Ada dua kartu pos yang aku sita dari Wataru. Salah satu ilustrasi yang tergambar di dalamnya yaitu ilustrasi sahabatku, yang cukup berkarakter, tetapi digambarkan dengan selera fesyen yang gila. Fakta bahwa dia mengenakan pakaian yang mustahil dia kenakan, namun digambar dengan sedemikian rupa, menunjukkan kehebatan bakat Shirai-san dalam menggambar.
"Maksudku, apa yang mesti aku lakukan dengan kartu-kartu pos ini...? Mengembalikannya...? Ke mana?"
Di dekat jendela ruang kelas. Salah satu model ilustrasi di kartu pos muncul di hadapanku, sedang mengerutkan kening di bagian paling belakang kelas. Aku buru-buru menyimpan kartu-kartu pos di kolong meja, duduk di bangku, mengeluarkan ponsel pintarku sambil pura-pura memainkannya.
"Ah, pasti berat sekali, ya? Hebat juga, ya, Aichi pun bisa memasang wajah jijik, ya...!?"
"Iya, benar juga! Kamu harusnya bisa minta tolong Sajocchi untuk membawakan kantung belanjaanmu... tetapi ia sedang tidak bisa saat ini, bukan...?"
"A-Aku tidak akan minta ia melakukan itu meskipun tangannya sedang tidak cedera, ...karena ini urusan keluargaku."
Kayak biasanya, Kei masih memperlakukan Wataru dengan kasar. Wataru, yang diperlakukan olehnya dengan sikap begitu secara terang-terangan, masih mengumpat padanya, tetapi kayaknya ia tidak keberatan. Dengan kata lain, ini merupakan semacam komunikasi biasanya. Memang benar kalau aku tidak merasa tidak enak saat aku melihat mereka begitu, jadi mungkin tidak akan ada masalah.
"Rasanya pasti akan sakit kalau kamu sering menggunakan tangan kirimu. Aku dulu juga pernah berlari tanpa menyadari kalau kakiku sedang terkilir."
"Eh...?"
Kei, yang sedang duduk bersandar di bangku Wataru, bilang begitu, bukan dengan nada mengejek, tetapi dengan nada yang penuh perhatian. Itulah reaksi yang tidak terduga mengingat hubungan mereka berdua yang tidak akur.
"Jadi aku berteriak dengan suara yang aneh dan orang-orang di sekitarku menertawakanku."
"Apa itu juga pernah terjadi padamu, Kei?"
"Iya, tentu saja aku pernah mengalami cedera. Dan semua orang yang pernah cedera di Ekskul Olahraga pasti pernah mengalami hal yang sama, bukan?"
"..."
Kata-kata Kei membuat darahku jadi dingin. Entah sudah berapa kali aku mengeluh dengan pahit pada Wataru? Aku rasa aku sudah mengucapkan banyak kata-kata yang tidak berperasaan sampai ke titik di mana jumlahnya sudah menumpuk. Mungkin hal itu sudah tidak dapat ditahan lagi oleh Wataru, sih...
"─Tetapi tetap saja, Sajocchi itu cowok yang sangat ceroboh, ya!"
"...Eh?"
"Sudah berapa banyak jeritan yang kamu dengar dalam beberapa hari terakhir? Ia harusnya sudah banyak belajar agar tidak terulang lagi, bukan? Mungkin saja ia tidak akan lolos dari ujian berikutnya!"
"Eh...?"
Kei senang banget membicarakan kegagalan Wataru. Sudah aku duga, Wataru dan Kei itu saling menusuk dan mendorong satu sama lain. Dan biasanya sangat buruk sampai-sampai dia tidak bisa bersimpati pada Wataru yang sedang cedera. Aku kira aku tidak salah karena Kei bilang begitu, tetapi aku penasaran apakah... penyesalanku bahwa aku mungkin sudah bicara terlalu banyak itu tidak salah.
"Aku terlalu banyak khawatir, mungkin memang benar begitu..."
"Aku rasa tidak begitu. Sudah berapa puluh kali lagi aku mesti mendengarkan jeritannya kalau bukan karena kekhawatiran dan perhatian Aichi?"
"Ti-Tidak sampai segitunya, ah...!"
Dan puluhan kali itu juga sudah terlalu banyak! Aku rasa Wataru harusnya tidak akan seceroboh itu, tidak peduli berapa kali ia mengeluh. ...Ia bukan cowok yang ceroboh, bukan? Yang jelas, ia itu memang terlalu santai dan percaya diri...
"Oh. Jadi Mbak D*ngu ada di sini, ya."
"Apa-apaan sih, datang-datang, tiba-tiba ngomong begitu? Kamu mau ngajak berantem, ya? Ayo sini kalau berani?"
Wataru, yang habis meninggalkan ruang kelas, pun sudah kembali. Wataru, yang tiba-tiba datang menyambut dengan kata-kata yang buruk, menatap Kei dengan dahi berkerut. Itu bisa disebut "tatapan sinis". Aku rasa itu bukanlah wajah yang tepat untuk ditunjukkan pada seorang cewek, sih...
"...!"
Tiba-tiba, mataku bertemu dengan mata Wataru. Wataru, yang tampak canggung sambil tertawa kecil, mengangkat bahunya dan tangannya jadi lebih pendek. Kartu-kartu pos yang tadi pasti masih ada dalam pikirannya. Aku tidak akan pernah mengembalikan kedua kartu pos itu. Memang, Shirai-san lah yang pertama kali menggambarnya. Aku tidak yakin apa itu ide yang bagus untuk memintanya membuatkan ilustrasi yang baru. Wah, aku harap kamu bersyukur karena aku tidak mengambil kartu yang ada ilustrasiku. Apa yang akan kamu lakukan pada kartu pos itu terserah kamu..., tetapi...
"He-Hei, Ashida, minggirlah. Itu bangkuku, kamu tahu."
"Tidak mau, ah."
"Mengapa tidak mau?"
"Pokoknya, tidak mau."
"'Tidak mau-tidak mau' kepalamu?"
"Tidak mau, ah."
"Kamu mau apa sih? ...Ayolah, Kei."
"Hah—, meniru Airi-chan kayak gitu."
"Mereka tidak mirip, loh."
"Suara kalian jutek banget."
Kei, yang habis diperlakukan dengan tidak baik oleh Wataru dan juga olehku, meninggalkan bangku Wataru dengan mulut cemberut. Maksudku, menurutku memeluk sandaran bangku cowok terlalu sering itu bukanlah hal yang bagus. Atau, kamu tahu, kalian akan disalahpahami. ...Menurutku itu tidak akan terjadi pada Wataru, tetapi aku tidak berpikir begitu cuma karena aku peduli sama Wataru saja...
"Dari mana saja kamu?"
"Aku habis mencuci tanganku dan mengganti perban. Aku mesti pergi ke toilet yang tidak ada siapa-siapa di dalamnya."
"Oh..."
"Euh, itu merepotkan sekali. Aku tidak perlu repot-repot begitu kalau aku tidak ceroboh dan memasukkan tanganku ke dalam benda tajam yang terbuka."
"...Iya. Itu sih, sudah pasti."
"...?"
Aku penasaran. Ada rasa tegang yang tampaknya agak berbeda dari saat ia dengan Kei. Ia tampak tertekan. Aku penasaran apa ia masih merasa nyeri dan sakit setelah cederanya dibalut perban lagi. Namun, meskipun begitu, ia masih menggunakan tangan kirinya secara sembarangan dan lalu....
"Hah, ...Aku juga mau tubuh yang sekuat baja dan kebal. Kayak Kakak."
"Siapa bilang Kakak punya tubuh baja?"
"Uwah!?"
"!"
Sebuah suara yang lesu dan agak mengancam tiba-tiba menyela kami. Berbeda denganku dan Kei yang terkejut, Wataru bahkan jauh lebih terkejut lagi, sampai mengangkat bahunya. Aku juga jadi merasa ngeri melihat reaksinya, yang bergema sampai ke tangan kirinya...
Aku menoleh ke arah sumber suara itu. Di sana berdiri Wakil Ketua OSIS di SMA ini — kakaknya Wataru.
"Me-Mengapa Kakak ada di kelas ini? ...Mengapa Kakak sampai jauh-jauh ke sini."
"Tubuh mengagumkan siapa yang kalian bicarakan?"
"Tentu saja tubuh mengagumkan Kakanda..."
"Berisik ah dan jangan lihat Kakak."
"Kakak ini sangat tidak masuk akal..."
Kakaknya yang datang ke ruang Kelas X-C dengan jutek memperlakukan Wataru sejak awal. Sebagai orang yang sangat keras pada Wataru, Aku tidak tahu bagaimana bilangnya ya, tetapi aku rasa dia memperlakukan Wataru terlalu berlebihan seperti orang yang sedang cedera. Mungkin aku, yang merupakan orang asing, bukan posisinya untuk bilang apa-apa soal kakak beradik ini...
"...Sudah diperban, ya, tampaknya kamu sudah membalutnya dengan benar."
"Ada apa? Aku selalu melakukan segalanya dengan benar, kok."
"Kakak bilang begitu karena Kakak tahu yang kamu lakukan sehari-hari itu tidak dilakukan dengan benar."
Di sebelah Kei, ada percakapan di antara Wataru dengan sang kakak. Wataru, yang juga dikritik dengan keras, tampaknya itu akan jadi bencana. Tetapi, melihat dari cara sang kakak menatapnya, itu bisa dianggap seakan-akan dia mengkhawatirkan adiknya. Itulah gunanya kakak-adik, dan ini agak menenteramkan untuk dilihat.
"Eum, ...apa Senpai mengkhawatirkan Wataru?"
"Hah?"
"Ah, anu..."
"...Aku juga punya urusan lain di sini."
"...Selebaran?"
Kei menerima sebungkus selebaran yang dipegang oleh kakaknya Wataru yang diserahkan padanya. Aku dan Wataru mengintip ke tangan Kei saat dia membacanya dengan cepat.
''Surat Pemberitahuan soal 'Perekrutan Calon Pengurus OSIS'...?''
"Ini, tolong dibagikan pada teman-teman kalian di kelas, ya!"
"Ah, hei...!"
"Jangan ganggu Natsukawa-san dan temannya dengan terus-terusan ceroboh menggunakan tangan kirimu."
"Euh...!"
Sang kakak dengan segera meninggalkan ruang kelas seakan-akan bilang kalau tugasnya sudah selesai. Iya, dia memang agak kelihatan keren... Dia tidak menyangkal kekhawatiran Wataru, dan dia datang untuk menengok keadaan adiknya sambil mengantar cetakan-cetakan itu...
"Perekrutan Pengurus OSIS! Mengapa kamu tidak mencalonkan diri saja, Aichi?"
"Ah, jangan bilang begitu dengan gampangnya."
"Kalau begitu, apa aku harus mencalonkan diriku sebagai Ketua OSIS...?"
"...Bukankah itu mustahil?"
"Ah! Aichi menganggapku bodoh!"
"A-Aku tidak mengejekmu, kok. Hanya saja... ...itu agak, ah, lupakan saja."
"Kamu bisa juga sangat terang-terangan dan itu curang!"
Ha-Habisnya kamu bilang soal Ketua OSIS, itu bukannya sosok yang... ...terpelajar, berperilaku baik dan kalau kita itu cuma terbatas di SMA ini saja, sedangkan sosok yang dimaksud itu orang yang bersikap dewasa dengan keluarga kaya, dengan kata lain... ...kalau dibandingkan dengan Ketua OSIS saat ini, kita itu tidak ada apa-apanya...
"Ba-Bagaimana menurutmu Wataru? ...Wataru?"
"Pengurus OSIS..., ya?"
Saat aku mendekatinya untuk mengubah topik pembicaraan, Wataru diam-diam menatap ke cetakan surat pengumuman itu. Aku agak terkejut karena aku tidak menyangka kalau ia tidak tertarik dengan hal itu, meskipun kakaknya sekarang sudah jadi bagian dari pengurus OSIS sebagai Wakil Ketua. I-Itu memang tidak disangka-sangka...
"Eh. Sajocchi, apa kamu akan mencalonkan diri untuk jabatan itu...?"
"Mustahil. Mustahil. ...Itu terlalu merepotkan."
"Benar juga, ya..."
"Jangan bagikan surat-surat ini."
"A-Akan aku bagikan."
"Kalau begitu, aku akan membagikan ini dari koridor."
Dua surat diletakkan di atas meja untukku dan Wataru, lalu aku dan Kei membagikan setengah dari sisa surat-surat ini. Wataru mengambil peran itu tanpa bilang apa-apa lagi.
Wataru menolak pencalonannya secara lisan. Tetapi, perhatiannya tetap tertuju pada hasil cetakan dari surat pemberitahuan ini. Harusnya memang tidak ada isi yang aneh di dalamnya, tetapi ia memasang ekspresi wajah yang serius, aku jadi penasaran, dan ekspresinya yang kesulitan seperti meninggalkan kesan aneh dalam ingatannya.
Author Note:
[Pengumuman]
Adaptasi anime dari karya ini akan mulai tayang mulai bulan Juli (2023) ini.
Kalau kalian tertarik, selamat menyaksikan.
Setiap pekan pada hari penayangannya, pengisi suara (seiyuu) yang bertanggung jawab atas karya ini akan ada di acara radio khusus. Buat detailnya, silakan lihat situs web resmi anime.
Tolong terus dukung karya-karya "Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha".
Admin Note:
Selain dari Author, Admin juga ada pengumuman menarik mengenai karya ini.
Seperti yang sudah disampaikan oleh Author, adaptasi animenya akan ditayangkan pada bulan Juli, tepatnya mulai dari hari Senin, tanggal 3 Juli 2023, waktu Jepang. Selain itu ada beberapa informasi tambahan mengenai anime ini yang belum diumumkan pada bab-bab sebelumnya.
Yang pertama, diumumkan judul lagu tema penutup bersama penyanyinya, yaitu "Yume wa Mijikashi Koiseyo Otome" yang dinyanyikan oleh Natsukawa Aika (CV: Akiho Suzumoto), lagu tema pembuka dan penutup akan bisa dirilis pada tanggal 2 Agustus 2023, mendatang. Yang kedua, diumumkan juga 2 karakter utama lain yang akan muncul di animenya, yaitu:
• Ichinose Mina disulihsuarakan oleh Iori Saeki (Oresuki; Go-toubun no Hanayome Season 2)
• Sasaki Fūka disulihsuarakan oleh Minami Kurisaka (Kanojo Okarishimasu S1-S2)
Informasi ketiga, yaitu translator dan owner Lintas Ninja Translation juga akan terlibat dalam proses penerjemahan anime ini di sebuah situs anime, informasi lebih lanjut bisa kalian dapatkan di Fanpage Facebook kami.