Kurasu no Daikirai na Joshi to Kekkon Suru Koto ni Natta [LN] - Prolog Jilid 6 - Lintas Ninja Translation

 

KuraKonPro6

Prolog

Saat Akane masih muda, dia sering sendirian di rumah. Setelah sampai ke rumah, dia mengambil kunci pintu depan dari ranselnya dan masuk ke dalam rumahnya.

"Aku pulang."

Dia memanggil ke kegelapan di dalam rumahnya, namun tidak ada suara yang menjawab. Meskipun begitu, dia terus melanjutkan ritual ini setiap hari tanpa mengetahui alasannya. Bagian dalam rumahnya agak dingin dan tidak menarik, lalu dia menaiki tangga, menuju kamarnya, dan meletakkan ranselnya di lantai. Karena Maho kembali dirawat di rumah sakit, ranjangnya ditata dengan rapi, tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan sama sekali. Cuma boneka kucing yang berdiri sebagai penjaganya.

Aku harap Maho bisa lekas sembuh…

Akane menyelesaikan PR-nya, menyiapkan segalanya untuk mata pelajaran esok hari, dan mulai mengerjakan tugas. Dia melakukan bersih-bersih biasa, mencuci pakaian, mencuci piring, dan lalu bergegas untuk membersihkan kamar mandi. Karena orang tuanya sangat sibuk, dia mesto melakukan apapun sebisanya agar membuat hidup mereka lebih mudah. Orang tua mereka memang bilang kalau dia tidak perlu melakukan sejauh itu, tetapi merekalah yang menjaga keluarga ini tetap bertahan, jadi Akane paling tidak ingin membantu dalam hal tugas rumah tangga. Dia menyiapkan kare untuk makan malam hari itu, dan tepat saat dia sedang sibuk memotong-motong sayuran untuk dibuat salad, telepon berdering.

—Mungkin itu Ibu? Bisa jadi Maho akan segera dipulangkan.

Diliputi dengan kewaspadaan, Akane menjawab telepon itu.

"Iya, halo? Ini Akane."

'Ah, Akane. Maafkan Ibu, sayang.'

Mendengar suara menyesal dari ibunya, semua kegembiraan lenyap dari pikiran Akane.

"Ada apa?" Dia bertanya, sambil sudah menduga-duga kata-kata ibunya yang berikutnya.

'Ibu mesti kerja lembur lagi hari ini. Ibu rasa Ibu akan terlambat.'

"Bagaimana dengan Ayah?"

'Kami berdua ada pekerjaan lembur. Dan kami juga akan menjenguk Maho sepulang kerja, jadi makan malamlah tanpa kami.'

"…" Akane menatap panci kare di depannya.

Ini jelas bukan porsi yang dapat dihabiskan oleh seorang cewek seperti dia sendirian saja. Karena dia hampir tidak punya waktu untuk dihabiskan bersama keluarganya, dia ingin paling tidak melihat senyuman orang tuanya saat mereka makan malam bersama, tetapi itu merupakan keinginan yang sia-sia.

'... Akane? Ada apa?'

Suara khawatir ibunya menarik kembali Akane ke kenyataan. Dia tidak bisa membuat ibunya yang sudah kelelahan itu khawatir lebih jauh. Maho sudah berjuang melawan penyakit parah sejak dia dilahirkan, dan untuk membayar biaya rumah sakit, orang tuanya mesti bekerja keras setiap hari. Dibandingkan dengan semua penderitaan yang mereka alami, perasaan Akane sendiri tidak begitu berbeda. Dia tidak dapat memberi tahu ibunya betapa sedih dan kesepian yang dia rasakan. Karena itu… tidak lain hanyalah keegoisan.

"…Aku tidak apa-apa." Akane cuma tersenyum sambil menggenggam erat teleponnya.


←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama