Takane Zettai Motokano - Seri 1 Bab 2

Bab 2
Bangku di Sebelahku

Aku berhasil untuk kembali ke ruang kelas sebelum wali kelasku tiba dan duduk di bangkuku.

"Keringatmu banyak sekali, Nagi-kun, aku minta maaf membuatmu terburu-buru."

"Tidak apa-apa, aku hanya meluangkan waktuku."

Ketika aku mengobrol dengan Asatani-san, aku bisa merasakan tatapan menggelitik dari sekitarku. Aku sudah terbiasa dengan itu, karena ini sudah terjadi sejak permulaan sekolah, tetapi aku tidak bisa apa-apa selain berpikir kalau orang-orang di sekitar kami bilang 'Mengapa Kiritani Noa dan lelaki membosankan itu sangat akrab?'.

Dua lelaki yang aku mulai bicara dengan mereka sebagai teman makan siang juga tampaknya menjadi penasaran tentang itu.

Aku sangat bersyukur aku belum memberi tahu mereka kalau aku sebenarnya pacaran dengan Asatani-san. Jika aku memberi tahu mereka, ada kemungkinan besar kalau mereka akan berpikir kalau aku adalah orang bodoh yang suka mengkhayal. Mereka bahkan akan menatapku dengan kasihan.

Aku telah memikirkan tentang akan dicampakkan beberapa kali, tetapi tidak pernah berpikir akan dicampakkan dengan sangat mudah dan aku tentu saja tidak menduga kalau itu terjadi hari ini. 

Aku penasaran berapa kali aku menatap Asatani-san yang di duduk di sebelah kananku. Aku takut bahkan untuk menatap ke tampak sampingnya, apalagi menatap lurus ke arahnya. 

Pembinaan wali kelas di penghujung hari akan diperpanjang, dan nanti akan ada perubahan pengaturan duduk menyusul setelah itu. Aku bertanya-tanya apakah ini kebetulan yang baik atau buruk kalau aku akan berganti posisi bangku di hari yang sama dengan aku dicampakkan.

Meskipun posisi bangku kami akan ditukar, kami mungkin masih berada di dalam kelas yang sama. Aku sudah terbiasa dengan fakta kalau Asatani-san berada di ruang kelas yang sama denganku, dan kalau aku sudah terbiasa untuk melihatnya, walaupun hanya sebentar - itulah yang aku pikirkan ketika aku menatap ke sebelah kananku...

"...Oh, Asatani-san?"

Asatani-san menatap ke arahku dan meraih sesuatu. Aku merasakan sesuatu seperti sebuah tisu basah di tanganku.

"Kamu sedikit berkeringat, jadi aku berpikir untuk memberikanmu sebuah kain lap. Apa kamu mau satu?"

"Tidak, itu baik-baik saja..."

"Tidak perlu malu. Aku pikir anak laki-laki juga bisa menggunakannya."

"Oh, terima kasih..."

Kain lap yang aku terima ini memiliki aroma yang manis dan feminim.

Aku bertanya-tanya apakah dia memiliki perhatian penuh hanya sebagai seorang teman dan bukan sebagai seorang pacar.

Meskipun dia tampaknya sudah menyadari aku sebagai pacarnya, aku belum pernah mendapatkan perlakuan seperti ini sebelumnya. Dan itu benar-benar terjadi karena di musim ini aku berkeringat.

...Atau mungkin itu karena ini terakhir kalinya aku akan mendapat perlakuan seperti ini. Aku sudah dicampakkan dan posisi bangkuku akan berubah di hari yang sama.

Aku tidak rasa berat hati soal itu...

Tidak ada rasa berat hati sama sekali...

Aku membenci diriku karena sangat putus asa. Aku secara tidak berdaya berkonflik karena sebuah kain lap keringat.

Aku masih merasa seperti aku menyukainya. Itu benar, itu tidak seperti aku membencinya. Meskipun dia tidak melihatku sebagai pacarnya lagi, hasrat ini tidak menghilang begitu saja.

Tetap saja, aku tidak bisa melupakan itu.

Lupakan itu, lupakan itu, lupakan itu - aku memberi tahu diriku sendiri dan menyeka keringat menggunakan kain lap itu.

"Kamu juga harus menyeka lehermu, seperti ini."

"....Ah, Asatani-san..."

Asatani-san mengambil sebuah kain lap untuk dirinya sendiri dan menyisir rambut kuncir sebelahnya ke sisi lain sehingga dia bisa menyeka lehernya dengan bersih. Dia dengan cepat menyeka tulang selangkanya juga. Meskipun kami duduk di posisi paling belakang, aku masih merasa itu terlalu berani.

"Itu sangat menyegarkan. Aku akan berada di sebuah iklan khusus web untuk sesuatu semacam ini. Aku mendapatkan sampel gratis, tetapi aku menggunakan produk dari perusahaan lain."

"Hahaha...itu hebat... sebuah iklan."

"Benarkah? Kamu pikir itu hebat? Kamu sama sekali tidak tertarik dengan hasil kerjaku, iya kan, Nagi-kun?"

--Tidak, tentu saja tidak. Aku selalu menjadi penggemarnya Kiritani Noa.

Tetapi aku tidak mengakui rasa cintaku padanya karena aku penggemarnya. Aku jatuh cinta dengan Asatani-san di sekolah. Aku tidak ingin dia salah paham, jadi aku bahkan tidak memberi tahunya kalau aku menonton sinetron yang ada dia di dalamnya.

".... Tetapi aku merasa lega dengan Nagi-kun karena dia adalah orang yang seperti itu."

Sebelumnya, dia bilang kepada para siswi kalau dia tidak ingin diperlakukan sebagai 'Kiritani Noa' di sekolah.

Tetapi tampak jelas bagiku kalau dia akan lebih bahagia jika aku jujur padanya tentang dukunganku terhadap karir selebritinya.

Itu tidak terlalu terlambat untuk mengatakannya -- Tidak, itu hanya akan mengganggunya.

Sekarang dia bilang padaku kalau dia merasa lega denganku, aku tidak ingin membuat masalah besar dari itu. Aku tidak ingin meninggikan harapanku kalau aku bisa balikan lagi dengannya. Aku telah mendapatkan begitu banyak rahmat.

"Aku akan menonton iklan itu saat sudah keluar."

"Jika kamu mau menontonnya... itu baik-baik saja. Tetapi kamu jangan mencarinya dengan sengaja, oke?"

"Hah?"

Dia ternyata tidak menginginkanku untuk melihatnya. Aku hampir depresi karena pemikiran itu, tetapi Asatani-san, yang sudah tersenyum nakal sedari tadi, menekan pipinya karena rasa malu.

"Karena itu memalukan untuk didengar mengucapkan jargon pada iklan oleh seseorang yang aku kenal....."

Sikap tubuh memalukan itu yang dia buat menyerangku tepat di jantungku. Aku tidak ingin disalahkan sebagai seorang yang lembek, jadi aku berusaha keras untuk mengencangkan wajahku, yang sudah mulai melonggar.

"Oh, iya, ini dia tugasnya..."

"Terima kasih. Aku akan mengembalikannya saat istirahat makan siang."

Aku ingat kalau dia telah memintaku untuk menunjukkannya tugasku, jadi aku memberikannya buku catatan itu. Meskipun aku merasa dingin dan segar setelah menyeka keringatku, aku hampir berkeringat lagi, karena kegirangan.

Bagaimana bisa aku lupa kalau aku dicampakkan oleh Asatani-san karena sebuah tugas saja?

"Ohh... Apa dia melihatku?"

"Tidak, aku pikir itu baik-baik saja..."

Asatani-san menatap ke arah gadis yang duduk di dekat pintu masuk.

Dia adalah seorang siswi bernama Nozomi Takane, perwakilan dari angkatan siswa-siswi baru.

Namanya sangat cocok dengannya, seperti dia mungkin murid dengan peringkat tertinggi dari seluruh sekolah. Dan kombinasi antara penampilan terawatnya dan tinggi badannya yang seperti model telah meninggalkan sebuah kesan abadi semenjak dia menyebutkan namanya pada akhir dari pidato perwakilan.

Asatani-san dan Takane-san, dua tipe gadis cantik yang berbeda di kelas yang sama. Beberapa anak-anak lelaki bingung dan bertanya-tanya mana yang akan mereka pilih. Aku diberi tahu kalau aku sama sekali tidak cocok dengan keduanya. Itu menyengatku diberi tahu kalau aku tidak cocok dengan Asatani-san.

".........."

Takane-san menatap ke arahku selama sejenak. Jika dia telah melihatku meminjamkan buku catatanku, dia mungkin berpikir kalau aku menjadi tidak sopan.

Takane-san berpaling tanpa mengatakan apapun. Gadis di depanku sedang membicarakannya, namun dia sepertinya tidak sedang membicarakan kami.

"Takane-san, itu benar-benar cantik ya? Aku dengar dia dulu ketua OSIS di SMP Utara."

Aku belum mendengar tentang Takane-san menjadi ketua OSIS karena dia tidak menyebutkannya ketika memperkenalkan dirinya. Dia memiliki semacam aura yang hanya berdiri di depan ruang kelas yang akan mengubah seluruh suasana di kelas, dan aku merasa ditelan olehnya.

Tetap saja, faktanya, dia sangat cantik... Meskipun dia adalah tipe yang sangat berbeda dengan Asatani-san... apakah itu berarti dia tipe gadis yang keren? Aku berpikir kalau dia keren karena sikap acuh tak acuhnya ketika dia memperkenalkan dirinya, tetapi aku tidak tahu bagaimana dia sebenarnya.

"Pernahkah kamu melihatnya sebelumnya, Nagi-kun? Aku dengar kalau Takane-san itu disapa oleh semua orang, setiap harinya di sekolah."

"Oh... Itu pastinya agak mengganggu?"

"Iya, itu tidak seperti mereka mengganggunya atau apalah. Orang-orang hanya menghampirinya untuk menyapa. Itu sulit, benarkan, bagi Takane-san? Dia sangat tinggi bahkan dari kejauhan kamu bisa dengan mudah melihatnya."

Bicara soal itu, aku telah mendengar - atau benar-benar melihat - sekilas cerita semacam itu.

SMA kami dipertimbangkan sebagai salah satu dari sekolah yang paling canggih di wilayah ini, tetapi ada banyak siswa-siswi yang bandel pada saat kelas sebelas dan dua belas- mewarnai rambut mereka melebihi batas yang diatur oleh sekolah, dan beberapa bahkan telah menindik telinga mereka.

Takane-san didekati oleh seorang dari kakak-kakak kelas ini. Ada banyak orang yang sedang berangkat menuju sekolah, jadi itu tidak seperti aku bisa melakukan apa-apa tentang itu. Jika aku menguping apa yang mereka bicarakan, aku akan terlihat seperti orang yang mencurigakan.

"Nagi-kun, jika kamu memiliki kesulitan, kamu bisa bicarakan itu dengan guru kita atau meminta bantuan pada situs web sekolah kita. Sudahkah kamu melihatnya?"

"Oh, iya, aku diberi tahu untuk masuk setidaknya sekali."

"Ini situs web resmi sekolah sih. Semua orang akan menanggapinya dengan serius. Perekrutan untuk aktivitas klub adalah yang populer di sana saat ini kan."

Aku bertanya-tanya apakah Asatani-san tertarik dengan situs web sebagai tempat di mana dia bisa berkonsultasi ketika dia memiliki masalah, karena dia akan sering tidak datang ke sekolah.

Aku sangat ingin sekali 'Aku akan senang untuk membantumu jika kamu ingin'... tetapi aku tidak bisa. Aku lebih memilih mendiskusikannya di atas papan. Meski aku tidak tahu jika para senpai yang tak ternama bisa memberikanku sebuah saran tentang kehidupan, seolah-olah aku masih belum menatap ke arah itu dengan detail.

Pada akhirnya, wali kelas masuk --- dia masih muda, tetapi sikapnya itu seperti seorang veteran. Akupun bertanya-tanya apakah kehidupan di sekolah sebagai seorang guru sebegitu santainya.

"Selamat pagi, anak-anak. Ibu bersyukur kita semua ada di sini hari ini. Seperti yang Ibu bilang akan ada pergantian posisi bangku saat pembinaan wali kelas di penghujung hari. Kalau kalian menginginkan posisi bangku khusus tolong pengaturan dengan Ibu. Itu saja untuk sekarang. Ya, anggota kepengurusan kelas akan diputuskan pada hari Rabu, sampai saat itu Asakura-kun yang akan mengurusnya. Sekarang, silakan beri salam."

"Iya. Bangun."

Ibu guru pergi keluar setelah salam tersebut. Saat istirahat lima menit sebelum pelajaran dimulai, ruang kelas seketika menjadi hidup.

Aku tidak berpikir ini ide yang bagus untuk melihatnya terlalu banyak, tetapi aku masih melihat ke arah Takane-san. Dia menatap ke arah ibu guru yang meninggalkan ruang kelas.

"......."

Aku bertanya-tanya apakah ada yang ingin dia bicarakan. Apakah dia ingin bicara dengan ibu guru mengenai 'salam' yang dia dapatkan yang disebutkan oleh Asatani-san sebelumnya?

"Noa-chan, aku melihatmu di televisi kemarin. Apa itu sebuah iklan televisi?"

"Iya, sesuatu semacam itu... Oh, kamu tidak bisa memanggilku begitu di sekolah."

"Maaf, maaf. Tetapi iklannya sangat seru dan Ryuuto-kun ada di sana juga."

Ryuuto-kun - aku rasa ia adalah seorang aktor muda bernama Fukugawa Ryuuto. Asatani-san bukanlah satu-satunya pemeran utamanya. Mereka berperan sebagai lawan main, dan tampaknya seperti mereka berdua mempromosikan film bersama.

Dalam acara varietas, Asatani-san disebut sebagai karakter yang alami, tetapi aku tidak berpikir begitu saat dia mengobrol denganku.

Dia adalah seorang yang berubah-ubah dan sulit untuk dipahami, tetapi terkadang dia melihat ke arahmu...  itu benar-benar bagaimana cara aku membayangkan kucing yang seharusnya.

Kucingku masih belum akrab denganku, dan ketika aku mulai berpikir bahwa dia mulai dekat denganku dalam sejenak, dia menggunakanku untuk mendapatkan perlakuan lebih. Tetapi dia sangat imut jadi aku tidak keberatan dengan itu.

"Kamu tidak gugup sama sekali saat berakting dengan Ryuuto-kun, iya kan, Asatani-san?"

"Kalian berdua bahkan berada di tim yang sama dan dalam harmoni yang sempurna... maksudku, apa lagi yang bisa kubilang di bawah itu?"

"Haha, jangan percaya apapun yang kalian baca di internet. Fukugawa-san bilang dia tidak menginginkan pacar saat bekerja."

"Ehh, benarkah? Semua orang bilang kalau hubungan kalian seimut wajah Asatani-san, padahal..."

Asatani-san tertawa ringan dan melewatkan itu. Ketika aku lega mendengar itu, aku bertanya-tanya bagaimana reaksiku jika kabar tentang hubungan asli keluar.

Selagi aku memikirkan itu, para gadis yang sedang berkumpul di sekitar Asatani-san tiba-tiba merendahkan suara mereka. Tetapi aku masih bisa mendengar mereka karena aku duduk tepat di sebelahnya.

"Asatani-san, pria yang duduk di sebelahmu..."

"Ahh...Senda-kun? Kalian harus setidaknya mengingat namanya, hal yang kecil dan malang itu."

"Maaf, maaf, jadi kamu dan Senda-kun masuk di SMP yang sama. Jadi apa kalian berdua sangat akrab?"

Fakta bahwa Asatani-san terkadang mengobrol denganku masih bisa dibilang aneh.

"Iya, kami telah kenal satu sama lain sejak kelas delapan. Dia kenalan yang hebat. Itu benar kan, Sen~da~-kun?"

"Oh, iya..."

"Kalau kalian di posisi bangku yang sama kalian berdua mungkin masih bisa mengobrol, bukan?"

"Mengapa begitu? Kalau kamu bilang begitu, itu terdengar buruk bagi Senda-kun."

Aku tidak yakin untuk menanggapinya, tetapi aku bertanya-tanya apakah 'teman' dan 'kenalan' bermakna sama. Ataukah dia memilih mengatakannya begitu di depan semua orang? Aku jadi tambah penasaran tentang itu.

Setelah para gadis kembali ke bangku mereka masing-masing, Asatani-san terlihat sedang mengutak-atik teleponnya di bawah mejanya - apakah dia sedang berkontak dengan seseorang?

Selagi aku berpikir begitu, teleponku yang aku simpan di tasku yang digantung di sebelah mejaku, bergetar.

"Aku minta maaf karena bilang kalau kita hanya kenalan, tetapi aku pikir gadis-gadis itu akan membuat masalah besar dari itu."

Apa yang dia bilang dan apa yang dia pikirkan adalah dua hal yang berbeda. Meskipun aku mengerti itu, aku masih merasa pusing terutama setelah mengalami kereta luncur (roller coaster) yang emosional.

"Jangan khawatir tentang itu."

Aku tahu itu mungkin terlihat singkat, tetapi itu terlalu penuh akan diriku pada saat aku memberikan balasan yang tepat.

Aku benar-benar tidak tahu apapun tentang Asatani-san. Dia itu aneh, sulit dimengerti, tetapi masih imut. Dia benar-benar gadis yang cantik sehingga dia benar-benar tidak cocok untukku.


←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama