurusnya, aku tidak sengaja menggantungkan kartu nama Ichinose-san di lehernya. Harusnya aku memberikan kartu nama itu dan memintanya untuk menggantung kartu nama itu sendiri... ...itu sangat kaku. Jarak di antara kedua hati kami sangat jauh, pasti sejauh jarak rumahku dari sini.

Aku penasaran apa aku terlalu memperlakukannya seperti anak kecil dengan melakukan hal ini...

"Ichinose-san, apa ada sesuatu yang belum kamu pahami sejauh ini?"

Izinkan aku bertanya untuk berjaga-jaga. Aku mengambil sikap kalau dia tidak bertanya padaku, tetapi ada kemungkinan kalau dia sudah menunggu kesempatan ini.

"...Eum..."

—Ah, apa tidak ada yang pertanyaan khusus soal ini...? Kalau kamu tidak punya, katakan saja kalau kamu tidak punya! Ini cuma akan semakin canggung, semakin lama kamu membuatku menunggu! Katakan saja! "Tidak ada pertanyaan yang khusus!".

"...Eum..."

"Silakan...?"

Apa ada—?

"Tidak ada."

Kami berdua tidak bisa sinkron satu sama lain.

Author Note: Ada.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

←Sebelumnya          Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama