Bab 24Pendekatan Ketua Komite Disiplin
Saat sekolah usai, aku tiba-tiba mau mencari 'Pengembangan Tanah Baru' (*novel ringan). Lagipula, aku belum membaca karya terbaru karena aku tidak dapat memikirkan apa-apa selain Natsukawa untuk waktu yang lama…
Baiklah, mari kita pulang dan membaca seri baru sambil makan bakpao daging yang dibelikan Kakak… Iya, memanjakan diri itu memang 'Dewa' (*yang terbaik).
"He-Hei…"
"Hmm? ...Apa?"
Saat aku hendak pulang, aku berpikir, 'Mustahil... ...Natsukawa mau mencegatku pulang?', jadi aku pun menoleh ke belakang.
Iya, dia memang tidak terlalu sering memanggil namaku jadi saat aku mendengar suaranya, aku rasa dia mau memanggilku.
'Ah, s*alan! Aku salah paham padanya!', saat aku berpikir begitu, aku melihat Natsukawa sedang melihat ke arah sini.
Tampaknya yang benar-benar coba dia cegat itu aku.
Aku senang kalau aku tidak melakukan kesalahan yang memalukan...
"Eum, Natsukawa? Ada apa? Mengapa kamu terburu-buru?"
"Ti-Tidak, aku sedang tidak terburu-buru, kok!"
"Jadi begitu ya…"
Natsukawa mencegahku yang sedang berusaha pulang dengan cepat dan mendekatiku.
Aku rasa jarak di antara kami berdua itu memang jauh, tetapi... ...apa aku salah? Apa dia cuma memperdekat jarak di antara kami berdua? Kalau memang benar begitu, bukannya itu terlalu cepat?
Apa dia itu sangat merindukanku? Kalau memang benar begitu, maafkan aku atas apa yang barusan aku bilang, jadi aku mohon jangan marah, ya.
"Ka-Kamu... ...apa kamu beneran tidak akan datang?"
"Datang...? Hmm? Apa sih yang kamu bicarakan─?"
"Ah, jadi jam pelajaran di kelasmu juga sudah selesai?”
"Eh…!?"
Sebuah suara pelan tiba-tiba bergema. Tetapi, meskipun pelan, itu bukanlah suara cowok, itu merupakan suara cewek yang bermartabat. Makanya itu jauh lebih mudah didengar ketimbang suara orang lain.
"Kya-, Nyonya Rin…!?"
Ashida berteriak pada kemunculan orang penting yang dadakan itu.
Ketua Komite Disiplin, Shinomiya Rin-senpai, menatap wajahku tepat setelah dia memasuki ruang kelasku. Sudut pandangnya terfokus padaku, dan saat mata kami bertemu, dia pun tersenyum... ...Eh, dia tersenyum?! Aku mohon hentikan, aku hampir mengira kalau kamu itu Kakak sejenak di sana...
Tetapi, yang benar, deh, apa sih yang sebenarnya terjadi? Saat jam pelajaran berakhir, dua cewek cantik mendatangiku… Mungkin saja, aku ini sebenarnya karakter utama novel ringan?!!
(TL Note: Emang iya, Bang!)
…A-Aku mesti memilih yang mana, ini!?? Hei, Ashida, menurutmu bagaimana??
(TL Note: Ashida gak dianggap cewek?)
"…Aku tidak tahu ada apa ini, tetapi aku tahu kalau kamu sedang memikirkan sesuatu yang bodoh."
"Bisa tidak kamu berhenti menganalisisku dengan sangat tenang begitu?"
Cewek s*alan ini…! Tidak bagus menerawang isi hati cowok yang mau menikmati masa mudanya, kamu tahu!! Iya, tentu saja, aku memang cuma memikirkan hal-hal yang bodoh, jadi aku mohon, bisa tidak kamu berhenti memasang wajah itu?!
"Halo, semuanya. Aku tahu kalau hari-hari kalian yang melelahkan sudah berakhir, tetapi bolehkah aku meminjam Sajou untuk sementara waktu?"
"Ten-Ten-Ten-Tentu saja! Kamu boleh merebusnya, ataupun menggorengnya, ataupun bahkan memposting fotonya di media sosial!"
"Hei, hei, Ashida!!"
Yang ketiga itu terdengar lebih kejam dari yang dua sebelumnya, bukan? Memposting fotoku di medsos..? Soalnya, aku belum pernah sekalipun memposting fotoku di Inst*gram. Apa? Bagaimana dengan Twitter*? Apa yang akan kamu lakukan kalau tidak ada orang yang me-retweet?! Astaga, dasar cewek ini! Ngomong-ngomong, aku mesti menata rambutku dulu sebelum melakukan itu…!
(TL Note: Sekarang namanya X.)
Aku mencoba untuk tidak melakukan kontak mata dengan Shinomiya-senpai, dan sekali lagi menoleh ke Natsukawa, yang sudah aku ajak ngobrol sebelumnya.
"Ah, maaf, Natsukawa. Tadi, ada apa?"
"Ti-Tidak, tidak ada apa-apa, kok! Bukan apa-apa, jadi pergi saja sana!"
"Hah? Oke, begitu ya!"
"Kalian ini punya hubungan yang aneh, ya...?"
'Benar begitu, bukan?', kataku dan menoleh ke Shinomiya-senpai, tetapi dia menoleh ke belakang dengan wajah kesulitan.
Hari ini, aku memang sedang dalam suasana hati yang bagus, jadi maafkan aku kalau aku terlalu bersemangat… ...Iya, aku mohon maafkan aku kalau aku tidak sopan…
Ngomong-ngomong, bolehkah aku — Bolehkah aku pulang karena aku tidak mau pergi? Tiba-tiba, aku cuma punya firasat buruk kalau ini akan jadi sesuatu yang merepotkan.
Pertama-tama, mengapa kamu mencariku, Shinomiya-senpai? Kasus Inatomi-senpai mestinya sudah selesai, bukan? Aku rasa aku tidak punya urusan lagi denganmu...
"Mari kita ganti tempat."
"…?"
"…"
Saat aku diajak ke luar kelas, Natsukawa dan Ashida melihat punggungku dengan wajah yang sedih (*Mengkhayal).
♦
"─Jadi, apa kita akan ke sini lagi?"
"Iya, ke sini."
Ruang BK. Itu merupakan tempat yang kayak sel penjara di mana siswa-siswi yang mengganggu etos sekolah diceramahi dan diomeli. Itu juga merupakan tempat yang terbuka buat siswa-siswi yang punya otoritas tertentu.
"Tetapi, aku tidak suka dilihat oleh siswa-siswi dan guru lain saat aku keluar dari ruangan ini…"
"Hah? 'Kicauan' dari sekitar? Jangan terlalu khawatirkan hal itu."
"'Kicauan'...?"
Pemilihan katanya itu terlalu keren… ...Kayaknya akan sulit buatnya buat mendapatkan cowok yang lebih keren darinya.
Bagaimanapun, aku terkejut kalau dia tidak punya hubungan dekat dengan guru-guru… ...Aku rasa sebagai anggota Komite Disiplin, dia mungkin lebih pro ke pihak sekolah.
"Lalu, apa yang kamu mau dariku?"
"Pertama-tama, izinkan aku ucapkan terima kasih. Berkat saran darimu, aku dapat menangani Yuyu dengan lebih baik. Aku sadar kalau ini bukanlah soal jadi dekat denganku sebanyak mungkin."
"Begitu ya. Aku tidak tahu apa itu akan berhasil karena itu cuma kata subjektif saja, tetapi aku senang kalau itu bisa menyemangatinya dengan baik."
"Iya, sungguh, terima kasih. Kamu punya kemampuan buat mendorong orang lain."
"Tidak, bukan begitu kok."
Aku dinilai dengan tinggi.
Aku tidak memberinya nasihat dengan baik... ...Jadi, aku tidak pernah berpikir kalau kata-kataku dapat membantu juga.
Aku penasaran apa ada sesuatu yang terjadi pada Inatomi-senpai lagi… ...Iya, dia memang orang yang berkemauan lemah, jadi….
Tetapi, aku tidak mau melihat cewek imut kaysk dia tertekan... ...mestikah aku memberikan manisan padanya? Manisan Jepang? Iya, mungkin saja manisan Jepang…
"─Makanya, aku tidak dapat memahamimu lagi."
"…Maaf?"
Kayak namanya*, dengan mata bermartabat dia mendekatiku sambil menatap mataku. Tanpa sadar dengan perkembangan yang mendadak ini, aku menggerakkan sudut pandangku, ke atas dan ke bawah… ...Aku tidak punya pilihan lain selain melakukan itu.
(TL Note: Shinomiya dalam bahasa Jepang berarti bermartabat.)
Tunggu, punggungku baru saja menabrak tembok… ...bukannya ruangan ini terlalu kecil? Sudah aku duga ini mungkin saja sel penjara.
"Maksudku, begini. Yuyu, dia... ...dia depresi karena dia tidak bisa membuatmu memahaminya."
"Eh...!? Apa yang kamu bicarakan? Ini soal 'menghilangkan kelemahan terhadap cowok', bukan? Aku pikir itu tujuan yang bagus..."
"Pikirku juga begitu, tetapi fokus ceritanya itu bukan itu."
"Tidak, tunggu…"
Shinomiya-senpai mendekatiku seakan-akan melihat di balik mataku lagi. Wajahnya semakin dekat sampai-sampai apa yang dapat aku lakukan untuk menghindarinya cuma dengan menggerakkan mataku, ke atas dan ke bawah.
Ada apa dengan suasananya, entah mengapa, suasana yang aku rasakan saat ini kayak menunggu suntikan di rumah sakit… Bukannya ini sudah berakhir?
"Hmm… ...Sajou."
"A-Ada apa?"
"Aku tertarik buat mengetahui niatmu yang sebenarnya."
"Tetapi, aku tidak pernah bohong padamu…"
"Aku tidak menyadarinya karena saat itu aku terlalu fokus pada masalah Yuyu, tetapi saat ini aku sadar, matamu yang saat ini itu berbeda dengan yang aku lihat saat kamu memberiku saran."
"…Berbeda?"
...Apa? Mengapa kamu sangat peduli dengan mataku? Tidak peduli bagaimana kamu melihatnya, itu cuma mata yang normal. Buat kehidupan sekolahku yang damai, aku cuma berusaha buat menjaga sudut mataku agar tetap lurus. Mengapa aku mesti dikejar-kejar dan disalahkan atas hal itu?
…Tunggu, maksudmu, saat itu, aku tidak membaca suasana? Tetapi, biasanya, kamu akan senang kalau kamu mendapat balasan yang kayak gitu, bukan? Begitulah aku memang selalu lari dari hal-hal yang merepotkan. Meskipun begitu, lingkunganku, itu agak bising akhir-akhir ini.
Mungkin karena dia terus-terusan mendesakku, aku jadi agak emosional dan sangat ingin menumpahkan perasaanku.
"─Inatomi-senpai cuma takut karena akal sehat, jadi dia cuma terpana oleh kata-kataku."
"…Bukannya menurutmu Yuyu punya masa lalu yang menyebabkannya kayak gitu?"
"Aku rasa begitu, tetapi kalau dia menggabungkan itu dengan mencoba menghilangkan kelemahannya pada cowok, dia tidak akan dapat maju."
"...Terus lanjutkan."
Iya, memang begitu rencanaku…
Tetapi, setiap kali, aku bilang sesuatu soal Inatomi-senpai, alis Shinomiya-senpai terasa sakit, seakan-akan ada duri dalam kata-kataku…
Tetapi tetap saja, aku tampak kayak dia tidak akan bilang apa-apa tentang kata-kataku.
"Aku tidak merasa Inatomi-senpai meminta maaf padaku cuma buatku saja. 'Karena aku muak dengan diriku sendiri, yang menunjukkan kelemahanku bahkan pada kebaikan orang lain.'. Aku yakin begitulah yang dia pikirkan saat itu, makanya dia mau menyelesaikan semuanya dengan meminta maaf padaku."
"Apa kamu merasa tidak puas?"
"Bukan begitu. Aku benar-benar memuji tindakannya dari lubuk hatiku. Masalahnya itu ada setelah itu. Inatomi-senpai bilang kalau dia mau berusaha demi menghilangkan kelemahannya, menggunakan kejadian itu sebagai batu loncatan… ...melihat caranya bilang kayak gitu."
"…"
Aku bisa lihat kalau sikapnya Shinomiya-senpai jadi jutek. Ketua Komite Disiplin itu menatapku, tetapi aku terus bicara meskipun dengan sikap yang menciut. Iya, memang dapat dibilang kalau aku menjelek-jelekkan sahabatnya. Tetapi, mungkin karena aku ada di tengah-tengah penjelasanku, aku tidak peduli dengan cara Shinomiya-senpai menatapku.
"─Tetapi kalau memang benar begitu, Inatomi-senpai mestinya tidak perlu mengajak Shinomiya-senpai."
"…!"
Kelemahan Inatomi-senpai pada cowok. Dengan melarikan diri dariku, dia sudah mengambil langkah menjauh dari tujuannya, dan dengan meminta maaf padaku, dia sudah kembali ke posisi semula. Namun, membawa sekutu yang disebut Shinomiya-senpai, keseimbangan antara ketakutannya pada cowok dan keberaniannya buat bergerak maju tidak dapat tercapai. Jadi, alih-alih bergerak maju menuju tujuannya, dia malah masih setengah langkah lagi dari posisinya semula.
"Saat itu, aku rasa, 'Apa yang sebenarnya diinginkan oleh orang ini, ya?'. Itu dia."
"…Jadi begitu."
Secara teori, aku kira apa yang aku pikirkan itu memang benar. Namun, itu berubah saat aku menempatkan orang normal pada posisinya.
…Atau apa jangan-jangan aku salah. Lagipula, siswa-siswi SMA tidak selamanya dapat berpikir secara mendalam, dan bertindak sesuai dengan hal itu. Namun, mungkin karena dia itu anggota Komite Disiplin yang dijunjung tinggi oleh siswa-siswi lain, aku menempatkan standar yang lebih tinggi ketimbang biasanya. Makanya aku merasa kecewa dengan apa yang sudah dia lakukan.
"Kamu itu sangat kasar."
"Bukan begitu. Aku menghormati Inatomi-senpai sebagai maskot, kok."
"Aku setuju, sih. Aku saja, hampir selalu melihatnya kayak gitu."
Tunggu sebentar? Bukannya kamu itu lebih buruk dariku? Paling tidak, karena kamu punya riwayat yang agak lebih lama dengannya ketimbang aku. Aku rasa tidak apa-apa buat memperlakukannya sebagai anggota Komite Disiplin… ...Dia itu sahabatmu, bukan? Benar begitu, bukan?
"Tetapi iya, sih… ...mungkin menurutku, aku tidak apa-apa dengan dia yang kayak seorang kouhai yang imut, tetapi buatmu, kamu berharap dia dapat diandalkan sebagai seorang senpai…"
"Aku rasa, mungkin begitu. Kalau dia satu angkatan denganku atau di bawahku, aku mungkin tidak akan peduli dengan detail semacam itu."
"Jadi begitu ya…"
Setelah aku menyatakan pendapatku, Shinomiya-senpai tertawa dengan alisnya yang ditarik bersama seakan-akan dia dalam masalah.
Memang benar, Inatomi-senpai itu imut, meskipun tidak sebanyak Natsukawa.
Mungkin, karena kata-kata dari kouhai-nya (*aku) dari kouhai-nya (*Inatomi-senpai), dia membuka matanya.
"Inatomi-senpai itu sangat penting buatmu, bukan?"
"Itu benar, tetapi dia bukanlah satu-satunya. Misalnya, kamu. Sajou, kamu itu seorang kouhai yang sedang aku tandai saat ini."
"Hah? Apa aku sedang ditandai oleh Ketua Komite Disiplin?"
Memang benar, Inatomi-senpai itu imut, meski tidak sebanyak Natsukawa.
"Hei, tidak bisakah kamu bilang itu dengan cara yang lebih baik?"
Tetapi, itu tidak normal, bukan? Maksudku, siswa-siswi baru yang wajah dan namanya diingat oleh OSIS dan Komite Disiplin? Ini tidak wajar, oke? Seseorang, aku mohon tolong aku!
Pada akhirnya, Shinomiya-senpai tidak memarahiku karena kelakuan burukku. Namun, saat aku meninggalkan Ruang BK dan melihatnya kembali, aku dapat melihat sosoknya yang perlahan mengunci ruangan ini dengan ekspresi serius.
A-Aku sudah memutuskannya... ...Aku akan pura-pura tidak melihatnya.
Author Note: Melarikan diri atau peduli?
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
Baca juga dalam bahasa lain:
Baca juga: